wanitaindonesia.co – Tentu Anda sudah sering mendengar pepatah Latin Mens sana in corpore sano, bukan? Melalui pepatah ini, kita belajar bahwa di dalam tubuh yang sehat (pasti) terdapat jiwa yang kuat.
Yuk, Ma, tanamkan hal ini juga kepada anak Anda sejak dini, salah satunya dengan mengajarkan kebiasaan berolahraga.
Dimulai dari Lari, Lempar, Lompat
Kapan sebaiknya kita mengenalkan olahraga kepada anak? “Semuda mungkin, sedini mungkin,” demikian kata dr. Michael Triangto, SpKO, Direktur Slim & Health, Sport Therapy, saat ditemui di kliniknya di daerah Jakarta Barat.
Dari mulai sejak batita, anak sudah bisa dikenalkan dengan olahraga. Tentu saja, perlu dipilihkan jenis olahraga yang sesuai dengan kemampuannya saja.
“Apa kemampuan seorang anak (batita) di usia itu? Apakah lari, lempar, atau lompat? Kita liat perkembangannya dari waktu ke waktu, dari anak mulai berjalan tertatih, berjalan dengan baik, hingga bisa berlari. Nah, kemampuan ini yang kemudian kita kembangkan terus sehingga aktivitas fisik menjadi bagian dari kehidupannya,” kata dr. Michael.
Sesuaikan Jenis Olahraga dengan Minat Anak
Setelah mampu melakukan hal-hal di atas, orang tua perlu melihat minat anak.
“Cek apakah anak menyukai olahraga permainan atau olahraga bukan permainan. Contoh olahraga permainan itu bulu tangkis, basket, voli, tenis. Sedangkan olahraga bukan permainan misalnya atletik, renang, lempar cakram, lontar martil, dan sebagainya,” saran dr. Michael.
Biasanya, pemilihan jenis olahraga itu tidak hanya dilihat dari minat anak, tapi juga kemampuan koordinasi yang ia miliki. Misalnya, untuk balita yang sudah mampu menangkap dan melempar bola, bisa diperkenalkan olahraga basket. Sedangkan anak yang pandai mengoper dan menendang bola dengan kuat boleh diajarkan bermain sepak bola.
Coba Semua!
Karena tujuannya sekadar mengenalkan olahraga, ada baiknya anak diberi kesempatan mencoba semua jenis olahraga. Selain membantu anak menemukan minatnya, “Ini juga bisa menjadi cara agar khasanah kemampuan fisik balita semakin berkembang dan luas (tidak terbatas, Red.),” terang dr Michael.
Dokter kesehatan olahraga yang juga praktik di RS Mitra Keluarga Kemayoran ini menjelaskan, seorang anak yang sedari kecil hanya diperkenalkan dan melakukan satu cabang olahraga, keterampilannya dalam melakukan gerakan lain pasti menjadi sangat terbatas.
Itu yang terkadang tidak diperhatikan para orang tua.
“Saya pernah memeriksa atlet tinju dan menyuruh dia bersepeda, dia nggak bisa! Ini bisa jadi contoh, kalau dari kecil anak hanya diperkenalkan satu jenis olahraga, maka anak cenderung kesulitan melakukan gerakan olahraga lain, karena pattern di otak dan fisiknya sudah terbentuk kuat,” tambah dr. Michael.
Jangan Dipaksa!
Mentang-mentang anak selalu semangat ketika diajak berolahraga, Anda lantas memaksanya ikut kompetisi. Duh, latihan untuk kompetisi itu beda sekali dengan latihan yang sekadar olahraga untuk bersenang-senang (rekreasi).
Atau, mentang-mentang anak senang berolahraga, Anda menambah jam latihannya, atau bahkan, memaksanya menjadi atlet. Sebelum melakukan itu, lihat dulu kemampuan anak. Yang ada, nanti anak jadi trauma atau cedera karena bobot latihannya terlalu berat.
Ketika dengan berolahraga anak menjadi lebih doyan makan atau sportivitasnya semakin terbentuk, sepertinya itu sudah cukup, Ma. Soal Anda yang ingin anak menjadi atlet, ada baiknya Anda berkonsultasi dulu dengan pelatih khusus.
Dan, kalau anak Anda susah diajak berolahraga, jangan melabeli ia sebagai anak pemalas. Karena memang tidak semua anak terlahir dengan minat olahraga yang tinggi, kan. (Ester Sondang)