wanitaindonesia.co – Terpapar Covid memang mengerikan, apalagi kalau punya komorbid. Sebab virus Covid varian Delta Plus yang saat ini sedang mengganas, tidak pandang usia. Juga tidak hanya ‘menyukai’ yang tubuhnya sarat penyakit-penyakit komorbid. Tetapi juga yang tubuhnya fit, sehat, kuat dan masih muda.
Tetapi itu bukan alasan untuk bersedih, apalagi cemas yang berlebihan. “Karena cemas, murung dan sedih itu malah bikin imunitas tambah turun. Sehingga proses penyembuhannya jadi lebih lambat,” jelas pimpinan RS Lapangan KOGABWILHAN II Indrapura (RSLI), Surabaya, Laksma TNI dr. IDG Nalendra Djaya Iswara, Sp.B., Sp.BTKV (K) kepada Nyata, Kamis (05/08) kemarin.
Jumlahnya Banyak
Memperkuat pendapat itu, Mayor Laut (K/W) dr. Ni Kadek Ratnadewi, M.Biomed, yang spesialis penyakit jiwa (SpKJ) mengatakan,”Dari data pasien yang dirawat di sini, sekitar 20 persen mengalami kecemasan.”
| Baca juga: Guru Besar Farmasi Unair: Eucalyptus tak Bisa Membunuh Semua Virus!
Kecemasan para pasien tersebut, menurut penganggung jawab bidang kejiwaan pasien-pasien RSLI itu, “Selain stres karena Covid-19, juga dipicu oleh tekanan psikologis dari faktor-faktor sosial seperti stigma sebagian masyarakat yang menganggap Covid-19 sebagai aib. Ditambah dengan masalah finansial keluarga yang pasti berkurang karena sakitnya itu, dan pandemi ini.”
“Jadi beban psikologis mereka double. Stres karena kena Covid, takut dikucilkan keluarga dan tetangga, ditambah kekhawatiran kehilangan pekerjaan sebagai dampak luas dari pandemi ini,” lanjut dokter Universitas Udayana Bali, tahun 2002 itu.
Program Be Happy
Untuk mengurangi kecemasan pasien, sekaligus menekan masa perawatan, RS Lapangan Indrapura menerapkan program ‘Be Happy’. Program tersebut diterapkan RSLI sejak didirikan pada 2 Juni 2020 lalu.
Dengan program itu, pasien tidak hanya diperhatikan kondisi fisiknya tetapi juga psikisnya. “Selama masa karantina, semua pasien pasti stres. Jadi kita melakukan beberapa kegiatan rekreasi mental. Intinya menghibur dan menyenangkan pasien. Intinya pasien jadi lebih refresh begitu,” ujar perempuan kelahiran Tabanan, Bali itu.
| Baca juga: Masyarakat Surabaya Donasi 25 HFNC untuk RSUD Dr. Soetomo
Kegiatan rekreasi mental yang dilakukan oleh pasien Covid-19 di RSLI pun beragam. Diawali dengan senam aerobik di pagi hari, kemudian dilanjut berjemur di bawah sinar matahari.
Tak hanya itu, para pasien juga diajak untuk melakukan permainan bersama. Mulai dari meneriakkan yel-yel, hingga sesi curhat antar pasien.
“Setelah aerobik pada setiap pagi, kita main Opposite, seperti meneriakkan yel-yel, bertukar pertanyaan atau kalimat-kalimat untuk saling menyemangati. Jadi pasien bisa lebih semangat,” jelas perempuan 44 tahun itu.
Agar pasien semakin nyaman, RSLI juga menyediakan beberapa fasilitas olahraga. “Ada sepeda statis ada treadmill juga. Fasilitas ini sebagai bentuk agar pasien bisa menyalurkan hobinya, termasuk yang hobi olahraga,” imbuh Kadek.
Bukan hanya berolahraga, pasien juga diajak bersenang-senang dengan sesi karaoke di malam hari. Mereka bisa request lagu favorit dan menyanyi bersama.
“Kalau malam memutar musik untuk rileksasi, sekaligus karaoke. Kalau ada yang mau nyanyi bisa request lagu, lalu kita putarkan dari YouTube, mereka bisa nyanyi,” terang perempuan kelahiran 27 April 1977 tersebut.
Berpengaruh Besar
Dokter Kadek menegaskan bahwa program Be Happy jadi salah satu kunci penting proses penyembuhan Covid-19. Ketika para penderita lebih rileks, imunitas tubuh akan meningkat.
“Yang kita harapkan imunitas tubuhnya tetap terjaga. Jadi kalau kita stress ada hal-hal di tubuh itu jadi tidak stabil, seperti hormon kortisol. Itu yang menyebabkan imun tubuh menurun. Mood juga jadi berantakan,” beber Kadek.
|Baca juga: Demam Usai Vaksin, Haruskan Minum Obat? Ini Jawaban Dokter
Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 RSLI pun tinggi. Dari total 9686 pasien yang dirawat di RSLI, 8963 di antaranya telah sembuh. Sedangkan yang meninggal dunia ada empat pasien. Data ini didapat dari Radian Jadid, Ketua Pelaksana Program Pendampingan Keluarga Pasien Covid-19 RSLI Surabaya.
Tetap Waspada
Sementara itu, dr. Nalendra mengatakan sebenarnya Covid-19 adalah penyakit yang bisa dilawan sendiri oleh tubuh. Sehingga ketika imunitas kuat, maka antibodi bisa melawan virus yang masuk. Sebab itulah pemerintah menggalakkan vaksinasi Covid-19.
Kendati demikian, meski sudah vaksinasi, tidak berarti seseorang bakal terbebas dari Covid. Terbukti dari data yang diungkap oleh Radian Jadi, dari 9686 pasien yang terdata di RSLI, ada 677 pasien yang sudah vaksinasi.
“Masih banyak yang kena Covid-19 meski sudah vaksin. Dari data pasien yang dirawat di RSLI saja ada sebanyak 394 pasien yang sudah vaksin dosis ke dua dan 283 pasien yang sudah vaksinasi pertama,” kata Jadid. (fir)