Site icon Wanita Indonesia

Yukk Ke Pulau Wehh Nikmati Pemandangannya

wanitaindonesia.co – Pulau Waduh( ataupun We) ataupun diketahui pula dengan Pulau Sabang merupakan pulau vulkanik kecil yang terdapat di barat laut Pulau Sumatra. Pulau ini sempat tersambung dengan Pulau Sumatra, tetapi setelah itu terpisah oleh laut sehabis meletusnya gunung berkobar terakhir kali pada era Pleistosen. Pulau ini terdapat di Laut Andaman. Kota terbanyak di Pulau Waduh, Sabang, merupakan kota yang terdapat sangat barat di Indonesia.

Pulau ini populer dengan ekosistemnya. Penguasa Indonesia sudah memutuskan area sepanjang 60 km² dari pinggir pulau bagus ke dalam ataupun ke luar selaku pengungsian alam. Hiu bermulut besar bisa ditemui di tepi laut pulau ini. Tidak hanya itu, pulau ini ialah salah satunya lingkungan kodok yang statusnya rawan, Bufo valhallae( genus Bufo). Terumbu karang di dekat pulau dikenal selaku lingkungan bermacam genus ikan.

BACA JUGA: Yukk Berlibur Ke Gunung Fuji Yang Terletak Di Negeri Sakura

Geografi

Panorama alam ke arah Telaga Aneuklaot di atas Sabang, Pulau Waduh. Gambar koleksi Tropenmuseum Amsterdam.

Pulau Waduh terdapat di Laut Andaman, tempat 2 golongan kepulauan, ialah Kepulauan Nikobar serta Kepulauan Andaman, terhambur dalam satu garis dari Sumatra hingga lempeng Burma. Laut Andaman terdapat di lempeng tektonik kecil yang aktif. Sistem sesar yang lingkungan serta kepulauan busur vulkanik sudah tercipta di selama laut oleh pergerakan lempeng tektonik.[4]

Pulau ini terbentang selama 15 km( 10 mil) di akhir sangat utara dari Sumatra. Pulau ini cuma pulau kecil dengan besar 120, 7 km², namun mempunyai banyak pegunungan. Pucuk paling tinggi pulau ini merupakan suatu gunung berkobar fumarolik dengan besar 617 m( 2024 kaki). Dentuman terakhir gunung ini diperkirakan terjalin pada era Pleistosen. Selaku dampak dari dentuman ini, beberapa dari gunung ini sirna, terisi dengan laut serta terbentuklah pulau yang terpisah.

Di daya 9 m( 29, 5 kaki) dekat dari kota Sabang, fumarol dasar laut timbul dari bawah laut.[5] Runjung vulkanik bisa ditemui di hutan. Ada 3 wilayah solfatara: satu terdapat 750 m bagian tenggara dari pucuk serta yang yang lain terdapat 5 kilometer serta 11, 5 kilometer bagian barat laut dari pucuk di tepi laut barat teluk Lhok Perialakot.

Ada 4 pulau kecil yang mengitari Pulau Waduh: Klah, Rubiah, Seulako, serta Rondo. Di antara keempatnya, Rubiah populer selaku tempat pariwisata menyelam sebab terumbu karangnya. Rubiah jadi tempat pelabuhan masyarakat Mukmin Indonesia yang melakukan haji laut buat saat sebelum serta sehabis ke Mekkah.[6]

Penduduk

Pulau Waduh ialah bagian dari provinsi Aceh. Sensus tahun 1993 membuktikan ada 24. 700 masyarakat di pulau ini.[7] Kebanyakan dari populasi itu merupakan kaum Aceh serta lebihnya Minangkabau, Jawa, Batak, serta Tionghoa.[8] Tidak dikenal bila pulau ini awal kali ditempati. Islam merupakan agama penting, sebab Aceh merupakan provinsi spesial yang memutuskan hukum Syariah. Tetapi, ada sebagian orang Kristen serta Buddha di pulau ini. Mereka mayoritas bersuku Jawa, Batak, serta Tionghoa.

Pada bertepatan pada 26 Desember 2004 guncangan dasar laut yang besar( 9 rasio Richter) terjalin di Laut Andaman. Guncangan ini mengakibatkan terbentuknya serangkaian tsunami yang membunuh sekurang- kurangnya 130. 000 orang di Indonesia.[9] Akibat kepada pulau Waduh relatif kecil,[10] namun tidak dikenal berapa banyak masyarakat dari pulau itu yang berpulang dampak guncangan itu.

Ekonomi

Perekonomian Pulau Waduh beberapa besar didominasi oleh agrikultur. Hasil kuncinya merupakan cengkih serta kelapa.[8] Tempat reproduksi ikan bernilai kecil terletak di area itu, serta nelayan dengan cara megah memakai peledak serta sianida dalam memancing. Oleh karena itu, dari tahun 1982, pengungsian alam dibangun oleh penguasa Indonesia yang tercantum 34 km² di darat serta 26 km² di dekat lautan.[7]

2 kota penting di pulau ini merupakan Sabang serta Balohan. Balohan merupakan dermaga kapal feri yang bekerja selaku calo antara pulau Waduh serta Banda Aceh di darat Sumatra. Sabang ialah bandar berarti dari akhir era ke- 19, sebab kota ini ialah pintu masuk ke antara Malaka.

SS Sumatra berhenti di Sabang tahun 1895

Saat sebelum terusan Suez dibuka tahun 1869, kepulauan Indonesia digapai lewat Antara Sunda dari Afrika. Dari terusan Suez, rute ke Indonesia lebih pendek lewat Antara Malaka. Sebab kealamian dermaga dengan air yang dalam serta dilindungi dengan bagus, penguasa Hindia Belanda menyudahi buat membuka Sabang selaku bandar.

Pada tahun 1883, bandar Sabang dibuka buat kapal berdermaga oleh Federasi Atjeh.[11] Awal mulanya, dermaga itu dijadikan pos batubara buat Angkatan Laut Kerajaan Belanda, namun setelah itu pula melibatkan kapal orang dagang buat mengirim benda ekspor dari Sumatra Utara.

Tiap tahunnya, 50. 000 kapal melampaui Antara Malaka.[12] Pada tahun 2000, penguasa Indonesia melaporkan Sabang selaku Alam Perdagangan Leluasa serta Dermaga Leluasa buat memperoleh profit dengan mendirikan dermaga itu selaku pusat peralatan buat kapal luar negara yang melampaui antara itu.[13] Infrastruktur buat bandar, dermaga, bangunan serta sarana buat memuat materi bakar lagi dibesarkan.

Pulau Waduh pula populer dengan ekoturismenya. Menyelam, menaiki gunung berkobar serta resor tepi laut merupakan energi raih penting dari pulau ini. Dusun kecil Iboih, diketahui selaku posisi buat berenang di dasar laut. Sebagian m dari Iboih merupakan Rubiah, yang diketahui dengan terumbu karangnya.[14]

Ekosistem

Sepanjang tahun 1997- 1999, Conservation International melaksanakan survey kepada terumbu karang di area itu.[7] Bagi survey, keragaman terumbu relatif sedikit, namun keragaman genus ikan amat besar. Sebagian genus ditemui sepanjang survei tercantum di antara lain Pogonoperca ocellata, Chaetodon gardneri, Chaetodon xanthocephalus, Centropyge flavipectoralis, Genicanthus caudovittatus, Halichoeres cosmetus, Stethojulis albovittatus, Scarus enneacanthus, Scarus scaber serta Zebrasoma desjardinii.[7]

Guncangan alam di dekat Aceh serta Laut Andaman tahun 2004

Pada 13 Maret 2004, ilustrasi sangat jarang serta tidak lazim dari genus hiu bermulut besar, terdampar di tepi laut Gapang.[15] Hiu bermulut besar mempunyai mulut besar yang khas, hidung yang amat pendek serta luas. Ilustrasi itu ialah temuan yang ke- 21[15]( sebagian berkata ke- 23[16]) dari spesiesnya semenjak penemuannya pada tahun 1976. Hiu jantan yang berdimensi jauh 1, 7 m( 5, 58 kaki) serta mempunyai berat 13, 82 kilogram( 30, 5 pon) yang memadat dikirim ke Badan Ilmu Wawasan Indonesia( LIPI) buat riset lebih lanjut. Hingga tahun 2006, cuma ada 36 temuan hiu bermulut besar di Samudra Pasifik, Hindia, serta Atlantik.[17]

Guncangan alam serta tsunami tahun 2004 mempengaruhi ekosistem di pulau itu.[18] Di dusun Iboih, petak tumbuhan bakau yang besar sirna. Reruntuhan dari darat ditumpuk di karang- karang sekelilingnya selaku dampak tsunami. Pada tahun 2005, dekat 14. 400 benih bakau ditanam balik buat melindungi hutan bakau itu.[19]

Tidak hanya dari ekosistem dasar laut, pulau Waduh ialah salah satunya lingkungan dari genus kodok yang rawan, bernama Bufo valhallae( genus” Bufo”).[20] Genus ini cuma bisa dikenal dari coretan dari pulau ini. Sebab pembabatan hutan di pulau Waduh, jumlah populasi dari genus itu tidak bisa ditentukan.

Exit mobile version