wanitaindonesia.co – Kita semua tidak pernah mengenyam bangku pendidikan di mana kita bisa mendapatkan gelar ‘orang tua’ saat lulus. Ya, tidak ada sekolah untuk menjadi orang tua. Anda mungkin sering bertanya-tanya, “Apakah saya orang tua yang baik?”
Berbeda dengan sebuah perusahaan yang punya sederet kualifikasi bagi karyawan baik, pengasuhan tidak punya standar kualifikasi tersebut. Sebab, pengasuhan dari satu keluarga dengan keluarga lain tidak sama. Parenting is a tailormade.
Sekalipun memang tidak ada kualifikasi orang tua yang baik, Anda bisa mencoba saran dari pakar berikut:
1. Jangan Membandingkan Anak
Orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Beragam cara dilakukan untuk membuat anaknya mencapai hal yang dinilai baik, termasuk dengan membandingkan anak sendiri dengan anak lain atau saudaranya sendiri. Niatnya, sih, untuk memotivasi anak.
Padahal, kebiasaan membandingkan anak justru akan menghancurkan rasa percaya diri anak sendiri. Kebiasaan membanding-bandingkan anak juga bisa menjadi penyebab psikologis anak sering iri hati . Bila dibiarkan berlarut-larut, iri hati juga bisa jadi penyebab anak melakukan bullying .
2. Memberi Contoh Langsung
Elizabeth Pantley, penulis The No-Cry Discipline Solution mengatakan bahwa anak-anak belajar lebih banyak dari melihat langsung orang tuanya ketimbang dari mendengarkan. Jadi, alih-alih hanya banyak ceramah dan menggurui, lebih baik beri contoh langsung.
Bila Anda mengharapkan membesarkan anak yang sopan, maka contohkan untuk selalu mengucap kata-kata “permisi”, “tolong”, “terima kasih”, dan “maaf”, ketimbang hanya menyuruh mereka.
3. Biarkan Anak Membuat Kesalahan
Tidak ada sesuatu yang sempurna untuk yang pertama kalinya. Oleh karenanya, wajar bila anak melakukan kesalahan saat menyusun balok, mewarnai, mencoba menyapu, menalikan sepatu, menuang air untuk pertama kalinya. Biarkan saja. Menahan bantuan adalah salah satu kunci anak cepat mandiri.
Christopher Lucas, MD, profesor psikiatri anak di Fakultas Kedokteran Universitas York, AS mengatakan bahwa kesalahan justru membantu seorang anak memahami sebab-akibat. Mereka memang kadang mengalami kekecewaan, akan tetapi mereka lebih butuh orang tua yang mendampinginya ketimbang yang terlalu ringan tangan untuk mengintervensi apa yang sedang mereka lakukan.
4. Biarkan Anak Bosan
Kadang-kadang, orang tua merasa bersalah bila tak bisa menghibur anak. Padahal psikolog Michael Gurian, anak-anak kadang perlu merasa bosan agar mereka bisa mengembangkan imajinasinya sendiri. Biarkan mereka mencari cara untuk menghibur diri sendirinya, entah dengan menggambar, bermain boneka atau robot, atau sekadar lompat-lompat sendiri.
5. Berpikiran Bahwa Tidak Ada Anak Nakal
Pada waktu tertentu, anak Anda mungkin menguji kesabaran Anda dengan menolak apa yang Anda katakan atau tantrum. Coba perhatikan baik-baik, Anak Bertingkah Belum Tentu Nakal, lho. Ada alasan yang membuat mereka bertingkah demikian. Tugas penting orang tua saat anak bertingkah adalah memberikan mereka ruang dan mengajarkan cara menenangkan diri, menerima dan memvalidasi emosinya
Lima hal ini selain berdampak positif pada anak, tentu juga membawa dampak yang luar biasa bagi orang tua, yakni bisa lebih santai, tenang, dan mindful. Sebab, sekarang ini, sangat mudah bagi kita untuk terjebak menjadikan parenting sebagai kompetisi.