wanitaindonesia.co – Hingga saat ini, kapan usia yang tepat untuk mengajarkan anak membaca masih menjadi materi perdebatan yang populer. Ada dua pendapat umum mengenai hal ini, yakni, pertama, membaca bukanlah kompetensi anak-anak di usia PAUD hingga TK karena membaca terlalu membebani otak mereka. Sementara, pendapat umum kedua memandang sebaliknya, yakni bahwa semakin dini seorang anak belajar membaca, maka akan semakin mudah dan baik.
Banyak yang mengira bahwa untuk mengajarkan anak membaca maka yang harus dilakukan pertama kali adalah melatih mereka untuk melafalkan gabungan huruf atau mengeja. Padahal, hal ini tidak mudah dilakukan oleh setiap anak. Sarah Punkoney, MAT, magister kurikulum dan praktisi homeschooling pendiri Stay at Home Educator mengatakan, “Sementara, belajar membaca adalah proses alami bagi beberapa anak, itu melelahkan bagi yang lain karena belajar membaca adalah proses yang rumit.”
Sarah menjelaskan bahwa ada tiga bagian otak berbeda yang diaktifkan saat membaca satu kata. “Jadi bayangkan betapa kerasnya otak harus bekerja saat membaca kalimat dan paragraf penuh, atau halaman dan buku!” cetusnya.
Anti-Stres Mengajarkan Membaca
Akan tetapi, membiarkan usia emas anak-anak berlalu dan kemudian mengegas mereka untuk tiba-tiba belajar membaca di usia TK juga bukan cara yang tepat. Yang ada, justru anak akan kaget dan rentan stres.
Dr. Nell Duke, profesor pendidikan usia dini di University of Michigan, AS mengatakan bahwa proses literasi atau keaksaraan anak usia dini dimulai sejak mereka masih bayi. Seiring bertambahnya usia, anak-anak mengembangkan kemampuan dasar yang mengarah pada membaca di kemudian hari. Hal tersebut disebut dengan keterampilan pra-membaca.
Sekalipun masing-masing anak punya kecepatan perkembangan yang berbeda dan sebagian besar anak tidak benar-benar bisa fasih membaca hingga usia SD, menurut Sarah, keterampilan pra-membaca ini perlu dikembangkan sejak awal. Ia menuturkan bahwa membangun keterampilan pra membaca akan membantu meredakan stres dan kesulitan belajar membaca saat anak memulai pendidikan formal.
Nah, ada enam keterampilan pra membaca yang dibutuhkan setiap anak dan bagaimana cara mengembangkannya?
1. Print Motivation
Sebelum bisa membaca, artinya anak-anak harus tertarik pada buku dulu, dong. Nah, motivasi anak terhadap buku ini termasuk ke dalam keterampilan pra membaca. Orang tua atau pengasuh utama anak memegang peranan penting dalam mengembangkan keterampilan ini.
Jadi, bukan tiba-tiba menyerahkan anak pada guru untuk diajarkan membaca ya, Ma, Pa. Orang tua harus rajin membaca untuk anak mereka. Orang tua juga harus menjadi contoh untuk anak-anaknya.
Yang bisa dilakukan orang tua:
- Tunjukkan kebiasaan membaca di depan anak.
- Bacakan anak buku setiap hari dengan nyaring.
- Sediakan buku di dekat anak sehingga ia bisa memilihnya sendiri walau hanya untuk dilihat-lihat.
- Pilih buku yang tepat sesuai usia anak.
2. Narrative Skill
Keterampilan naratif adalah kemampuan menggambarkan sesuatu dan menceritakan kembali sebuah peristiwa atau buku yang sudah dibaca. Untuk anak yang masih kecil, kemampuan ini mungkin hanya berupa mengulang beberapa kata utama yang ditemukan dalam halaman buku.
Yang bisa dilakukan orang tua:
- Perdengarkan cerita pada anak Anda.
- Baca buku bersama, bahkan bila itu buku yang sama berulang kali. Cerita di buku dapat mengajarkan anak hubungan sebab-akibat.
- Libatkan anak dalam permainan pura-pura atau pretend play.
- Ajukan pertanyaan terbuka saat membaca buku, misalnya “Wah, ini si kelinci sedang apa, ya?” “Kira-kira mereka mau kemana, ya?”
- Sering bertanya pada anak tentang bagaimana harinya atau bagaimana perasaannya. Anda bisa membaca di sini untuk mengetahui bagaimana cara mempercepat perkembangan bicara anak.
- Bacalah buku yang berbeda bersama-sama. Kemudian, ceritakan buku yang sudah Anda baca padanya dan berikutnya adalah giliran ia yang menceritakan buku yang dibacanya.
3. Print Awareness
Adalah kesadaran anak bahwa setiap cetakan apa pun bentuknya (buku, majalah, koran, brosur, struk belanja) memiliki fungsi. Ia juga memiliki kesadaran bahwa setiap kata memiliki arti.
Print awareness juga mencakup pengetahuan anak dalam memegang buku (tidak terbalik), mengetahui mana sisi sampul depan dan belakang serta mengetahui bagaimana cara membalik halaman satu per satu.
Yang bisa dilakukan orang tua:
- Biarkan anak memegang buku dan mengenali cara membalik halaman.
- Berikan kesempatan anak untuk membaca buku sendiri, sekalipun itu hanya melihat gambar dan membaliknya.
- Baca keras setiap hari, apa pun! (Bisa menu makanan, rambu-rambu, billboard, baliho, nama resto, papan pengumuman, dan lainnya).
- Tunjukkan tulisan dari kata yang Anda ucapkan sehingga mereka.
4. Vocabulary
Artinya, anak-anak memiliki kosa kata yang semakin kaya sesuai perkembangannya. Ia mengetahui nama-nama benda, hewan, buah, sayur, dan lainnya serta bisa menunjukkannya.
Yang bisa dilakukan orang tua:
- Ceritakan pada anak apa yang terjadi di sekitar Anda.
- Sebutkan apa nama benda yang sedang Anda pegang pada anak.
- Sering ajak anak mengobrol.
- Gunakan bahasa yang paling nyaman untuk keluarga Anda.
- Baca buku bergambar setiap hari.
- Ajak anak mendeskripsikan hewan/benda/buah. Bantua dia menemukan kata yang tepat.
5. Phonological Awareness
Ini adalah kesadaran mendengarkan di mana anak mengidentifikasi dan bermain dengan bagian kata. Di usia 3 atau 4 tahun, anak Anda akan mulai menunjukkan peningkatan keterampilan bermain dengan kata-kata dengan mengubah suara atau suku kata.
Yang bisa dilakukan orang tua:
- Nyanyikan lagu. Lagu memiliki nada yang berbeda untuk setiap suku kata dalam sebuah kata, jadi anak-anak dapat mendengar suara yang berbeda dalam kata-kata.
- Buat plesetan kata dan ajak anak menyebutkan kata yang benar.
- Tantang anak menyebut benda yang suku kata depannya sama, misalnya bola-bolu, buku-buka.
6. Letter Knowledge
adalah pemahaman membedakan satu huruf dan huruf lainnya, termasuk penyebutannya. Ini mencakup segala sesuatu yang terlibat dalam membantu seorang anak belajar mengidentifikasi nama dan suara huruf.
Yang bisa dilakukan orang tua:
- Nyanyikan lagu alfabet.
- Membaca buku alfabet.
- Teka-teki menemukan alfabet yang hilang.
- Sebutkan satu alfabet dan tantang anak menyebut satu alfabet setelahnya.
- Tantang anak mencari salah satu alfabet di antara tulisan.
- Ajarkan anak menuliskan namanya.
Wah, ternyata proses anak belajar membaca itu tidak bisa ujug-ujug diajak menyebut huruf dan mengeja, ya. Sarah mengatakan bahwa jika enam keterampilan pra-membaca utama ini dapat dikembangkan anak-anak sebelum dan selama prasekolahmembantu secara dramatis dalam memudahkan mereka belajar membaca.