
wanitaindonesia.co -Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan ada empat kriteria untuk menjadi Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Hal ini ia ungkapkan seiring Muktamar Nahdlatul Ulama ke-34, yang digelar di Lampung, pada 22-23 Desember 2021, yang salah satu agendanya memilih Rais Aam.
“Kalau Rais Aam saya pernah membuat (kriteria) itu di Muktamar Jombang (2015), minimal ada empat kriteria, Kriteria pertama, menurut Wapres adalah fakih, yakni memahami dengan baik aturan dan syariat Islam sebagai dasar dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Kedua, adalah munaddzim atau organisator. Menurutnya, seorang Rais Aam harus mengerti ilmu berorganisasi karena NU yang dipimpinnya merupakan sebuah organisasi, ” kata Ma’ruf.
“NU itu organisasi. Jadi seorang pemimpin tertinggi harus mengerti organisasi,” kata Ma’ruf. Kriteria selanjutnya adalah muharrik, yakni menjadi penggerak. Apalagi NU merupakan gerakan ulama dalam memperbaiki umat. Kriteria terakhir adalah wira’i, yakni senantiasa menjauhkan diri dari maksiat dan perkara syubhat (tidak jelas halal dan haramnya), yang dapat menimbulkan dosa.
“Karena itu memang saya katakan Rais Aam itu bukan sekedar posisi struktur organisasi tetapi Rais Aam itu maqam (berkedudukan tinggi),” kata Ma’ruf.
Ma’ruf sendiri terpilih sebagai Rais Aam pada Muktamar Jombang lalu. Namun ia melepas jabatan itu setelah terpilih menjadi Wakil Presiden. Meski begitu, Ma’ruf mengakui bahwa dirinya bukanlah sosok sohibul maqam (orang yang berkedudukan tinggi). Ia mengatakan bahwa ia terpilih karena kondisi darurat.
