wanitaindonesia.co – Saat sejumlah penelitian mengungkap bahwa vaksin dosis ketiga atau booster mampu meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus corona, banyak orang jadi berusaha untuk mendapatkan vaksin tersebut. Namun, ketika itu pemerintah menegaskan, karena para tenaga kesehatan berdiri di garda terdepan penanganan COVID-19, maka merekalah yang menjadi prioritas dalam mendapatkan vaksin booster.
Mengutip Kompas, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan, “Sisanya akan didorong melalui vaksin berbayar. Harga vaksin dan hal lain akan dimatangkan kembali. Ini akan dikalkulasi secara lebih detail, diperlukan untuk menahan, apabila ada gelombang ketiga.”
Dicky Budiman, epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, mengingatkan pemerintah soal cakupan vaksinasi, sebelum kemudian merancang skema vaksin booster. Menurutnya, vaksin ketiga bisa diberikan setelah cakupan vaksinasi nasional sudah mencapai 50% – 60%. Karena, negara punya tanggung jawab untuk melindungi. Ia berharap, mereka yang rentan terhadap COVID-19, seperti lansia, mendapatkan prioritas, sebelum memberikan booster.
Airlangga menyebutkan, skema pemberian vaksin dosis ketiga ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo sebagai antisipasi gelombang ketiga COVID-19. Presiden mengharapkan skema ini selesai dalam waktu dekat.
Selain itu, vaksin booster ini juga dibicarakan dalam kaitannya dengan ibadah haji dan umrah. Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Ramadhan Harisman, menyebutkan, pihaknya juga membahas tentang beragam kemungkinan skema vaksin booster yang berbayar.
Hingga kini World Health Organization sebenarnya belum merekomendasikan vaksin ketiga untuk masyarakat umum. Mereka menyebutkan bahwa dua dosis vaksin masih dinilai efektif untuk melawan virus corona. (f)