
Wanitaindonesia.co, Jakarta – “Saya hanya ingin berpesan kepada generasi muda, jangan lupakan sejarah. Jangan khianati pengorbanan para pahlawan Kusuma Bangsa. (Andhika Gatot Setyawan, Putra pejuang, Pemuda Panca Marga).
Andhika merupakan role model seorang anak pejuang. Pria humanis ini merupakan anggota Pemuda Panca Marga (PPM) Kota Malang, Jawa Timur.
Ia memiliki konsen tinggi terhadap nilai-nilai luhur akan perjuangan para Kusuma Bangsa, dengan berjalan kaki murni menempuh jarak yang diperkirakan lebih dari 1.000 kilometer.
Terlahir dari orang tua pejuang, Andhika merasa terpanggil dengan kondisi bangsa saat ini. Khususnya manakala generasi sekarang seolah telah tercerabut dari akar rumput, nilai – nilai luhur perjuangan pendahulunya. Keresahan hati ihwal gambaran generasi masa kini, terlihat nyata oleh mata hatinya. “Mereka telah melupakan para pendiri NKRI, para pejuang kemerdekaan, “ujarnya kelu kepada Wanitaindonesia.co.

Foto : Istimewa.
Catatan Emas Kiprah Anak Bangsa PPM
Lewat tekad serta semangat yang menyala, Andhika kemudian berinisiatif melakukan napak tilas suci perjuangan leluhurnya. Ia berjalan kaki selama 36 Hari. Rutenya diawali dari kota Pusat Pergerakan Politik, dan Intelektual Malang berlanjut menuju ke kota Pahlawan Surabaya. Rute selanjutnya menyusuri Kota Spirit of Mojopahit Mojokerto, kemudian berangkat ke Kota Atlas Semarang. Langkahnya kian bersemangat menuju ke kota Bandung Lautan Api. Perjalanan pun dilanjutkan menyinggahi Kota Tentara Pembela Tanah Air (PETA) Bogor lalu berakhir di Kota Global Berbudaya Jakarta.
Menapaki perjalanan panjang tersebut Andhika banyak mendapatkan pengalaman berharga. Ihwal masyarakat yang menyambutnya dengan penuh kehangatan, hingga sambutan spesial para anggota PPM di daerah yang dilewati serta suport TNI.
Mereka memberikan semangat serta cinta merah putihnya lewat beragam bantuan seperti makanan, kamar nyaman tempat beristirahat, terpenting motivasi para senior yang mengobarkan semangat kebangsaannya.
“Ada banyak momen tak terlupakan, salah satunya bersilaturahmi dengan Wakil Wali Kota Bogor, Jenal Mutaqin. Beliau mengapreasi, banyak bertanya serta sharing pengalaman. Sangat perhatian, saya diberikan cindera mata berupa sebuah sepeda kayu, buatan anak negeri.
Rencananya, saya akan pulang ke Malang dengan ngontel sepeda kayu istimewa ini, “imbuhnya.
Walau banyak mendapat dukungan, ada saja orang yang gagal paham. Mereka nyinyir, memandang sebelah mata karena tak paham dengan tujuan mulia yang dilakukan lewat Napak Tilas Suci.
“Sudah pulang saja dengan kendaraan, ngapain kamu mau cape-cape. Ini gak relevan dengan kondisi sekarang, “cerita Andhika tentang salah satu komentar yang membekas.
Namun karena darahnya adalah darah pejuang, Andhika tak goyah maupun patah semangat. Ia menyadari bahwa ada nilai-nilai luhur yang telah tercerabut dari bangsa ini.
“Mereka tak memahami veteran maupun Pemuda Panca Marga, organisasi kemasyarakatan yang menaungi putra-putri veteran Republik Indonesia beserta keturunannya, “cetusnya.

Foto : Istimewa.
Jiwanya Menangis Masyarakat Abai dengan Situs Perjuangan
Namun hatinya sempat terluka saat melewati sejumlah situs perjuangan yang diabaikan. “Hati saya sedih, nelangsa masa tempat bersejarah tersebut tak dijaga kesuciannya. Dijadikan lokasi buang hajat masyarakat. Ini yang membulatkan tekad saya untuk meminta Pemerintah Daerah menjaga, melestarikan serta memberikan pemahaman akan nilai – nilai penting situs perjuangan ke masyarakatnya, “ujar Andhika berapi – api.
Ia tak bermaksud melakukan pencitraan atau ingin viral. Namun esensinya untuk mengangkat kembali nilai – nilai luhur perjuangan Kusuma Bangsa. Sebagai penerus semangat veteran, Andika satu dari banyak pewaris yang kukuh melestarikan nilai – nilai perjuangan 45 kepada generasi muda.
Merayakan refleksi keberhasilan long march serta napak tilasnya itu, Andhika disambut dengan acara syukuran oleh PPM Jakarta.
Acara spesial ini dihadiri oleh Mayjen Iwan Sulanjana, Ketua Umum PPM, Patriani Paramita S. H. KL., M, Kadep Org LVRI, Sujudiman Saleh, DPD LVRI DKI Jakarta, seluruh
Pengurus LVRI serta dihadiri tamu-tamu undangan lainnya.
Ketua Umum PPM, Patriani merasa bungah dengan ide, kreativitas serta perjuangan Andhika.
“Putra terbaik PPM telah memulai langkah mulia sejak tanggal 26 Juni lalu dengan mengunjungi berbagai kota, situs-situs bersejarah perjuangan serta makam para pahlawan juga Keraton, dan titik – titik perjuangan lainnya, “ujarnya.
Patriani menambahkan, “Sesaat sebelum tiba di Jakarta, Andhika turut berkontribusi membangun Tugu Pahlawan di daerah Jonggol, Jawa Barat. Pembangunan tugu merupakan salah satu program kerja kami, di bawah pengawasan Agus Jayagunara, “terangnya.
“Kami bangga dengan kiprah Andhika, pada ide bernasnya, semangatnya, pada perjuangan yang tentunya sangat tidak mudah dengan berjalan kaki selama lebih kurang dua bulan!,” imbuh Patriani.
Patriani melanjutkan, “Ini menjadi perlambang, bukti tekad serta semangat keluarga besar PPM yang mengedepankan persatuan, keutuhan dengan menjadikan perjuangannya sebagai titik balik bangkitnya YUDHA PUTRA, bangkitnya Pemuda Panca Marga.
“Sebagai anak bangsa, sebagai komponen sishankamrata lewat semangat menyala Andhika yang semoga menjadi suluh semangat bagi seluruh anggota PPM Nusantara, “imbuhnya.
Terlahir sebagai anak pejuang, Andhika punya cara tersendiri untuk membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan generasi muda.
Menurut pria yang memiliki semangat menyala untuk terus melanjutkan perjuangan orang tuanya, semua anak bangsa harus punya semangat untuk melanjutkan perjuangan.
Hanya bentuknya bukan angkat senjata, melainkan dengan mengangkat nilai penting arti dari sebuah perjuangan. Lalu mengisinya dengan memberikan kontribusi positif bagi pembangunan apapun bidang, minat yang sekarang sedang ditekuni. Long March serta Napak tilas didedikasikannya untuk merayakan Hari Veteran Nasional, 10 Agustus.
Andhika menambahkan, “Sekarang ini, banyak anak-anak muda yang tak mengetahui siapa pahlawan nasional dari daerah mereka sendiri. Ini hal yang sangat menakutkan. Kondisi ini tak boleh terus berlangsung. Sudah menjadi kewajiban saya serta generasi senior untuk memberikan pemahaman ihwal nilai-nilai perjuangan, yang lekat dengan upaya hidup, dan mati lewat beragam pengorbanan dari Kusuma Bangsa.”
“Kemerdekaan Republik Indonesia merupakan hasil dari perjuangan para pahlawan, bukan hadiah melainkan lewat pengurbanan, “imbuhnya.
Napak tilas suci yang dilakukannya, seolah menyentil kebiasaan mager Gen-Z serta Milenial. Andika kukuh, bulat tekadnya menyusuri setiap jengkal jalan dengan langkah tegap, kaki menjejak, menggelorakan semangat juang 45 yang menggelora di dada. Perjalanan yang didedikasikan bagi sebuah pesan moral, persaudaraan, persatuan serta nasionalisme yang harus tetap menyala.
Beruntung perjuangan Andhika Gatot Setyawan mendapat dukungan sepenuh hati dari isteri tercinta yang memiliki darah keturunan pejuang. Dukungan juga datang dari Ayahndanya serta keluarga besar, dan tentunya Pemuda Panca Marga.




