WanitaIndonesia.co, Jakarta – Apa yang membersamai kita untuk hadir di momen spesial JF3 TALK?
Kepedulian akan aspek keberlanjutan ekosistem industri mode Tanah Air, yang ke depan akan digawangi oleh desainer-desainer muda berbakat.
JF3 TALK merupakan inisiasi panitia JF3 dengan menghadirkan ruang diskusi interaktif, melibatkan ekosistem industri fashion Indonesia seperti pelaksana acara, desainer senior, desainer muda, Enthusiast, wartawan fashion untuk mendukung kemajuan industri fashion Tanah Air.
Acara berlangsung sukses di Teras Lakon Summarecon Serpong. Dalam suasana guyub menyenangkan, hadir banyak hal menarik, sekaligus inspiratif seputar perjalanan, pengalaman, pencapaian pembicara, serta peserta di ekosistem fashion Tanah Air, sambil menanti waktu buka puasa.
Diharapkan melalui diskusi interaktif dapat menghadirkan insight menarik bagi kiprah desainer-desainer muda Indonesia dalam meneruskan upaya dari desainer sebelumnya, yang mampu menorehkan tinta emas ke tataran global.
Thresia Mareta advisor JF3, Inisiator, Founder Lakon, dan Inkubator menyampaikan, “Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) di tahun 2024 akan memasuki penyelenggaraan ke – 20. Terus apa yang hendak dilakukan ke depan agar kiprahnya makin berkembang? Tentu tak hanya sekedar menitikberatkan pada industri fashion, namun penting mengagungkan marwah bagi pelaku, serta semua pihak yang terlibat. ”
Thresia melanjutkan, ” Agenda JF3 hadir dari misi mulia kami untuk menggaungkan, serta membumikan industri fashion Indonesia. Kami berbeda dari penyelenggara acara serupa, tak berorientasi ke penjualan, tapi lebih mengacu untuk membangun ekosistem fashion yang solid.”
Refleksi Jelang 20 Tahun JF3
“Ini menjadi Refleksi, jelang penyelenggaraan event JF3 ke – 20. Saya melihat industri fashion Indonesia seperti jalan di tempat. Butuh terobosan, inisiasi, serta kreativitas untuk menggaungkan produk fashion Indonesia ke kancah global melalui Generasi Baru di Industri Fashion Indonesia, “ujar Insiator Lakon Indonesia.
Kekinian, industri fashion global berkembang pesat, harapan serupa tentunya ada pada industri fashion lokal.
Karenanya, kami gencar melakukan sejumlah inisiasi.
“Secara tak kasatmata, usai perhelatan akbar, tim kreatif JF3 senantiasa terus bekerja dalam banyak hal, utamanya untuk keberlanjutan perhelatan ikonik kalender Event DKI Jakarta. Kami memperkenalkan karya desainer Indonesia diantaranya dengan menginisiasi pintu inkubator yang terkoneksi dengan ekosistem fashion di Paris. Kami ingin wawasan desainer Indonesia bertambah, mengingat ekosistem fashion di sana sudah sangat maju. Berbanding terbalik, kita masih tertinggal, “imbuh Thresia.
JF3 merupakan sebuah inisiasi yang melibatkan kreatif muda, pelaku, pemerhati yang memiliki kepedulian, untuk mengeksplorasi berbagai potensi, serta peluang untuk membangun industri fashion Indonesia.
Tentunya ada peran penting Media sebagai bagian dari ekosistem ini dalam mengedukasi, serta publikasi pelaku usaha mode, serta masyarakat luas.
Saat regenerasi pelaku industri fashion berlangsung, asa, serta obsesi bagi generasi baru di industri fashion Indonesia senantiasa hadir, agar kiprah mereka mumpuni, diapreasi oleh masyarakat dalam, dan luar negeri.
“Kelak mereka tentunya berkeinginan untuk meninggalkan legacy yang akan terus dikenang, serta bertransformasi ke generasi berikutnya. Karenanya penting bagi kami untuk memulainya dengan menyelenggarakan JF3 TALK.
Berharap diskusi interaktif ini dapat memberi sumbangsih bagi kemajuan industri fashion Indonesia, “pungkas Thresia.
Syahmedi Dean Co-Founder luxina. id, Enthusiast, penulis, wartawan mode memaparkan potensi industri modest fashion Indonesia, dilihat dari aspek ekosistem fashion Indonesia.
Ia menerangkan, Indonesia memiliki beragam potensi diantaranya populasi penduduk yang sangat besar, didukung oleh kebutuhan fashion untuk beragam perhelatan akbar, ritual serta aneka kebutuhan lainnya. Potensi ini tentunya harus digarap maksimal untuk memanfaatkan peluang bagi para desainer.
Muncul beragam tantangan yang harus disikapi secara bijak, serta dicarikan solusinya. Saya banyak melihat, menemukan insight menarik, peluang yang dapat memberikan spirit bagi ekosistem fashion dan beauty Indonesia untuk memasarkan produknya. Dasarnya pertumbuhan industri fashion Indonesia terbilang sangat menggembirakan.
Tentunya hal ini didukung oleh pemberitaan media.
Ikhwal industri fesyen Tanah Air bisa go global upaya rintisan seperti menyelenggarakan acara fesyen show di luar, kerja sama antar negara, menurut Syahmedi lebih menarget ke pasar lokal. Tujuannya untuk meningkatkan image brand di mata konsumen.
Konsumen Eropa itu sebenarnya bukanlah target utama produk Indonesia, mengingat mereka lebih memandang fashion sebagai hal fungsional utamanya saat cuaca dingin.
Fashion Indonesia go global harusnya menyasar ke negara-negara yang memiliki tradisi serupa seperti Malaysia, India, Hongkong, China, maupun Timur-Tengah. Tinggal bagaimana upaya para desainer merebut peluang tersebut dengan mempersiapkan mental pemenang. Mampu bersaing dengan desainer dunia lainnya, dengan mengakomodir selera pasar.
Optimalkan Promosi Melalui Story Telling
Sebagai mantan wartawan, Syahmedi mengkritisi desainer muda tak trampil membuat Story telling untuk kebutuhan publikasi. Sisi ini penting untuk dikritisi mengingat insan media menjadi partnership utama dalam publikasi produk.
Saya banyak melihat publikasi lebih menyoal ke hal-hal yang tak esensial seperti penyelenggaraan event, tanpa mengulas secara komprehensif konsep busana yang di tampilkan.
Mirisnya ini dilakukan oleh sebagian wartawan yang hanya menulis dari sumber press release standar. Harusnya peliput mau menggali lebih banyak, mendalam ikhwal busana yang ditampilkan agar muncul beragam insight menarik yang membuat produk jurnalistik teman-teman bernilai buat pembaca, serta desainer yang dipublikasikan.
Namun Syahmedi menyadari beban berat pekerja media online yang ditarget untuk menyetor pemberitaan 10 hingga lebih berita sehari.
Hal lain yang tak luput dari sorotan, desainer muda harus proaktif menjalin pertemanan dengan rekan-rekan Media di luar event. Jadikan wartawan sebagai bagian dari inner cyrcle untuk kemajuan bisnis, karena sudah seharusnya tak hanya sebatas event teman-teman bisa mempromosikan produk, tapi dalam keseharian seperti saat membuat produk baru, pencapaian tertentu bisa diberitakan ke media.
Saya juga meminta rekan media agar tak berfokus meliput hanya pada saat diundang. Tapi bisa menggali sejumlah hal menarik, atau bertanya, serta meminta tanggapan seputar isu yang sedang hangat, yang berkaitan dengan industri modest fashion yang dapat menjadi bahan berita menarik.
Dalam membuat pemberitaan, sikap kritis diperlukan. Diantaranya tak terpaku pada desainer ternama, tapi jeli potensi desainer-desainer muda seperti yang berasal dari daerah. Walau belum memiliki pencapaian, tapi mereka mampu menghadirkan desain yang bernilai ini tentu menjadi sumber berita yang bagus. Terlebih melalui tulisan yang Anda buat budadiharapkan sikap kritis tak hanya desainer ternama, maupun pengrajin wastra, tapi angkat juga kiprah desainer muda yang baru menapak.
Syahmedi melanjutkan dalam perkembangan industri fashion Indonesia di mata pelaku usaha terlihat sexy, menjanjikan pasar yang bagus. Sejumlah brand internasional berekspansi ke Jakarta, menempati ruang-ruang prestisius.
Syahmedi juga mengkritisi kiprah desainer luar yang terpukau dengan keindahan wastra Nusantara. Mereka hijrah jauh-jauh dari negaranya hanya untuk mempelajari teknik, proses pembuatan secuil kain yang dianggap usang masyarakat Indonesia.
Desainer asing memberi nilai dengan membuat desain baru yang lebih ringan terutama pada motif, desain busana yang menarik sehingga mampu menggerakkan minat generasi muda untuk memakai produk fashion dengan sentuhan kreativitas global. Kita patut bangga, serta mengapresiasi upaya desainer luar tersebut.
Apapun kendala seputar pemberitaan yang diulas di atas, insan fashion, serta wartawan mode harus dapat mensikapi permasalahan tersebut secara bijak, dengan mengedepankan solusi, agar produk fashion, dan pemberitaan yang ditampilkan bernilai, guna ikut mendukung ekosistem industri fashion Indonesia bersinar.
Berjuang Dalam Sunyi
Desainer Hartono Guh sharing seputar upayanya untuk bertahan di industri fashion. Bisa bertahan melintas dekade itu merupakan sebuah pencapaian yang tak mudah.
Ia menceritakan pengalamannya menjadi desainer yang menghadirkan “rasa” pada setiap karyanya.
Menurutnya, saat ini iklim persaingan global semakin ketat, sudah tak ada sentralisasi kekuatan, karena negara yang memiliki desainer mumpuni akan menjadi suar bagi masyarakat dunia. Semua desainer harus kembali ke esensi produk, kembali ke aspek teknis, yang mana setiap produk anak bangsa yang terkenal akan dibandingkan dengan produk luar. Saya mengalaminya. Saya merupakan eksportir mandiri ke Jepang. Rancangan saya itu dibandingkan dengan brand mereka. Bersyukur saya bisa menghadirkan konsep yang dibutuhkan oleh masyarakat sana.
Tampil mewakili media, WanitaIndonesia.co menyoroti aspek keberlanjutan akan industri fesyen Tanah Air. Walau industri fashion dan tekstil kecenderungan mengalami pertumbuhan, tentu harus dimaping di sekmen mana permintaan tersebut meningkat. Produk apa yang paling digemari. Lokal, atau impor? Jangan sampai terjadi ironi industri fashion bertumbuh, tapi banyak pelaku usahanya yang mati.
Indonesia menghadapi tantangan global dampak krisis ekonomi dari pandemi kemarin itu lama pulihnya. Daya beli menurun, tenan yang menjual produk fesyen harus ekstra kreatif agar produk mereka laku. Yang modalnya minim, tutup.
Selain itu muncul ikhwal tantangan fesyen berkelanjutan, yang mengagungkan produk fesyen ramah-lingkungan. Indonesia disorot dunia sebagai penghasil limbah fesyen terbesar dunia. Salah satu faktor pemicu, tingginya produksi produk fast fesyen yang digemari masyarakat karena identik dengan harga murah, mengikuti tren, serta mudah diakses. Limbah fast fesyen mengotori wilayah daratan, sungai, hingga terbawa ke lautan. Berdampak buruk bagi ekosistem kehidupan. Fast fesyen lekat dengan produk impor dari China, serta industri fesyen lokal.
Setahun lalu Pemerintah berjibaku menyatakan perang terhadap produk thrifting yang dianggap sebagai biang kerok ambruknya industri fesyen lokal. Namun upaya tegas Pemerintah itu hanya gahar sesaat. Kekinian penjualan thrifting masing tetap marak, dikarenakan mendapat respon masyarakat.
Perlu diwaspadai produk tekstil tiruan menyerupai wastra batik, tenun, songket dari luar yang digemari masyarakat. Serta beragam persoalan lain yang sangat memengaruhi perkembangan industri fesyen di Indonesia.
Maraknya peredaran brand luar dari yang high end hingga kw di Indonesia, karena diapreasi masyarakat. Sementara produk lokal masih sering dipandang sebelah mata, dianggap kurang bergengsi. Walau ada sebagian yang membumi dan dicari, tapi penikmatnya masih bisa dihitung jari, tak sebanding dengan jumlah populasi penduduk.
Untuk menghadirkan fesyen berkelanjutan tentunya harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian, terkonsep agar industrinya tak mati. Edukasi penting, lalu praktik pengolahan limbah produksi yang mengandung bahan kimia, bisa dilakukan secara berkolaborasi antara Pemerintah, Pemangku kepentingan, serta pelaku usahanya sendiri.
Perkuat Ekosistem Industri Fashion Lewat Aturan
Peran pemerintah cukup strategis, tak sekedar melarang tapi mencarikan solusi yang dapat diterima oleh semua pelaku usaha.
Penting bagi pelaku usaha untuk menyisihkan sebagian keuntungan untuk membiayai pengolahan limbah produksinya, yang butuh biaya besar.
Agar masyarakat mengapresiasi produk lokal, peran Pemerintah harus dominan. Bila memungkinkan buat aturan wajib mengunakan produk Indonesia yang praktiknya bisa menyasar ke sejumlah institusi. Seperti penggunaan busana batik. Inisiatif berdampak masif, kekinian membuat masyarakat memiliki rasa percaya diri, melenggang, beraktivitas tanpa canggung dengan mengenakan batik.
Agar penetrasi pasar maksimal, penting bagi fesyen desainer untuk membuat brand turunan dengan harga affordable. Ini untuk memperluas jangkauan pasar, tanpa mengurangi image brand. Generasi muda kita masih berhitung untuk membeli produk fesyen high-end lokal, dibandingkan upaya untuk membeli gadget keluaran terbaru, atau untuk membiayai gaya hidup mereka.
Ini related dengan curhatan desainer asing Jesus Cedeno asal Venuezela terpikat kecantikan batik. Ia terbang dari Venezuela untuk belajar membatik di Yogyakarta. Melakukan riset, serta memproduksi batik dengan selera kekinian, tanpa meninggalkan motif khasnya.
Jesus mendefinisikan produknya sebagai produk batik berselera global dengan harga affordable. Motifnya dibuat lebih sederhana, terlihat ringan, dengan mengedepankan eksklusifitas dari nilai sebuah produk. Mereka melabeli produk saya dengan kata “iiih lucu”.
Dukungan sepenuh hati bagi desainer muda tentunya akan terus berlanjut. Media sebagai kontrol sosial, sekaligus berperan luntuk mengedukasi masyarakat,
membutuhkan sumber berita dari narasumber yang telah berhasil memperoleh pencapaian, memiliki keunikan, ciri khas, serta hal lain yang menginspirasi. Selain harus memiliki kompetensi.
Tak bisa dipungkiri ada desainer yang menganut konsep ATM, menjadi follower. Hal ini masih bisa diberitakan secara layak dengan catatan, gali mendalam angle menarik dari produk, maupun sosok desainernya.
Namun yang bernilai berita, saat desainer muda tersebut memiliki totalitas sebagai trend setter. Ia mampu menuangkan buah pikirannya melalui karya indah nan unik, yang digemari. Terlebih melalui karyanya ia mampu berbicara di panggung global, dengan mengedepankan inovasi menyelaraskan zaman.
Kreativitas Pemberitaan
WanitaIndonesia.co juga menyorot aspek pemberitaan yang hanya berpedoman kepada press release. Tak ada upaya dari jurnalis untuk meliput berdasarkan hasil pengamatan pribadi, atau mencari angle yang menarik untuk pembaca mereka.
Untuk mengurai permasalahan tersebut salah satu upayanya dengan melakukan wawancara khusus, selain door stop pada saat acara. Perhitungkan pula narasumber lainnya seperti pengamat mode, konsumen setia, saat desainer tak mampu mengeluarkan buah pemikirannya.
Tanggung jawab ini harus dipahami, serta dilaksanakan oleh wartawan. Karenanya terkait acara fesyen butuh persona jurnalis mumpuni. Penting memiliki passion pada dunia mode, agar nyambung dengan presentasi.
Bisa memberikan saran, pandangan
agar desainer mendapatkan insight.
Penting untuk membuat tulisan yang mampu mewakili pemikiran, ide, gagasan mereka.
Tulisan yang baik itu manakala mampu menginspirasi pembaca, agar tergerak untuk melakukan hal-hal positif.
Buat yang tak paham dengan fashion, belajarlah untuk memahami, mengerti. Caranya pun beragam seperti memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Banyak bertanya, banyak membaca dari beragam sumber yang terpercaya, serta praktik langsung dengan mengamati dari dekat, menyentuh, melihat teknik pembuatan, jenis bahan, serta aspek penunjang lainnya. Ini akan memperkaya wawasan seorang wartawan dalam mendapatkan angle berita yang berbobot.
WanitaIndonesia.co memaklumi banyak desainer yang tak mampu menuliskan ide, konsep rancangan melalui tulisan. Sebagian lebih mahir kala diajak menceritakannya secara langsung. Perlu diingat, sebagai seniman ada beragam hal unik yang mereka alami, seperti sumber inspirasi datang tiba-tiba setelah peragaan busana.
Menjadi desainer sejati itu berat, penuh konsekuensi. Desainer Indonesia memainkan peran multitasking dengan melakukan banyak pekerjaan. Mencari ide, berkreasi, produksi, menentukan harga jual, membuat konsep promosi, marketing, membina hubungan baik dengan media, hingga membuat konsep fesyen show. Ini tantangan yang tak mudah.
Untuk mengentaskan aspek dalam pembuatan press release desainer bisa berkolaborasi dengan jurnalis yang trampil membuat berita.
Salah satu aspek penting sebelum meliput, wartawan harus memperkaya wawasan mereka dengan permasalahan yang hendak dibahas, sosok orang yang hendak diwawancarai, yang berasal dari referensi terpercaya.
Tentunya berita yang dibuat bernilai, dapat memenangkan persaingan dari media kompetitor.
Karenanya patut dipertimbangkan untuk mengirim press release sehari sebelum waktu pelaksanaan. Ini berguna untuk memperkaya wawasan, inspirasi untuk membuat pertanyaan yang berbobot yang mengeksplorasi kreativitas, pemikiran ke depan, serta aspek lain yang menarik dari kiprah seorang desainer.
Saat fesyen show atau event yang dilaksanakan oleh desainer, usahakan untuk menghadirkan sesi wawancara dengan media dengan waktu yang maksimal. (RP).