wanitaindonesia.co – Anda tentu kesal saat anak membantah Anda. Apalagi bila ia mengatakannya dengan intonasi tinggi dan suara lantang. Namun, apakah Anda harus balik marah dan menentangnya? Hati-hati, jangan sampai juga Anda mencubit, memukul, atau melakukan kekerasan fisik karena kesal anak membantah dan merasa harus ‘mengalahkannya’, ya.
Belum Tentu Kurang Ajar
Perilaku membantah pada anak-anak sebetulnya adalah hal yang wajar, begitu tutur James Lehman, MSW, pakar parenting di Boston, AS. Menurutnya, membantah berasal dari rasa tidak berdaya dan frustasi ketika mendapat penolakan atas apa yang ia inginkan. Itulah sebabnya mereka membantah orang tuanya.
Menurut Lehman penting untuk membedakan antara ‘membantah’ dengan ‘pelecehan verbal’. Hanya karena anak Anda mengatakan, “Aku belum mau makan. Mama, kok, maksa, sih? Aku belum lapar. Mama nggak ngertiin aku, deh,” bukan berarti ia kurang ajar. Ia hanya membantah untuk mencoba mengatakan pada Anda bahwa ia tidak bisa memenuhi perintah Anda.
Sementara itu, apabila mereka sudah memaki, menggunakan kata-kata kasar, atau bahkan mengancam Anda, maka perilaku tersebut terkategori sebagai pelecehan verbal. Ini adalah perilaku negatif yang menurut Lehman harus segera ditangani secara cepat.
Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak Anda yang suka membantah:
1. Latih Menyampaikan Emosi
“Diam, Mama! Mama pergi saja!” Kalimat ini mungkin saja meluncur dari bibir anak saat membantah Anda. Susah sekali untuk menekan emosi Anda agar tidak terpancing mendengarnya. Namun, Dr. Jane Nelsen, terapis anak dan keluarga di California, AS, mengatakan, “Tindakan yang lebih bijaksana adalah mencoba mencari tahu apa yang mengganggu anak Anda, kemudian mengajarinya untuk mengungkapkan emosinya yang sulit dengan cara yang lebih dapat diterima.”
Katakan padanya bahwa tidak masalah untuk mengatakan bahwa dia marah atau lelah, dan tidak ingin berbicara atau melakukan apa pun saat ini. Tapi memanggil nama, berteriak, atau menyuruh Anda pergi adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Sampaikan padanya bahwa jika ia memang sedang kesal dan tidak ingin diganggu, Anda akan berbesar hati memberinya waktu. Cara ini akan melatih anak untuk fokus menyampaikan emosinya ketimbang membantah.
Intinya, anak boleh marah dan belajar menyampaikan emosinya dengan benar, ya.Coba simak artikel Aku Marah! Ini juga untuk lebih memahaminya.
2. Peringatan dan Konsekuensi
Amy Morin, LCSW, psikoterapis di Boston, AS, menyarankan untuk memberikan peringatan dengan logika: “Jika…, maka”. Misal, “Jika kamu tidak segera tidur, besok Mama tidak akan mengizinkan kamu main ponsel.” Peringatan ini bertujuan untuk mengubah perilakunya. Bila keesokan harinya ia tidak berubah, maka saatnya Anda menegakkan konsekuensi yang sudah Anda buat.
3. Periksa Diri Anda Sendiri
Bila anak Anda terus-menerus membantah, cobalah untuk memeriksa diri Anda sendiri, terutama cara Anda berinteraksi dengannya. Erik A. Fisher, Ph.D., LLC., psikolog klinis di Atlanta, AS, mengatakan bahwa sering kali orang tua tidak menyadari bahwa mereka menggunakan nada sarkastik atau tidak sopan saat berinteraksi dengan anaknya. Cara itulah yang dipelajari anak dari Anda. Erik menyarankan agar orang tua coba merekam suara mereka saat bicara dengan anaknya dan mendengarkannya di waktu terpisah sebagai bahan evaluasi. Denngarkan dan jujurlah pada diri sendiri, apakah Anda cukup bijak dan menggunakan kata-kata baik saat berinteraksi dengan anak.
Nah, Anda perlu juga menyimak Tip Kontrol Ucapan Saat Marah, ya, agar tidak selalu terlepas mengucapkan kalimat-kalimat yang tidak semestinya tertuju untuk anak.
4. Jadi Panutan
“Anak-anak belajar dengan meniru apa yang mereka lihat, terutama di rumah,” ujar Gail Gross, Ph.D., Ed.D., psikolog keluarga di Houston, Texas, AS. Maka, sangat penting untuk mencontohkan hal baik padanya. Bila anak Anda mendengar Anda menggunakan nada yang tidak hormat dan pilihan kata yang tidak baik saat mengobrol bersama pasangan atau orang lain, ia bisa saja menirunya.
5. Mengajarkan Giliran
Ketimbang terlibat dalam perdebatan, ada baiknya Anda mengajarkan ia untuk berbicara dengan giliran. Beritahu padanya agar Anda menyelesaikan kalimat Anda dulu dan tidak menyela. Setelah itu, berikan waktu padanya untuk menyampaikan apa yang membuatnya tidak setuju. Anda pun perlu mendengarkan dan menghargai gilirannya berbicara.
6. Apresiasi
Berikan apresiasi saat anak berhasil menunjukkan perkembangan dengan menunjukkan perilaku positif. Ini akan membuatnya merasa lebih baik dan menyadari bahwa Anda juga memerhatikan hal positif darinya, bukan hanya hal negatif.