wanitaindonesia.co – Hubungan ibu dengan anak perempuannya sangat kompleks. Tak jarang ibu dan anak perempuannya terlibat konflik-konflik kecil seperti standar merapikan barang, tentang dandanan dan pilihan baju, atau pun berebut perhatian dari ayah.
Akan tetapi, ibu dan anak perempuannya bisa lebih saling memahami dan sensitif terhadap perasaan satu sama lain. Hal ini dikarenakan perempuan memiliki cara berpikir khas yang berbeda dengan laki-laki, itu membuat ibu dan anak perempuan jadi satu frekuensi.
Daniel Flint, M.A., kandidat doktor psikologi anak di Bowling Green State University, Ohio, AS mengatakan bahwa hubungan anak perempuan yang positif dengan ibunya menjadi penentu besar kepribadian anak perempuan serta kemampuannya mengendalikan diri. Bahkan, bagaimana cara ibu mengasuh anak perempuan juga dapat menjadi tolok ukur pencapaian anak di masa depan.
Ada lima hal utama yang dibutuhkan oleh setiap anak perempuan dari ibunya:
1. Kehangatan, Kedekatan, dan Dukungan
Menurut Flint, hubungan yang berkualitas tentu membutuhkan unsur kehangatan, kedekatan, dan dukungan di mana anak dapat merasa aman dan nyaman. Flint mengatakan bahwa anak perempuan yang tidak merasakan kehangatan, kedekatan, serta dukungan dari ibunya dan justru lebih sering merasa tersakiti atau terancam akan memiliki harga diri yang lebih rendah.
Anak-anak perempuan yang tidak menerima kehangatan, kedekatan, dan dukungan dari ibunya kerap tidak mampu melihat kelebihan pada dirinya sendiri. Mereka bahkan lebih sering merasa ‘kurang’ atau ‘tidak mampu’.
2. Body Acceptance
Sebuah penelitian tentang pasangan ibu dan anak perempuan yang diterbitkan dalam jurnal Developmental Psychology menunjukkan bahwa seorang ibu yang tidak bisa menerima bentuk tubuhnya sendiri juga akan memengaruhi persepsi anak perempuannya terhadap tubuhnya sendiri. Ibu yang selalu mengeluhkan kekurangan tubuhnya akan membuat anak perempuan melakukan hal yang sama. Anak-anak akan memiliki kekhawatiran dan pandangan yang sama atas tubuhnya.
Oleh karenanya, yuk, praktikan body acceptance, Ma. Jangan lagi biarkan anak perempuan Mama melihat ibunya tampak menggerutu soal pipi yang tembam, double chin, selulit, lemak yang menggelambir di perut, atau warna kulit.
Sebaliknya, mulai tanamkan body positivity pada anak bahwa setiap orang memiliki bentuk dan ukuran tubuh, warna kulit, atau tekstur rambut yang berbeda dan tidak ada masalah dengan hal tersebut. Selalu sampaikan pada anak bahwa manusia tidak bisa dinilai dari penampilan fisiknya saja, melainkan dari kualitas personalnya. Sehingga, dorong anak untuk terus mengembangkan kemampuan mereka.
3. Koneksi Emosi dan Sentuhan Fisik
Jessica P. Lougheed, Ph.D., psikolog perkembangan di Queen’s University in Ontario, Kanada, dalam penelitiannya menginstruksikan pada anak perempuan untuk membuat pidato pendidikan dadakan selama tiga menit untuk membuat simulasi stres dan kecemasan. Sementara itu, ibu dari para anak perempuan tersebut diinstruksikan untuk memegang tangan putri mereka saat dia berbicara atau duduk diam di sebelahnya.
Hasilnya menunjukkan bahwa ketika ibu memegang tangan putrinya, anak tersebut tidak mengalami kecemasan sebanyak anak perempuan yang ibunya duduk diam di sebelah mereka. Sementara, pada pasangan ibu-anak dengan kualitas hubungan yang tinggi, mereka seolah dapat terkoneksi sehingga ibu juga bisa merasakan beban emosional yang sama sekalipun tidak ada kontak fisik. Artinya, koneksi ibu-anak yang solid dapat melindungi anak dari tekanan emosional pada tingkat yang sama seperti sentuhan fisik.
4. Pola Asuh yang Otoritatif
Pola asuh yang otoritatif yang diterapkan oleh ibu pada anak perempuan membantu mereka tumbuh menjadi anak yang terbuka percaya diri, tidak bergantung pada orang lain, solutif. Di samping itu, menurut Flint, pola asuh ibu yang otoritatif juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak-anak perempuannya.
5. Harapan yang Tinggi (Tapi Realistis)
Percaya tidak , bahwa orang tua yang menerapkan harapan tinggi adalah salah satu dari 6 ciri orang tua yang membesarkan anak sukses ?
Sebuah penelitian di dalam British Journal of Educational Psychology yang mengikuti sekelompok anak perempuan selama lebih dari 20 tahun menemukan bahwa keyakinan sederhana para ibu terhadap kemampuan anak perempuan mereka (pada saat itu) yang berusia 10 tahun untuk menyelesaikan sekolah tepat waktu dapat memprediksi kehidupan anak perempuan tersebut, bahkan sampai mereka berusia 30 tahun.
Nah, jadi buat harapan yang tinggi untuk anak-anak ya, Ma. Tapi ingat, harus realistis. Karena kalau tidak realistis, malah menjadi toxic dan menghancurkan anak sendiri.
(wi)