wanitaindonesia.co – Test anxiety adalah kecemasan berlebih saat menghadapi tes tertentu, baik itu ulangan harian, atau ujian semester. Bagi sebagian anak, ujian merupakan sesuatu yang menyeramkan. Mereka sangat takut tidak berhasil dalam mengerjakan soal tes.
Bahkan saat sekolah daring, ketika tidak berhadapan langsung dengan guru, kecemasan menghadapi ulangan harian atau ujian lainnya tetap bisa muncul dan mengganggu anak.
Ketahui penyebab test anxiety atau kecemasan menghadapi ujian yang dihadapi anak-anak, agar Anda bisa membantu mereka mengatasinya dan relaks. Perhatikan juga Dos & Don’ts Merespons Kecemasan Anak.
Penyebab Test Anxiety
Berdasarkan Anxiety and Depression Association of America, beberapa penyebab test anxiety adalah:
Kurang Persiapan. Belajar dengan cara dikebut semalam atau tidak belajar sama sekali dapat membuat anak merasa cemas dan kewalahan. Kurangnya persiapan menggiring mereka merasa tidak akan bisa menyelesaikan ujian.
Takut Gagal. Tekanan untuk lulus atau mendapatkan nilai yang baik berpotensi membuat anak-anak mengalami kecemasan saat mengerjakan ujian.
Pernah Gagal. Pernah gagal dalam arti tidak mendapatkan nilai sesuai dengan target atau ekspektasi juga dapat mendorong seseorang untuk berpikir negatif bahwa ia akan mengalami hal yang sama. Ini akan memengaruhi performanya pada saat mengerjakan ujian.
Tekanan dari Luar Dirinya. Tekanan bisa datang dari mana saja, termasuk keluarga. Anak-anak mendapat tekanan dari keluarga agar mereka bisa mendapatkan nilai yang baik dan menjadi yang paling unggul. Inilah yang membuat mereka mudah cemas. Mereka takut akan mengecewakan harapan keluarganya.
Gejala Test Anxiety
Kecemasan dapat menyebabkan serangan panik. Inilah yang merupakan awal dari rasa takut yang intens dalam menghadapi ujian. Anak yang mengalami test anxiety akan menunjukkan gejala yang bisa dilihat dari perubahan kondisi fisik, emosional, maupun perilaku berikut ini:
- Gejala Fisik. Anak menjadi sering sakit kepala, mual, atau diare. Beberapa anak juga mengalami keringat berlebih, napas pendek, dan detak jantung yang cepat.
- Gejala Emosional. Anak menjadi sangat sensitif seperti mudah marah, takut, tidak berdaya, atau kecewa.
- Gejala Perilaku/Kognitif. Beberapa gejala menyebabkan perubahan perilaku seperti kesulitan tidur, kehilangan nafsu makan, kesulitan berkonsentrasi, mudah berpikir negatif, dan membandingkan diri sendiri dengan teman yang lain.
Cara Mengatasi Test Anxiety
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dalam mengatasi test anxiety, yakni:
Kenali Sumber Kecemasan. Diskusikan dengan anak apa yang membuat anak merasa begitu tertekan. Apabila sumbernya adalah kurang mampunya mereka memahami materi ujian, maka bantu mereka mendapatkan bantuan seperti dari guru privat dan mengikuti les. Apabila sumber kecemasan mereka berasal dari ekspektasi mereka, tekankan bahwa ujian bukanlah penentu hidup mereka. Yang paling penting adalah mereka mempersiapkan diri dengan baik.
Optimistis dan Fokus. Ajarkan anak untuk fokus pada persiapannya, bukan hasil nantinya. Bangun optimisme mereka juga dengan cara berlatih mengerjakan soal-soal.
Tidak Menekan Anak: Bisa jadi, salah satu sumber kecemasan anak adalah karena orang tuanya mengharuskan mereka mendapatkan nilai yang baik. Oleh karenanya, Anda tidak perlu memasang target terlalu tinggi untuk anak Anda.
Usir Pikiran Negatif. Arahkan anak untuk tidak berpikir negatif seperti: “Soal ujiannya pasti sulit”, “Aku gak bisa mengerjakan ujian”, atau “Si A pasti dapat nilai lebih baik dari aku.” Alihkan mereka dengan afirmasi positif seperti, “Kamu sudah mempersiapkan diri dengan baik.”
Latihan dengan Timer. Ajak anak berlatih menyelesaikan jumlah soal dengan waktu yang sama dengan yang akan ia hadapi di ujian sesungguhnya. Latihan yang konsisten akan membantu anak lebih percaya diri.
Ajarkan Pernapasan. Ajarkan anak untuk menarik napas dalam-dalam dan buang perlahan saat ia merasa sangat cemas dalam menghadapi ujian. Anda juga bisa Kenalkan Butterfly Hug pada Anak untuk Redakan Kecemasan.
Berdoa. Berdoa adalah salah satu upaya spiritual di mana anak akan belajar untuk memotivasi dirinya bahwa mereka sudah berusaha sekuat tenaga. Selain itu, kegiatan berdoa juga akan membuat mereka lebih relaks.