Wanitaindonesia.co, Jakarta – Selalu ada cara, serta inovasi kekinian yang dihadirkan oleh Panitia JF3 dalam hajatan terbaik festival fashion di Indonesia yang memasuki penyelenggaraan ke – 20.
Tak ciut oleh gempuran tantangan krisis kesehatan, lalu diikuti dengan krisis ekonomi global, Soegianto Nagaria tetap berkomitmen penuh untuk memajukan industri fashion Indonesia lewat beragam iniasitif, serta langkah kongkrit bagi keberlangsungan JF3. Kabar baiknya diceritakan lewat penyelenggaraan event fenomenal yang dinanti masyarakat mode Indonesia, dan internasional di penyelenggaraan dua dekade JF3.
Soegi salah satu persona maskulinitas yang membidani kelahiran JF3, 20 tahun silam menceritakan lintasan emas perjalanan panjang event yang melibatkan ekosistem pekerja kreatif di bidang fashion dan kuliner ini, serta para pendukungnya.
Lintasan emas dari perjalanan panjang JF3 terhadap ekosistem fesyen di Indonesia hadir lewat sinergi apik panitia penyelenggara JF3 dengan Pemerintah, para desainer, pelaku industri, para model profesional, praktisi, sahabat media, serta banyak pihak yang memiliki kepedulian yang sama.
Chaiman JF3 menjelaskan, “Lima tahun pertama event berfokus untuk mendukung keberadaan desainer Indonesia, agar lewat karyanya bisa menjadi pebisnis profesional, dikarenakan Jakarta merupakan kiblat fesyen di Indonesia. Kami mengumpulkan talenta-talenta berbakat untuk menuangkan ide, serta gagasan lewat selembar wastra menjadi produk busana unggulan yang menyelaraskan dengan zamannya.”
Asa Selalu Ada Untuk Kedigdayaan Industri Fashion Indonesia
“Membersamai itu, kami harus memberikan pemahaman baru ihwal fesyen berselera global dari racikan wastra peninggalan generasi terdahulu ke masyarakat luas.
Bangsa Indonesia memiliki keberagaman wastra dengan sejarah panjang, nilai, dan makna budaya mendalam. Selain batik, jangan lupakan tenun, lurik, ikat, serta pengembangan dari turunan wastra yang terbilang sangat beragam, “ujar Soegi.
Soegi menambahkan, “Esensinya, kesadaran masyarakat harus hadir, menjaga lifestyle sembari mengagungkan marwah wastra lewat aspek keberlanjutan. Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk mencintai ketradisionalan, mencintai negeri, mencintai budaya dengan membuka wawasan kebhinekaan berpikir lewat produk fashion yang dikenakan dalam sejumlah momen, teristimewa bila diaplikasikan sebagai busana sehari-hari. ”
“Perjalanan kian menantang saat muncul gempuran pandemi yang kemudian diikuti krisis ekonomi. Padahal pada masa ini puncak kreatifitas penyelenggaraan kian inovatif, dan sempurna. Salah satunya kami mendengar, memilah, lalu memilih masukkan bernilai dari banyak pihak yang berkompeten di bidang industri fashion global agar pelaksanaan kke depan jauh lebih baik. Di sinilah kami diuji dengan pandemi Covid-19, kemudian diikuti oleh krisis ekonomi, “imbuh Soegi.
Soegi melanjutkan, “Tantangan yang tak mudah, namun atas Berkat, Rahmat Tuhan YME, serta dukungan seluruh panitia, pemangku kepentingan, juga pihak-pihak lainnya, kami tetap hadir dengan optimisme, satu visi, guna mendukung industri fashion Indonesia, pelaku usahanya, serta ekosistem fashion Indonesia agar membumi, dan go global.”
Menurut pria pecinta busana batik, Pencapaian emas keberadaan JF3 bukan mengacu kepada penyelenggaraan event semata, namun JF3 merupakan ekosistem mapan untuk mendukung para pelaku industri mode bertumbuh sebagai ekosistem fashion yang solid.
Ekosistem mencakup acara JF3 sebagai platform untuk menghubungkan pelaku dengan media, dan masyarakat. Mal, dan Dept Store sebagai sarana bertransaksi, serta pasar yang telah terbangun.
Lakon Indonesia dan Pintu Incubator Langkah Kongkrit Dukung Fashion Indonesia Berkelanjutan
Soegi menambahkan, “Sejumlah terobosan terus digencarkan, penandanya berupa Lakon Indonesia yang menjadi identitas fashion Indonesia masa depan. Merupakan ekosistem pelestarian budaya Indonesia dengan menggali kembali esensi dasar budaya, kemudian membawanya menjadi bagian yang senantiasa terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari masyarakat modern. ”
“Muncul upaya untuk menggaungkan proses produksi busana yang kembali ke akar rumput budaya Indonesia. Mengedepankan olahan wastra karya anak bangsa, dengan menitikberatkan pada aspek penjahit terdahulu berbasis pada pekerjaan tangan.!
Sangat inspiratif, menggugah kesadaran bahwa industri fashion Indonesia harus lahir lewat sentuhan seni ketrampilan penjahitnya, serta peran desainer untuk menyelaraskan wastra warisan agar berselera global, “ujar Soegi bungah
“Menyusul Pintu Incubator yang membuka peluang bagi para desainer muda untuk menunjukkan kreativitas berselera global agar dikenal, serta diminati di kancah global. Sebelumnya peserta mengikuti program mentoring, dan master class intensif dengan beragam mentor ahli dari Indonesia, dan Perancis guna mempersiapkan desainer mengikuti pameran Paris Trade Show dan Trunk Fashion Show, “urai Soegi.
“Mentoring juga dilakukan untuk memperkuat wawasan, bisnis, dan budaya dari dua negara. Tak peduli kecil, besarnya dampak yang telah kami lakukan bagi perkembangan industri fashion Indonesia, tekad kami satu untuk terus berkontribusi bagi perkembangan industri fashion Tanah Air. Tentu berkat dukungan dari berbagai pihak, niat mulia ini bisa tercapai dengan baik, “terang Soegi.
“Kian bersemangat manakala hadir progres, apresiasi banyak pihak, serta mulai terlihat perubahan yang signifikan terhadap industri fesyen Indonesia. Dari sini muncul spirit buat kami untuk meningkatkan pencapaian-pencapaian itu, tentunya berpegang kepada penyelenggaraan JF3 yang unggul sebagai pelopor, memiliki konsep yang baik, selalu berkembang, serta memiliki kredibilitas. Penting dukungan berkelanjutan oleh lini usaha mal, dan properti dari komitmen yang kuat, “ungkap Soegi.
Soegi menegaskan, Lewat JF3, kami memiliki komitmen yang kuat untuk merawat budaya adiluhung Indonesia, seperti para pelaku, pengrajin, serta beragam produk wastra bernilai seni. Budaya menjadi marwah bagi peradaban sebuah bangsa besar seperti Indonesia. Pada setiap penyelenggaraan, panitia senantiasa menghadirkan beragam wastra Nusantara.
“Kami turut mendukung pelestarian pengrajin wastra, serta pengembangan desain produk dengan menghadirkan kolaborasi apik bersama para desainer ternama Indonesia. Para pengrajin diajak untuk mendemonstrasikan keahliannya dalam membatik, menenun di Fashion Village, “pungkas Soegi.