wanitaindonesia.co – Saat ini, beberapa sekolah sudah melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas. PTM bisa dilaksanakan di daerah dengan PPKM Level 1-3 atas seizin Pemerintah Daerah. Kendati sekolah sudah mendapatkan izin dibuka, orang tua lah yang memegang keputusan terakhir apakah memberikan izin anak untuk mengikuti PTM atau tidak.
Kalau Mama-Papa sendiri mengizinkan anak ikut PTM? Berdasarkan rilis survei dari Media bersaa Parwa Institute pada 9 September 2021 yang dilansir dari detik.com, lebih dari separo orang tua masih khawatir dengan risiko COVID-19 bila anak-anak masuk sekolah. Survei ini dilakukan pada 1000 responden di seluruh Indonesia pada 19-26 Agustus 2021 dengan multistage random sampling.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa 60,7% orang tua menjawab khawatir bila anaknya masuk sekolah; 24,3% menjawab tidak khawatir. Sementara, sisanya atau sebesar 15% menjawab tidak tahu. Ternyata, hal ini berlawanan dengan variabel lain, yakni anak-anak sudah mulai bosan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
Dalam survei ini, 23,9% orang tua menyebut bahwa anak sudah mulai bosan dengan PJJ; 17,5% menyebut sangat bosan. Artinya 41,4% anak merasa bosan dengan PJJ bila dibandingkan dengan 6,3% anak yang merasa senang sekali dengan PJJ, 3,4% senang; 4,9% biasa saja.
Mengutip dari CNN Indonesia, 41,7% orang tua yang menilai anaknya sudah bosan dengan PJJ berdomisili di Jawa. Sementara, 39,3% berada di luar Jawa.
Alasan responden masih khawatir bila anak-anaknya sekolah di masa pandemic COVID-19 juga dijelaskan dalam survei ini. 20% orang tua merasa khawatir lantaran pandemic COVID-19 belum berakhir. 14% responden menyebut kekhawatirannya bila anak sekolah berasal dari alasan bahwa belum semua orang divaksinasi. 12% responden menyebut takut karena menilai penularan COVID-19 sangat cepat, 10% khawatir akan protokol keseharan, dan 4% lainnya khawatir terjadi penularan ke orang tua.
Di samping itu, 2,3% responden menjawab bahwa kehadiran varian delta menjadi alasannya khawatir bila anak-anak masuk sekolah. 2% orang tua khawatir terjadi penularan COVID-19 di ruang tertutup dan 1% khawatir karena pernah ada kasus COVID-19.
Dari hasil survei ini, kita bisa melihat bahwa sekalipun memandang anak-anak sudah bosan dengan PJJ, akan tetapi orang tua masih khawatir bila anaknya masuk sekolah. Apa lagi, berdasarkan laporan dari Kemenkes, terjadi peningkatan kasus konfirmasi COVID-19 pada anak sebesar 2% yang artinya menjadi 15% per Agustus 2021.
Nah, kalau Mama-Papa sendiri masih khawatir mengizinkan anak sekolah atau sudah memberikan izin?
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam proses PTM, antara lain:
- Tingkat kerentanan anak, misalnya anak dengan kesulitan belajar, kebutuhan khusus, lingkungan rumah yang tidak mendukung (tidak punya tempat belajar, tidak memiliki kemampuan membeli pulsa), maupun orang tua yang tidak mampu mendampingi karena bekerja di sektor esensial.
- Memperkuat kapasitas pihak-pihak terkait dalam proses belajar mengajar di sekolah (khususnya dalam bidang IT, kapasitas guru dalam KBM selama proses gabungan PTM dan PJJ, serta kesiapan anak dalam program belajar yang baru).
- Anak-anak SD masih membutuhkan dukungan penuh dari guru, interaksi sosial atau pun pengalaman pembelajaran secara taktil. Biasanya anak-anak mengalami kesulitan untuk duduk lama dalam proses PJJ.
- Memastikan sekolah mendapat dukungan fasilitas pengajaran seperti jaringan internet yang memadai dan media pembelajaran yang menarik bagi siswa.
- Melakukan advokasi terhadap pengembangan kurikulum yang adaptif terhadap perubahan proses kegiatan belajar mengajar.
- Perlunya melaksanakan masa orientasi sebelum pelaksanaan PTM bagi orang tua, siswa, dan guru.