wanitaindonesia.co – Rasa percaya diri adalah hal yang sangat penting untuk dibangun sejak kecil. Pasalnya, rasa percaya diri dapat mendorong seseorang untuk mampu mencetak capaian-capaian di dalam hidupnya.
Akan tetapi, tentu saja kita tidak dapat menutup mata bahwa tingkat kepercayaan diri seseorang bisa saja naik turun, termasuk anak-anak. Rebecca L. Fraser-Thill, pengajar psikologi di Bates College, AS, yang banyak membuat tulisan soal perkembangan anak dan pengasuhan praremaja mengatakan bahwa usia praremaja adalah usia ketika seorang anak rawan mengalami penurunan kepercayaan diri.
Menurut Rebecca, ada sejumlah alasan yang saling terkait mengapa masalah ini muncul selama masa praremaja, di antaranya:
1. Perbandingan dengan Sebayanya
Anak-anak usia enam sampai sebelas tahun mulai aktif membandingkan diri sendiri dengan teman sebaya mereka. Beberapa perbandingan yang sering mereka nilai adalah kondisi ekonomi keluarga, prestasi akademis, dan masalah sosial seperti siapa yang jumlah temannya lebih banyak, siapa yang lebih disukai teman dan guru. Perbadingan adalah arena tersulit bagi anak-anak di usia ini.
Untuk mencegah hal ini terjadi, maka orang tua juga sebaiknya tidak pernah membanding-bandingkan anak. Sebab, kebiasaan anak membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain juga bisa terjadi karena perilaku orang tua. Tidak membandingkan anak adalah salah satu dari 5 Saran Menjadi Orang Tua yang Lebih Baik.
2. Merasa Tidak Kompeten
Anak-anak di usia ini sangat berjuang dengan perasaan ingin ‘terlihat’. Beberapa anak mulai menyadari bahwa mereka tidak sebaik teman-temannya dalam bidang tertentu. Inilah yang membuat mereka merasa rendah diri.
Terlebih, bila hal tersebut terjadi di bidang yang ia anggap penting, misalnya saja bila ia gagal dalam tes basket yang ia gemari sedangkan ada anak baru yang bisa melakukannya lebih baik, maka ia berisiko mengalami penurunan rasa percaya diri.
3. Terlalu Banyak Tekanan dari Lingkungannya
Secara tidak disadari, orang tua, guru, maupun lingkungan di sekitar menjadi tekanan tersendiri bagi anak-anak. Mereka selalu dituntut untuk melakukan hal yang lebih dan tidak dipandang sudah melakukan hal yang baik. Anak-anak jadi merasa tidak mendapatkan apresiasi yang cukup atas apa yang sudah mereka lakukan. Oleh karena itu, mereka jadi terbentuk untuk selalu merasa kurang dan tidak percaya diri.
Terlalu banyak menuntut juga merupakan ciri orang tua perfeksionis.
4. Penolakan dari Orang Lain
Masalah relasi adalah hal yang sangat penting bagi anak-anak. Bila mereka mendapat penolakan, terutama dari orang yang mereka hargai, sangat mungkin hal tersebut menciutkan rasa percaya diri mereka.
Untuk membangun rasa percaya diri yang sehat, penting bagi orang tua untuk menunjukkan bahwa Anda mencintainya apa adanya dan tanpa syarat. Tunjukkan dengan cara yang sesuai dengan bahasa cinta anak. Perlu Anda juga mendorongnya untuk mencintai dirinya sendiri.