WanitaIndonesia.co , Jakarta – Dari seporsi Sup Buntut ada beragam cerita seru, serta menarik yang saya alami berupa pengalaman baru menikmati sup panas di hotel mewah Fullerton Singapura, hingga mulut dibekap saat bersantap di Malaysia.
Jelang senja di kawasan prestisius Tebet Eco Park, seporsi Sup Buntut menjadi bukti perayaan kreativitas seorang Chef. Dan kami bangga bisa menikmatinya.
Seporsi Sup Buntut panas tersaji dengan aroma harum sedap rempah pala, cengkih, kapulaga menguar menggoda indera penciuman. Tak kalah memikat, teknik penyajian yang dikonsep kekinian, menghadirkan rasa untuk segera menuntaskan.
Menikmati sesuap demi sesuap bagian ekor sapi yang berdaging kenyal, serta bercitarasa gurih ini, bukankah sebuah anugerah untuk meningkatkan imun booster, di tengah musim kampanye, dan penghujan yang seringkali tak ‘ramah’?.
Flash back, dahulu Sup Buntut identik dengan olahan street food, yang dijual dengan konsep bersahaja di sebuah warung makan di daerah Menteng.
Tamunya banyak, datang silih berganti terutama di jam makan siang, mereka berasal dari berbagai kalangan.
Salah satunya berprofesi sebagai chef,
yang lokasi hotel tempatnya bekerja tak terlalu jauh dari warung.
Sebagai pelanggan setia, serta terlanjur cinta, ia pun mencoba menyajikan Sup yang berasal dari bagian ekor sapi, di cafe shop tempat ia bersama timnya mempertontonkan keahlian memasak untuk para tamu.
Kreativitas, Mendunia lalu Pamor Meredup
Sup Buntut menjadi salah satu menu buffet makan siang pada masa itu. Olahan sederhana kemudian di up-grade setara penyajian hotel berbintang, diantaranya menggunakan buntut impor dari Australia dan Amerika.
Dagingnya lebih tebal dan banyak, juga mudah empuk, tak sebanding dengan buntut lokal yang sedikit, serta keras.
Rempah yang digunakan sebagai bumbu disempurnakan, penggunaan pala harus terasa ‘nendang’ karena menjadi salah satu kunci kelezatan kaldu. Serta tersaji bersama pelengkap seperti emping, kerupuk, bawang goreng, sambal, jeruk nipis, dan kecap dalam wadah estetik.
Teknik penyajian yang dianggap Royal pada masanya, membuat para tamu bersuka-cita. Dalam kondisi lapar, tamu dibuat kalap. Mereka bebas untuk mengaduk, memilih, kemudian mengambil dalam porsi semaunya. Sering kali terjadi, yang belakangan antri harus pandai mengendalikan emosi, karena tak kebagian.
Yang masih tersisa itu hanya kuah, dengan sedikit sayuran.
Tak menunggu waktu lama, Sup Buntut hotel berbintang lima yang berlokasi di kawasan Menteng menjadi melting pot masyarakat sebagai menu terlezat.
Kekinian walau pamornya meredup, dikarenakan tak cakap dalam melakukan regenerasi, Sup Buntut Hotel senantiasa dikenang sebagai ikon kuliner mendunia.
Antara Singapura- Malaysia
Pengalaman berkesan WanitaIndonesia.co rasakan kala berada di Singapura. Bermalam di Hotel termewah di Singapura “Fullerton” dalam kekhusyuan Ramadan membekas hingga sekarang.
Karena ingin terus berpuasa, saya meminta makan pagi diubah menjadi santap sahur, yang dilakukan melalui room service. Malam sebelum tidur, saya telah memilih set menu Ala Carte yang dibawakan oleh pramusaji berkewarganegaraan Eropa.
Dari 3 pilihan sup, saya merasa surprised ketika menemukan Oxtail Soup with vegetables.
“Yesss, pengalaman bersantap Sup Buntut yang paling sempurna dalam lintasan sejarah panjang hidup, batin saya.
Ketika waktu sahur tiba, dan makanan diantar ke dalam kamar dengan takzim oleh pramusaji. Bergegas saya mengecek sup buntut favorit tersebut. Ceritanya suprised yang tak sesuai ekspektasi.u Oxtail Soup tersaji dalam kuah banyak, dengan irisan kecil daging, yang tak bisa saya jelaskan itu bagian dari buntut sapi atau bukan, dikarenakan teksturnya yang halus.
Setengah kecewa, lalu saya cicipi sedikit. Idiiih, rasanya flat. Beda sekali dengan rasa kaldu Sup Buntut Indonesia. u
Mengacu ke penyajian sup, teknik memasak western mengenal beragam jenis sup yang diantaranya dibedakan dari proses pembuatan, serta tekstur seperti clear soup.
Saya kurang teliti saat membaca menu Clear Oxtail Soup yang mencirikan sup yang tersaji lebih ringan dengan isian ala kadarnya, serta kaldu berlimpah.
Tentu tak seperti sup Indonesia. Jujur, waktu itu dalam keadaan euforia karena menemukan menu sup buntut, serta dalam kondisi fisik yang lelah, saya merindukan Sup Buntut Indonesia.
Pengalaman lain ikhwal Sup Buntut saat merayakan ‘Raya’ Lebaran di Malaysia bersama keluarga besar. Keluarga menyajikan beraneka-ragam makanan. Salah satunya Semangkuk besar Sup Buntut. “Wooow, saking senangnya, saya berteriak girang, “Oh Sup Buntut, aku datang, dan akan aku santap sebanyak-sebanyaknya.
“Sup Bun…., tiba-tiba bibir saya ditahan oleh tangan sepupu. Sambil menatap wajahku yang keheranan, ia berkata sambil berbisik, “jangan bilang Sup Buntut, karena orang Malaysia menyebut buntut merujuk alat kelamin pria, cetusnya menahan tawa.
“Ya Tuhan beri aku kesabaran, keluhku malu. “Ya, bukan Sup Buntut, tapi Sup Ekor, ujarku meralat. Malu, tapi lucu yang aku rasakan waktu itu.
Sup Buntut dalam Rice Paper
Kembali ke masa sekarang, saat tengah menikmati seporsi panas Sup Buntut, saya tersenyum bahagia melihat penyajian yang estetik. Selembar paper rice dilipat segiempat, tenggelam dalam kuah cokelat penebar aroma harum sedap rempah.
Paper Rice dikenal sebagai kulit lunpia Vietnam yang diolah dari tepung beras. Teksturnya lembut kenyal, bewarna putih transparan. Di dalam rice paper disembunyikan potongan buntut tanpa tulang, dipotong persegi. Menyertai buntut, dimasukkan aneka sayuran ‘wajib’ seperti wortel, kentang, dan tomat yang dipotong kotak kecil.
Sebelum beranjak pulang setelah ngopi-ngopi mandjah di daerah Tebet, saya bersyukur Ikhwal Sup Buntut saja, sudah berhasil membuat hidup menjadi lebih berwarna. Kebiasaan baik dengan merekam jejak eksplorasi kuliner, saya hadirkan kembali melalui resep Sup Buntut yang bisa menangkis cuaca dingin Jakarta.
Sup Buntut Ala WanitaIndonesia.co
Bahan :
1 kg buntut sapi, pilih yang berdaging tebal, rebus empuk
1,5 liter air
250 gr wortel, kupas, potong dadu sedang
250 gr kentang, kupas, potong dadu sedang
200 gr tomat, potong dadu
2 batang seledri
2 batang daun bawang, gunakan bagian putih
1 sdt gula pasir
1 sdt garam
6 lembar kulit lunpia Vietnam (Rice Paper)
Bumbu :
1 butir pala, memarkan,
5 butir cengkih
5 butir kapulaga
2 butir pekak
1 sdt merica hitam, giling kasar.
100 gr bawang bombay, iris halus
12 buah bawang merah, iris halus,
6 siung bawang putih, iris halus
2 cm jahe, memarkan,
5 sdm minyak, untuk menumis.
Cara Membuat :
1. Pisahkan daging dari tulang buntut, lalu potong dadu kecil. Ambil selembar kulitu lunpia Vietnam, isi dengan buntut, lipat persegi.
2. Didihkan air wortel, dan kentang. Kecilkan api, sisihkan.
3. Panaskan 2 sdm minyak, tumis pala, cengkih, kapulaga, pekak, merica hitam hingga harum, kemudian angkat. Masukkan ke dalam rebusan buntut. Aduk rata.
4. Panaskan 3 sdm minyak, tumis bawang bombay, bawang merah, bawang putih, dan jahe hingga harum. Angkat, masukkan ke dalam rebusan kaldu sambil diaduk rata.
5. Tambahkan daun seledri, daun bawang, dan tomat sambil diaduk-aduk hingga rata. Masukkan garam, dan gula pasir. Masak selama 2 menit. Angkat.
6. Cara Penyajian :
Ambil selembar kulit lunpia berisi buntut. Letakkan di tengah mangkuk. Tuang kaldu panas. Tambahkan sayur, dan bahan pelengkap.
Untuk : 6 porsi. (RP).