Wanita Indonesia

Gemarikan, Pasangan Klop Ikan, Ya Bumbu Kaldu Rasa Ikan & Alert Ahok

Ki-ka : Chef Firhan Ashari, Ir.Tri Aris Wibowo, M.Si Direktur Pengelola, Ditjen PDSPKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Kinanti Rakayantias, Senior Brand Manager Royco, dan selebritas , kolaborator Royco Bumbu Kaldu Rasa Ikan, Inul Daratista meninggikan ikan lewat perayaan bersantap olahan ikan yang aman, lezat, bergizi, praktis, dan digemari. Foto: Istimewa.

WANITAINDONESIA.CO, Jakarta – You Are What You Eat merupakan
pernyataan bijak yang bisa diberikan, bagaimana kita mengonsumsi ikan sebagai menu sehari-hari.

Alasannya simpel, ikan memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis protein lain seperti ayam-ayaman, serta daging.
Ikan kaya asam lemak esensial Omega-3, protein, vitamin D, serta mineral.

Sebagai negara bahari yang kaya akan berbagai sumber daya kelautan terutama keberagaman hayati, ada ribuan spesies ikan yang hidup di laut Indonesia.
Disayangkan minat masyarakat untuk mengonsumsi ikan masih belum menggembirakan. Padahal ikan telah menjadi isu internasional mengingat kandungan gizinya, serta isu penting yang terkait dengan pencemaran lingkungan. Pun keberagaman, serta populasi ikan Indonesia telah mengundang nelayan asing untuk melakukan penangkapan secara ilegal.

Ir.Tri Aris Wibowo, M.Si, Direktur Pengolahan, Ditjen PDSPKP, Kementerian Kelautan, dan Perikanan RI (KKP RI) menjelaskan, “Konsumsi ikan masyarakat Indonesia tahun 2024 sebesar 25,31 kg/perkapita. Menurut Tri jumlahnya tidak terlalu besar, juga tidak terlalu sedikit. Inipun konsentrasi sebarannya tak merata. Ada 5 Provinsi yang masyarakatnya terbanyak mengonsumsi ikan seperti Papua Barat,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Kalimantan Utara, Kepulauan Bangka Belitung. Masyarakat menggemari jenis ikan tertentu saja seperti Tuna, Cakalang, Tongkol, Catfish, Tilapia, Kembung, dan Bandeng dengan olahan favorit digoreng.”

Tri menambahkan, “Minat masyarakat mengonsumsi ikan sangat menjanjikan, namun di lapangan masih ditemukan beragam tantangan seperti kurangnya kesadaran masyarakat akan kandungan gizi pada ikan yang cukup tinggi, selain aroma amis, serta masih banyak yang merasa kesulitan untuk mengolah ikan.”

“Temuan ini sejak awal telah diantisipasi lewat Program Gerakan Masyarakat Makan Ikan atau Gemarikan. Tujuannya untuk meningkatkan konsumsi ikan sebagai sumber pangan bergizi, sehat, berkualitas, khususnya untuk pemenuhan gizi anak, serta pencegahan stunting. “Kami terbuka untuk untuk berkolaborasi lintas sektor guna memperkuat sektor kelautan, dan perikanan dalam mendukung ketahanan pangan nasional, sekaligus pemenuhan gizi masyarakat, “ucapnya.

Tri melanjutkan, “Pemerintah, diinisiasi oleh Kementerian Kelautan, dan Perikanan berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan program Gemarikan, sebagai bagian dari upaya membangun sumber daya manusia yang unggul, lewat pola konsumsi pangan yang sehat, dan berkelanjutan.
Konsumsi ikan yang cukup akan berdampak langsung kepada kualitas kesehatan, dan kecerdasan masyarakat.”

“Lewat Program Gemarikan, selain mengedepankan aspek edukasi, juga memastikan akses masyarakat terhadap produk perikanan yang aman, bergizi, serta terjangkau.
Kampanye Gemarikan merupakan langkah konkret Pemerintah dalam meningkatkan daya saing produk kelautan, dan perikanan nasional. Juga merupakan investasi jangka panjang bagi kesehatan generasi masa depan, “terangnya.

“KKP terus mendorong masyarakat Indonesia agar gemar makan ikan demi pemenuhan gizi, penurunan stunting, serta peningkatan kecerdasan
Utamanya lewat Program Gemar Makan Ikan yang tahun ini akan menjadi tanggung jawab bersama Kementrian Kesehatan, BKKBN, serta seluruh Pemerintah Daerah yang erat kaitannya dengan isu kesehatan, penurunan angka stunting, serta perbaikan gizi masyarakat. Serta upaya keberlanjutan program, guna meningkatkan capaian konsumsi makan ikan pada berbagai lapisan masyarakat, “imbuh Tri.

“Lewat inovasi Royco Bumbu Kaldu Rasa Ikan, saya memberi apreasiasi lebih atas kepedulian pihak swasta yang dengan sangat kreatif turut mengeksekusi Program Gemarikan. Ini capaian, serta kolaborasi epik Pemerintah dengan swasta karena untuk kerja-kerja kreatif, Pemerintah tak mungkin bisa jalan sendiri. Butuh dukungan, “ungkapnya.

Tri berharap, Royco bisa memeriahkan Hari Ikan Nasional, November nanti dengan membuat aktivitas seperti membagikan sampel produk Royco Bumbu Kaldu Rasa Ikan, juga bisa membuat lomba masak berbahan dasar ikan.

“Gemarikan” walau didukung dengan bumbu kaldu rasa ikan nan inovatif, penting edukasi ke masyarakat, serta jaminan pemerintah akan ketersediaan produk ikan yang aman.
Foto: Istimewa

Alert untuk Pemerintah

Catatan Redaksi Wanitaindonesia.co, ihwal masyarakat banyak yang masih enggan mengonsumsi ikan, mitos bau amis, serta penyebab cacingan sudah tak relevan di masa sekarang. Seiring pesatnya informasi, edukasi pakar gizi, dokter masyarakat, juga temuan peneliti.

Kekinian masyarakat dihadapkan oleh isu ikan yang terkontaminasi merkuri, limbah logam berat, dan micro plastic. Pencemaran perairan yang masif, tak hanya terjadi di laut, namun sudah merambah ke sungai. Selain ikan laut, ikan sungai banyak yang terpapar logam berat, utamanya micro plastic.

Pada perhelatan Festival Kuliner ternama di Kelapa Gading semasa Gubernur DKI Jakarta dijabat oleh Ahok, ia mengkritisi aspek keamanan yang harus menjadi fokus utama, penyelenggaraan festival kuliner tersebut.

Soal enak, Ahok percaya semua pedagang yang berpartisipasi sudah sangat mumpuni dalam menyajikan masakannya. Tapi aspek keamanan, hal ini sangat krusial, tak boleh diabaikan hanya memikirkan aspek bisnis.

Waktu itu Gubernur humble, serta dikenang sebagai pemimpin yang tegas menyarankan panitia penyelenggara, untuk melabeli booth pedagang dengan aspek keamanan, yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Hal ini untuk melindungi konsumen, serta memberikan rasa aman, dan nyaman buat pengunjung. Masalah ikan ternyata pemimpin seperti Ahok punya trauma tersendiri.

“Awal menjabat sebagai Gubernur, ketika makan siang, staff saya menyajikan olahan ikan bakar. Sekilas terlihat lezat lho, menggoda dengan aroma ikan bakar yang sedap. Tak lama saya pun meragu, dan tak mau memakannya. Khawatir ikan bakar berasal dari laut yang tercemar limbah. Bisa berabe dong bila saya makan, “cerita Ahok.

Momen inilah yang kemudian membuatnya berinisiatif untuk mendatangkan ikan dari Kepulauan Belitung. “Di rumah, saya punya cold storage, tempat pendingin khusus untuk menyimpan ikan yang merupakan makanan favorit saya, dan keluarga, “ujar Ahok.

Terbaru ditolaknya udang beku Indonesia oleh Amerika Serikat. FDA mendeteksi udang beku Indonesia mengandung zat radioaktif. Walau masih di bawah ambang batas, peraturan ketat di sana tak mentolerir. Dikhawatirkan jika tubuh terpapar dalam jangka panjang, akan berisiko terkena kanker hingga kelainan genetik. Peer bagi pemerintah adalah memastikan bahwa udang yang terkontaminasi nuklir tersebut harus dimusnahkan, tidak malah dijual untuk pasar dalam negeri.

Tak hanya limbah, aspek lain yang membuat masyarakat bergeming, kurang mengonsumsi ikan, faktor ketersediaannya. Terkadang pasokan langka, harga ikan meroket dikarenakan hasil tangkapan nelayan yang tak banyak karena faktor cuaca.

Pun masih banyak oknum pedagang nakal yang tak sudi merugi. Mereka mengawetkan ikan agar terlihat segar, dan bisa disimpan dalam waktu lama, dengan menggunakan formalin.
Formalin bersifat karsinogenik, penyebab gangguan diantaranya pernapasan, dan pencernaan. Ulah pedagang jahat, formalin dicampurkan ke dalam air, kemudian diciprat-cipratkan ke tubuh ikan agar tak mudah busuk. Ciri ikan mengandung formalin kulit terlihat bersih, teksturnya kenyal, insang bewarna merah tua, serta tak mudah busuk.

Tentang aroma amis, ikan hidup yang baru ditangkap dari laut atau ikan hidup yang langsung diolah, aroma amisnya natural, tak terlalu kuat. Aroma amis yang kuat itu penanda, ikan mulai mengalami pembusukan. Pengalaman tak menyenangkan pernah dialami Wanitaindonesia.co saat berbelanja ikan di warung.

Pedagang memberikan keterangan palsu, kembung yang dijual ternyata sudah mengalami pembusukan ditandai dengan aroma amis yang sangat kuat. Sebagian tanda, badan ikan lembek, mata masuk ke dalam, serta sisik sebagian sudah terlepas. Saat diolah aroma amisnya begitu dominan, walau sudah dilumar sari jeruk nipis, dan dibumbui dengan kunyit yang tak mampu mengenyahkan aroma amis tersebut.

Ihwal aroma amis yang natural, Wanitaindonesia.co rasakan saat ikut memancing di tengah laut. Hasil pancingan berupa ikan Baramundi, Kaks langsung diolah. Rasanya sangat, sangat lezat. Berbeda jauh dengan ikan yang dijual di pasar apalagi warung.

Ikan hasil pancing yang langsung diolah dalam keadaan hidup, rasanya sangat lezat. Paduan dari rasa gurih, dan manis dengan juicy berlimpah. Untuk merayakan perayaan bersantap, ikan tak perlu dibumbui lengkap. Cukup dengan garam laut, olahan sederhana seperti dipanggang, hadir kelezatan alami yang tak semua orang bisa merasakannya.

Karenanya penting, agar Pemerintah berkomitmen penuh untuk menyediakan ikan segar yang aman untuk dikonsumsi, dengan pasokan yang stabil, serta harga yang relatif terjangkau. Mengingat harga ikan yang fluktuatif karena pengaruh cuaca.

Penting untuk membenahi tata kelola penjualan ikan dari jenis air laut, air tawar serta budidaya masyarakat. Pastikan konsumen merasa aman, yakin dengan membeli produk ikan yang telah tersertifikasi aman, utamanya bebas dari kandungan limbah kimia. Serta ikan harus dalam keadaan segar dengan memberikan batas waktu berupa tanggal kadaluarsa.

Tak cukup membuat regulasi, penting untuk melakukan pengawasan ketat, penegakan hukum dengan menindak pelaku, siapapun dia dengan pemberlakuan Undang-undang Konsumen.

Exit mobile version