Wanita Indonesia

PINTU Telah Dibuka, Maknai 75 Tahun Hubungan Bilateral Indonesia-Prancis, PINTU Incubator – Ecole Duppere Hadirkan Parade Show “Echoes of the Future”

Ki-ka : Mathilde Reneaux, Bjorn Backes, & Pierre Pinget desainer Paris di Pagelaran show "Echoes of the Future", JF3 Fashion Festival 2025 memikat penonton lewat aspek craftmanship yang hadir pada setiap rancangan. Foto : Istimewa.

Wanitaindonesia.co, Jakarta – Parade show Pintu incubator dengan desainer Ecole Duppere Paris menjadi salah satu tampilan terbaik JF3 Fashion Festival “Recrafted A New Vision”.

Berlangsung sukses di La Piazza Fashion Tent, Summarecon Mall Kelapa Gading, Jakarta, masyarakat rasanya tak perlu berbicara langsung dengan desainer Prancis maupun mengonfirmasi ulang, untuk mengetahui seberapa besarnya kecintaan mereka terhadap budaya. Lewat karya sudah cukup kentara untuk mendeskripsikan betapa desainer Prancis begitu memuja tradisi serta budayanya. Mumpuni dalam mendefinisikan ulang kekuatan budaya lewat produk memukau berselera kekinian lewat desain, keahlian, serta inovasi.

Presiden Prancis, Emannuel Macron pada kunjungan kenegaraan memperingati 75 Tahun, hubungan bilateral Indonesia – Prancis, di depan Presiden RI, Prabowo Subianto apreasi PINTU sebagai program bilateral di bidang mode yang harus terus dikembangkan.Foto : Istimewa.

Momen penting dari peringatan 75 Tahun hubungan bilateral kedua negara yang ditandai, dengan kunjungan kenegaraan Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Menteri Kebudayaan Prancis, Rachida Dati. Berlanjut kunjungan balasan oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto bersama para Menteri diantaranya Menteri Ekonomi Kreatif, dan Menteri UMKM ke Paris, Prancis.

Benang merah dari hubungan bilateral ini adalah kerja sama yang baru terbina di bidang mode, lewat keberadaan serta PINTU Incubator. Hasil Kolaborasi antara JF3, LAKON Indonesia, dan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia melalui IFI Jakarta.

Macron menegaskan komitmen negaranya dengan mengapreasi kemitraan dengan PINTU Inkubator. Kemitraan di sektor kebudayaan ini, khususnya di bidang mode menurutnya harus dilakukan dengan seimbang, saling menguntungkan.
Program PINTU Incubator harus dikembangkan.

Tiga persona PINTU Incubator ki-ka : Thresia Mareta, Co-initiator PINTU Incubator, Founder LAKON Indonesia, Advisor JF3, Charlotte Esnou, Atase Kebudayaan Prancis untuk Indonesia, Soegianto Nagaria, Co-initiator PINTU Incubator, Chairman JF3 “Kolaborasi kreatif wujudkan visi-misi PINTU Incubator lewat Program serta terobosan inovatif, dengan mengejawantahkan hubungan bilateral Indonesia, Prancis serta ekosistem seni, dan budaya lewat industri mode mendunia, berkelanjutan.
Foto : Istimewa.

PINTU, Pembaharuan Tradisi & Budaya

Theresia Mareta, Co-initiator PINTU Incubator, Founder LAKON Indonesia, dan Advisor JF3 menegaskan, “PINTU mewakili suara Indonesia dalam percakapan kreatif global. Kesuksesan Trunk Show mencerminkan semakin diakuinya potensi bisnis fesyen Indonesia di kancah global. Selaras dengan meningkatnya minat internasional terhadap keberlanjutan, teknik warisan, dan perspektif desain yang unik. Yang mana merek-merek Indonesia berada di posisi yang tepat untuk berkembang secara global.”

“PINTU menjadi penghubung antar bangsa, generasi, antar pemikiran. Masa depan industri mode Indonesia akan dibentuk lewat upaya kolaboratif, mengakar pada budaya, serta berkilau di pasar dunia, “ucap Thres.

Thres menambahkan, “PINTU telah membuktikan fesyen Indonesia tak hanya kaya budaya, namun sangat kompetitif, relevan, siap bersaing di kancah global. Sebagai Inkubator fesyen pejuang tradisi, dan transformasi, PINTU membantu mendefinisikan masa depan fesyen Indonesia, serta menempatkannya setara dengan brand luar di tataran global.”

Soegianto Nagaria, Chairman JF3 melanjutkan, ” Selama lebih dari dua dekade, JF3 terus mendorong pertumbuhan talenta muda, mengembangkan bisnis fesyen, serta mengangkat pengrajin, dan karya tangan tradisional. Juga menbuka kolaborasi lintas industri, dan lintas negara. Konsistensi ini cerminan komitmen kami untuk membangun ekosistem yang hidup, dan berkelanjutan. Tak hanya merayakan kreativitas, namun kami berinvestssi di dalamnya, mengarahkan ke pasar nyata, dan eskposur global.”

Aksi teatrikal ‘Syrius, it dog’ sampaikan pesan koleksi dari refleksi pribadi, dan sosial desainer dengan anjing-nya Syrius. Ciptakan pengalaman, dan kesan mendalam buat penonton JF3 Fashion Festival 2025.
Foto : Istimewa.

“Sebagai Program Inkubasi, PINTU juga merupakan sebuah gerakan untuk masa depan industri mode Indonesia. Dengan dukungan sumber daya, bimbingan yang diberikan para partisipan akan mendapatkan peluang besar, untuk mengasah keterampilan bisnis, meningkatkan kualitas produk, serta memperluas jaringan di pasar internasional, “terang Soegi.

“Dengan dukungan sejumlah program seperti PINTU, para desainer lokal kini dapat dengan mudah mengakses platform global, dengan tetap mengakar pada identitas mereka. Lewat pelestarian tradisi yang menyelaraskan zaman serta strategi bisnis, PINTU Incubator menjadi model inkubator terbaik di Asia Tenggara, “imbuh Soegi.

Sementara Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia, Charlotte Esnou mebgapreasi PINTU Incubator sebagai produk yang unik, mampu menjawab tantangan zaman lewat Program yang dirancang untuk mendukung visi – misi PINTU.

Selama keberadaan PINTU, kami telah mendukung ratusan profesional yang bekerja di bidang mode. Baik profesional di Prancis maupun di Indonesia. Juga lewat Program mentoring dengan kedatangan profesional Prancis untuk mengenal keberagaman budaya Indonesia agar nantinya tercipta kolaborasi, praktik yang dilakukan sendiri serta memberikan saran, dan trik, bagaimana pasar Indonesia bisa berjalan, “terangnya.

Merayakan hubungan bilateral ke – 75 Tahun Indonesia, dan Prancis, PINTU Incubator menghadirkan pagelaran spesial di panggung JF3 Fashion Festival 2025, La Piazza Fashion Tent, Summarecon Mall Kelapa Gading, Jakarta.

“Echoes of the Future” menghadirkan 3 Desainer Prancis dari Ecole Duppere Paris Mathilde Reneaux, Pierre Pinget, dan Bjorn Backes mereka tampil bersama rekan-rekan mereka, partisipan PINTU Incubator. Pagelaran berlangsung sukses, mampu membuat mata penonton terpukau dari awal hingga akhir pertunjukan. Desainer Prancis & Indonesia berupaya menyelaraskan desainnya lewat tema “Recrafted A New Vision” yang sebenarnya merupakan DNA mereka.

Bjorn Backes

Bjorn Backes “Requim” Life Is My Best Art

Bjorn Backes di negaranya dikenal sebagai desainer aksesori mewah ready-to-wear dari spesialisasi bordir juga terampil menciptakan beragam karya yang unik. Unggul dengan teknik chainmail yang lekat dengan penggabungan logam, dan kulit.

Desainer muda Paris ini tengah menempuh tahun terakhir program Magister di Ecole Duppere. Karyanya dikenal lewat pendekatan yang peka, mendalam serta penuh makna, menggabungkan apreasi tinggi terhadap kerajinan tradisional, dengan eksplorasi emosional yang kuat.

Proses kreatifnya menekankan pada kesabaran, dan penghargaan terhadap teknik artisan. Hasilnya karya estetis, reflektif serta bermakna bagi penggunanya.

Kepiawaiannya mengembangkan eksperimen tekstil inovatif dengan teknik-teknik yang mendorong batasan dari keahlian tradisional.

Koleksi bernilai dari teknik craftmanship, serta inspirasi aksitektur gotik, dan seni gerejawi.
Foto : Istimewa.

Lewat ‘Requim’ kreator flamboyan dengan ide, dan
bentuk, selalu menuangkan kreasinya dengan berbagai media.
Khusus untuk pagelaran JF3 Fashion Festival 2025,
ini menyapa ekosistem fesyen Indonesia, dengan menghadirkan gagasan seputar suvenir. Ini menjadi upayanya dalam melestarikan kenangan lewat sejumlah objek pribadi yang dimiliki.

Namun Anda jangan berasumsi dulu, ihwal barang kenangan yang menjadi sumber inspirasi terbesar karyanya. Tak masuk akal, ia melirik tiket kendaraan, struk belanja, serta sisa kertas yang bagi awam tak bernilai menjadi inspirasi busananya.

Dari sudut pandang Bjorn, benda-benda tersebut dianggap mampu menyentuh sisi emosional mendalam bagi sebagian orang.
Dia memilah kemudian memilih secara cermat benda kenangan, dikarenakan akan diubah menjadi relik emosional.
Fragmen akan disematkan dalam bentuk desain khususnya untuk dibuat sebagai aksesori berupa tas, dan pakaian. Monumental.

Bjorn mumpuni sentuh sisi emosional mendalam dengan melestarikan kenangan.
Foto : Istimewa.

Kian menarik manakala Bjorn mengaku terinspirasi oleh arsitektur gotik, dan seni gerejawi. Baik dari segi bentuk serta simbolisme. Hal ini menerjemahkan vertikalitas, kompleksitas, serta nuansa spiritual ke dalam konstruksi tekstil modular, yang lekat dengan penggunaan teknik chainmail. Bertujuan untuk menggambarkan perlindungan, struktur, dan waktu.

Bjorn memperkaya desainnya dengan menggunakan beragam material dengan bahan utama berupa kulit serta cincin logam pada aksesori chainmail.

Agar sempurna, ia menggunakan teknik pemotongan laser. Hasilnya kemudian akan dirangkai dengan cincin logam guna menciptakan berbagai macam volume serta bentuk yang menjadi aksen pada tas, dan jaket. Pada bagian bahu ia menambahkan lengkungan, serta struktur yang arsitektural inspirasi gereja gotik.

Rancangannya hadir lewat 10 look dilengkapi aksesori seperti tas, ikat pinggang, dan perhiasan.

Sebagai desainer mewah ready-to-wear Bjorn Backes terampil menciptakan beragam karya unik.
Foto : Istimewa.

Mathilde Reneaux
Refleksi Pribadi, dan Sosial dengan Syrius

Desainer Mathilde Reneaux punya cerita tak kalah unik dari rekannya Bjorn. ‘Syrius, it dog’ menjadi tema koleksi yang menunjukan refleksi pribadi, dan sosial dengan anjing peliharaannya Syrius. Koleksi mengeksplorasi bagaimana masyarakat secara perlahan, bertahap mengubah anjing menjadi objek konsumsi.

Parisien yang sedang menempuh studi magister di bidang Fashion, Collection, and Accessories, di ESAA Duperre memiliki minat yang kuat pada eksplorasi material, dan kerajinan tangan. Ia mengembangkan pendekatan desain yang menggabungkan teknik bordir, prototyping, serta keahlian craft dengan sentuhan modern.

Mathilde Reneaux
Foto : Istimewa.

Lewat karya yang dipersembahkan untuk JF3, Mathilde menghadirkan 5 siluet, serta sebuah lini aksesori. Kian menarik lewat narasi visual dari perjalanan seekor hewan liar, menjadi produk yang terstandarisasi.

Sebagai kreator yang haus berkreasi ia memperlihatkan
setiap fase dalam transformasi, yang menggambarkan hewan menjadi teman manusia, berlanjut ke aksesori lantas menjadi citra, hingga pada akhirnya direduksi menjadi karekteristik yang paling diinginkan.

Pengalamannya semakin berkembang lewat magang pada sejumlah rumah mode termasyhur Loewe, dan Montex yang memperkuat kemampuannya dalam merancang dengan detail, dan presisi.

Lekat dengan kreativitas bordir tak sekedar hiasan melainkan sebagai gestur pemulihan
Foto : Istimewa.

Koleksi unik berupa 6 look lengkap beserta aksesori pendukung. Hadir kontras yang diadopsi lewat pendekatan kerajinan tangan. Karyanya terlihat unik, mengikuti langgam, dan kreativitas sang Desainer.

Lewat kreativitas, sang desainer membuat bordir bukan sekedar hiasan, melainkan juga sebagai gestur pemulihan. Cara memperlambat maupun untuk kembali terhubung dengan material. Juga sebagai upaya untuk mengembalikan perhatian kepada makhluk hidup.
Sangat memesonakan pencinta mode Jakarta.

Pierre Pinget
Foto : Istimewa.

Pierre Pinget Eksplorasi Warisan Sinematik Hollywood, Mafia & Isu Kontemporer

Pierre Pinget desainer lulusan Program DSAA Mode di Ecole Duppere Paris. Karyanya dibuat lewat penelitian yang berfokus pada kekuasaan, identitas serta gender melalui lensa penjahitan.

Pierre menafsirkan ulang simbol visual dari sosok mafia Italia, lewat sudut pandang tailoring kontemporer, serta dengan pemberdayaan perempuan.

Koleksi didedikasikan pada tradisi sartorial yang mengeksplorasi gagasan tentang kekuasaan, penyamaran, serta otoritas.
“Koleksi berakar dari tailoring tradisional Italia yang khusus dipelajari selama mengikuti program pertukaran Erasmus di Napoli selama lebih kurang 6 bulan. Di sana saya dibimbing langsung oleh Master Tailor Antonelli Lello, “ceritanya.

Unik, benang kasar penanda rancangan. Bisa dilepas sebagai simbol pembebasan diri dari sistem, atau dibiarkan sebagai penanda kesetiaan.
Foto : Istimewa.

“Saya belajar membuat pakaian fully canvassed, 95% diantaranya dibuat sepenuhnya dengan mengandalkan keterampilan tangan, “ujar Pinget.

“Dasar kerajinan mengacu kepada eksplorasi estetika, dan simbolis dari figur mafia, dan representasi visualnya, “terang Pinget.

Oleh Pierre sejumlah simbol kemudian ditafsirkan ulang melalui persefektif kontemporer, dan feminin. Perancang terbaik alumni Ecole Duppere ini sengaja. membiarkan benang jahit yang kasar terlihat pada baju. Ini dijadikan cerminan dari jaringan mafia yang tak kasat mata.

Pierre memberi kebebasan kepada pengguna rancangannya, bila kurang sreg dapat melepaskan sebagai simbol dari upaya pembebasan diri dari sistem. Atau boleh membiarkan apa adanya sebagai tanda sebuah kesetiaan.

Rancangannya didedikasikan kepada sosok perempuan yang kekinian berperan sebagai Don. Yang mewarisi jas suami kemudian mengubahnya menjadi senjata pribadi. Perlambang simbol kekuasaan, rekonstruksi serta otoritas.
Memperkuat anonimitas, dan kontrol diri.

Koleksi menggunakan material premium wol flanel, benang beludru ungu iridescent 100 % alami, dan organza sutra
Foto : Istimewa.

“Lewat koleksi saya berusaha melampaui fantasi sinematik, untuk menawarkan sebuah realitas yang nyata. Sosok perempuan yang kuat, tegas, mampu sepenuhnya mengendalikan citra serta posisinya, “imbuh Pierre.

Ihwal karya, layaknya desainer Prancis, lekat dengan penggunaan material premium yang dipilih secara cermat. Cerminan akan tingkat kualitas serta keanggunan yang diharapkan dari karakter – karakter yang ditampilkan.

Material terdiri dari wol flanel berkualitas tinggi, benang premium beludru ungu iridescent 100% alami, dan organza sutra yang diwujudkan dalam jas double – breasted berkerah lebar. Celana high-waist, kemeja fitted, mantel bervolume, dan rok tailoring.

Agar timeless, Pierre menggunakan teknik tradisional, dan tak kalah penting meminimalkan penggunaan mesin, untuk mengurangi dampak bagi lingkungan.
Hadir 7 siluet lengkap termasuk jas, celana, kemeja, mantel, serta aksesori.

Exit mobile version