Syifa Hadju Ajak Perempuan Muda Revolusi Kesehatan Payudaranya

Syifa Hadju lebih memilih SADARI, dan SADANIS, Daripada... Foto : WanitaIndonesia.co

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Sebagai persona selebritis Shifa Hadju punya cara ekstrim untuk peran melawan penyakit kanker payudara.

Tingginya prevelansi penderita kanker payudara di Indonesia yang terdeteksi pada stadium lanjut dikarenakan karena beragam penyebab. Utamanya masih belum meratanya sumber informasi, serta edukasi terutama di berbagai wilayah pelosok, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia terkenal dengan kebiasaan tak suka membaca. Minimnya minat membaca berpengaruh terhadap mindset wanita terhadap penyakit kanker payudara.

Hal tersebut dikemukakan oleh Linda Agum Gumelar, Ketua Umum Yayasan Kanker Payudara Indonesia, pada momen Peringatan Hari Kanker Sedunia yang diinisiasi Charm, dan YKPI pada edukasi SADARI ke 400 siswi SMP, dan SMA di Balai Komando, Cijantung, Jakarta Timur.

Sejumlah inisiasi pun telah dilakukan YKPI, serta para Pemangku Kepentingan agar cakupan edukasi bisa meluas terutama sampai ke pelosok Tanah Air. Terbaru, Charm mencantumkan logo “Ayo SADARI Setelah Menstruasi” pada semua kemasan produk Charm.

Permasalahan lainnya, informasi yang disampaikan masih dianggap kurang menarik bagi generasi muda. Oleh karenanya Charm mendapuk Shifa Hadju pekerja seni yang diidolakan generasi muda, khususnya kaum wanita untuk berperan dalam menginspirasi, sembari melakukan edukasi ihwal penyakit kanker payudara.

Ajakan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) secara rutin setelah mengalami menstruasi hari pertama hingga hari ke tujuh, kemudian jika ditemukan hal yang tak biasa pada payudara segera lakukan SADANIS (Periksa Secara Medis).

Persona Shifa Hadju yang sedari remaja terbiasa melakukan praktik SADARI, dan SADANIS diharapkan dapat menjadi role model banyak wanita muda untuk mengikuti langkahnya dalam mencegah penyakit kanker payudara.

Syifa tak canggung berkolaborasi dengan para senior untuk memerangi penyakit kanker payudara.
Foto : Istimewa.

Riwayat Keluarga Lebih Baik SADARI, SADANIS Daripada…

Shifa tergerak untuk rutin melakukan SADARI, serta SADANIS setelah mengetahui bahwa tantenya menderita kanker payudara ganas.
Menurut belia yang populer lewat sejumlah sinetron, ibundanya telah membiasakan diri untuk melakukan proteksi dini dengan melakukan rutinitas tersebut. Ibuku, aku serta saudara perempuanku sadar, bila abai melakukan pencegahan dini, kanker payudara akan mudah datang.

Menurut Syifa, kaum wanita harus mampu melawan perasaan malas, enggan untuk SADARI, dan SADANIS karena menganggap masih muda, merasa kondisi kesehatan payudaranya baik-baik saja, serta tak memiliki faktor pencetus tersebut. Hal ini sudah tentu sangat tak relevan di masa sekarang.

“Kalian harus sadar, kekinian kanker payudara lekat dengan gaya hidup kita. Yang mana tren penderita di Indonesia mulai menyasar ke usia muda. Ada yang baru berumur 15,16, atau 17 tahun sudah terdeteksi kanker payudara, “terang Shifa.

Shifa menambahkan, “Penyebabnya pun seringkali berubah-ubah. Dahulu dikarenakan oleh gaya hidup yang tak sehat, sekarang didominasi oleh riwayat penyakit keluarga.”

Menurut Syifa, untuk melakukan SADARI, dan SADANIS serta menjalankan lifestyle gaya hidup sehat, sejatinya tak mengenal istilah terlambat. Lewat momen ini, teman-temanlah yang pegang kendali akan kesehatan organ intim ini.

Saat takut menyergap, lawan dengan nasihat bijak. “Jangan takut saat terdeteksi, dan menerima diagnosa dari dokter bahwa kita menderita penyakit kanker payudara.
Menurut Syifa reaksi sedih, takut, itu wajar. Semua wanita mengalami hal yang sama. Ini merupakan proses.

Menangislah, atau berteriak untuk meluapkan emosi sesaat. Tetapi tak perlu sampai terpuruk. Setelah meluapkan emosi, teman-teman harus bangkit, optimis melawan dengan cara berobat secara medis, sembari tetap berkegiatan sembari selalu berpikiran positif.

Lakukan pengobatan, diet atau apapun yang terkait dengan upaya penyembuhan sesuai dengan arahan dokter. Jangan pernah menunda, atau malah berhenti, lalu tergiur serta beralih melakukan pengobatan alternatif. Jangan ya!.

Dikarenakan penyakit kanker itu berkejaran dengan waktu. Tak boleh terlambat, serta terjeda proses pengobatannya. Sel-sel kanker akan berubah menjadi ganas tak terkendali, serta mudah menyebar ke organ tubuh lainnya. Hal ini banyak terjadi sehingga pengobatan menjadi lebih rumit, membutuhkan waktu panjang, serta biayanya pun menjadi mahal.

Foto : Istimewa.

Curhat dengan Komunitas Penyintas Kanker

Untuk memupuk optimisme Shifa menyarankan untuk bergabung dengan komunitas yang beranggotakan wanita-wanita dengan riwayat penyakit yang sama. Para wanita hebat tersebut mumpuni dalam memberikan semangat, serta dorongan bagi kita untuk sembuh.

Banyak sekali wanita penyintas yang peduli, serta memiliki empati untuk mendampingi teman-teman yang sakit, serta berjuang untuk sembuh dengan menjadi teman curhat yang tepat dikarenakan mereka memahami seluk-beluk penyakit, serta aspek psikologis penderita kanker payudara.

“Kalian tak boleh sungkan, malu karena mereka sangat baik, begitu peduli. Boleh diibaratkan seperti suluh bagi teman-teman, selain tentunya anggota keluarga inti, “imbuh Shifa.

Shifa melanjutkan, “Berteman, curhat dengan penyintas merupakan langkah tepat, dan bijak daripada menceritakan penyakit kita ke orang yang tak tepat. Dikhawatirkan mereka itu kelak akan mengumbar dengan menceritakan penyakit ini ke orang-orang lain.
Dikarenakan masyarakat kita masih lekat dengan stigma yang tak memiliki relevansi, dan tak masuk akal. Juga bisa jadi mereka bergosip yang berdampak akan memengaruhi kesehatan mental kita.”

“Lebih baik kalian memiliki role model seperti para senior di YKPI. Merekalah sosok – sosok Wanita Indonesia yang hebat, sukses berjuang menaklukkan kanker. Juga mumpuni dalam menjalankan peran multitasking sebagai pasien, lalu survivor orang yang telah sembuh dari kanker payudara kemudian membantu para pasien baru dengan sharing, serta menebar semangat optimisme. Di sisi lainnya, mereka tetap menjalankan peran, dan fungsinya sebagai istri, dan ibu bagi keluarganya, juga berkarir, “ujar Shifa.

Shifa menceritakan, Dulunya itu saat didiagnosa terkena kanker payudara, mereka diliputi perasaan yang sama, takut luar biasa.
Untuk melawan perasaan takut yang berlebihan seperti takut periksa secara medis, takut terdiagnosa, teman-teman harus memiliki tekad kuat.

Ketakutan itu sebenarnya opini yang dibangun oleh pikiran negatif diri. Menyesatkan, serta tak beralasan sama sekali. Saat takut menyergap sebenarnya kalian itu sedang dipermainkan oleh perasaan sendiri. Dampaknya fatal, kalian akan merasakan akibatnya. Sakit berkepanjangan, proses pengobatan yang menjadi rumit, serta membutuhkan waktu lama, serta biaya yang sangat besar yang sebagian tak ditanggung oleh BPJS. “Camkan ini ya teman-temanku!.

Untuk mengalahkan ketakutan yang tak beralasan itu, lawanlah dengan berkaca kepadaku, yang rutin melakukan SADARI, serta SADANIS.
Lewat pemeriksaan dini tentunya akan mendatangkan vibes positif, karena bila terdeteksi sedari awal, kemudian segera diobati secara medis, penyakit yang kekinian sangat mematikan ini bisa ditaklukkan, serta disembuhkan lewat cara-cara mudah.

Stadium awal pada penderita kanker payudara memungkinkan proses pengobatan akan berlangsung lebih cepat, biayanya menjadi tak mahal bahkan bisa ditanggung BPJS, serta kemungkinan sembuh hingga 99,9% lho. Jadi ingat pesan Shifa ya!, lakukan SADARI, dan SADANIS, serta gaya hidup sehat berkelanjutan. Andaipun terdeteksi, segera berobat secara medis. “Ayo, kita bersama-sama lawan kanker payudara. Indonesia bebas kanker payudara 2030, “pekik Syifa.