wanitaindonesia.co – Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini media sosial telah menjadi sebuah dunia yang tercipta untuk manusia berinteraksi lintas batas dan waktu. Pada umumnya, selain menjadi ajang untuk menjalin komunikasi dengan berbagai jaringan yang ada, media sosial tanpa disadari telah menjadi sebuah diary berjalan bagi penggunanya. Celakanya jika dulu kita membuat catatan harian di buku yang ada kunci rahasianya, tidak dengan media sosial. Justru curahan hati kita dengan sengaja dibuat untuk dibaca sebanyak mungkin orang. Apa benar fenomena ini adalah fenomena normal akibat perputaran zaman saja? Apa ya kira-kira dampak dari “curhat” di media sosial?
- Membuka aib diri sendiri dan orang lain
Niat untuk berceloteh ringan dan bebas dengan gaya penulisan masing-masing terkadang akhirnya menggiring kita untuk membuka aib diri sendiri. Tidak menutup kemungkinan juga akhirnya kita bisa membuka aib pasangan, keluarga, sahabat, maupun orang lain yang tidak kita kenal sekalipun.
- Memicu perselisihan
Sudah banyak kasus seperti perceraian, permusuhan, bahkan tindakan kriminal yang dimulai dari media sosial. Ranah virtual yang dapat melahirkan multi persepsi bisa membuat kemungkinan ini semakin besar. Oleh karena itu hendaknya kita lebih bijak lagi untuk berceloteh.
- Tendensi riya dan sombong
Curahan hati akhirnya bisa berujung pada keinginan untuk pamer atau riya. Umumnya orang ingin menampilkan yang terbaik jika ingin dilihat oleh orang lain. Tujuannya hanya ingin mendapatkan pujian. Akhirnya sifat sombong perlahan lahir dan mendarah daging. Naudzubillahimindzalik.
- Mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat
Bercerita hangat yang biasanya dilakukan dengan suami, keluarga, atau sahabat akhirnya beralih pada bercerita lepas di media sosial. Akhirnya mereka yang seharusnya mendapat porsi perhatian utama menjadi terabaikan. Keasyikan curhat di media sosial membuat hubungan menjadi jauh
- Memicu perilaku bergosip atau bergunjing
Curhat apalagi mengenai orang lain bisa membuat rasa penasaran bagi yang melihatnya. Jika sudah mulai muncul pertanyaan maka jawaban dinanti oleh sekian banyak orang. Tanpa sadar muncul komentar yang membicarakan keburukan orang lain.
- Mencari perhatian yang tidak tepat
Membuat status di media sosial baik sadar atau tidak memiliki tujuan untuk diperhatikan orang lain. Padahal tidak ada gunanya mendapat simpati dari orang lain. Hanya menjadi ajang memupuk rasa self esteem yang bisa berlebihan dan berakibat fatal.
- Membuat silaturahim tidak lagi diperlukan
Dengan mudahnya kita berceloteh dan “mengenalkan” diri kita ke banyak orang di media sosial, tanpa sadar ini membuat orang lain dapat mengenal kita dengan mudah. Jika sudah begini, perkenalan silaturahim tatap muka secara konvensional seakan tidak diperlukan.
Hayo, apa kamu salah satu yang suka curhat di sosial media, Sisters?