Jangan Gengsi Tes Kesuburan

5
Jangan Gengsi Tes Kesuburan

wanitaindonesia.co – Bila setelah beberapa tahun menikah dan berhubungan seks secara rutin, anak belum hadir juga, pasangan dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter, yang kemungkinan berlanjut tes fertilitas. Tujuannya bukan untuk melacak siapa “biang kerok” kegagalan pembuahan, tetapi, yang lebih penting adalah untuk menentukan tindakan medis yang perlu diambil.

Sayang, ada pria yang terang-terangan tidak mau menjalani tes kesuburan, bahkan menolak diajak ke dokter. Mengapa?

Gengsi. Ia merasa tidak pantas berada dalam situasi yang mengangkat isu kesuburan. Perasaan ini terutama muncul dalam diri pria konservatif yang menganggap urusan reproduksi adalah urusan wanita. Permintaan melakukan tes kesuburan, dianggap sebagai ancaman yang meruntuhkan harga diri, sebab memertanyakan kualitas dirinya sebagai seorang pria.

Belum sepakat. Belum ada kesepakatan soal memiliki keturunan, sehingga, bisa jadi kerinduan untuk punya anak hanya dirasakan oleh isteri saja. Sedangkan suami diam-diam masih ingin menikmati hidup berduaan saja dengan istri.

Serba salah. Bisa jadi ia akan bingung mengenai apa yang akan terjadi setelah hasil tes terungkap. Jika memang ada masalah, apa yang akan dilakukan? Suami sama sekali sekali tidak ada gambaran, karena itu dia jadi skeptis dan tidak kooperatif.

Agar suami tak lagi gengsi, Anda mungkin bisa melakukan beberapa pendekatan berikut:

  • Tanyakan baik-baik, apa alasan suami menolak tes kesuburan.
  • Dengar penjelasan dari sudut pandangnya bila ternyata dia belum menginginkan anak. Jangan emosi sehingga Anda mengabaikan penjelasannya dan memaksakan kehendak sendiri. Jika dia merindukan anak juga, maka jalan keluar masalah ini lebih sederhana,
  • sebab, pada dasarnya orang mau melakukan apa pun untuk mendapatkan sesuatu yang diidamkan. Akan lebih mudah membujuk suami agar berdua dengan Anda menjalani tes.
  • Bicarakan sebelum tes, berbagai kemungkinan yang terjadi setelah hasil tes keluar. Misalnya, jika tes menyatakan yang tidak subur adalah suami, maukah ia menerima? Bila membutuhkan terapi, sudah siapkah? Pertanyaan-pertanyaan itu mustinya sudah
  • ditemukan jawabannya sebelum tes, agar kelak tidak ada pihak yang merasa dipojokkan atau dipersalahkan. (wi)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini