wanitaindonesia.co – World Car Free Day (CFD) diperingati pada 22 September setiap tahun di berbagai belahan dunia. Tujuan gerakan ini adalah meningkatkan kesadaran warga dunia akan pentingnya mengurangi penggunaan kendaraan bermotor demi memangkas jumlah emisi karbon. Sebab, emisi karbon atau pelepasan sejumlah gas (termasuk karbon dioksida, karbon monoksida, metana) ke atmosfer bumi adalah penyebab terjadinya fenomena efek rumah kaca yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global dan perubahan iklim.
Selanjutnya, gaung gerakan CFD menyebar dengan cepat dari Eropa ke bagian-bagian dunia lain. Singkatnya, pada 2007 gerakan CFD bisa ditemukan di 2000 kota di 35 negara, termasuk Indonesia.
Penerapan CFD menunjukkan hasil menggembirakan di sejumlah kota. Di Paris, seperti dilansir di situs Guardian, kandungan gas polutan berupa nitrogen dioksida di dalam udara mengalami penurunan sebesar 7% pada hari Minggu penerapan CFD dibandingkan hari Minggu lain. Sedangkan di London, tepatnya di Regent Street, tempat diterapkannya CFD, penurunan kadar gas nitrogen dioksida di udara bahkan mencapai 60% dibandingkan hari sebelumnya.
Di Jakarta, sebuah riset yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Indonesia dan dimuat dalam International Journal of Geomate (2019) menyatakan bahwa penerapan CFD memang bisa menurunkan kadar sejumlah gas polutan di Jalan Sudirman – Thamrin, meskipun jumlahnya kurang signifikan dibandingkan hari-hari sebelumnya. Selain itu, peneliti juga menyatakan bahwa penerapan CFD justru menimbulkan imbas kenaikan kadar gas polutan di jalan-jalan lain yang terletak di sekitar Jalan Sudirman – Thamrin. Soalnya, tak sedikit orang yang mengunjungi area CFD dengan kendaraan pribadi dan parkir di lingkar luar Jalan Sudirman – Thamrin, bukan datang ke area CFD dengan kendaraan umum.
Di luar hal ini, peneliti menyatakan bahwa ajang CFD tetap bisa memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan lain, mulai dari aspek kesehatan (ajang CFD untuk kegiatan olahraga), aspek sosial (ajang CFD dimanfaatkan untuk menjalin kebersamaan dengan kerabat), dan aspek ekonomi (pendapatan pedagang kaki lima meningkat hingga 80-200% selama CFD).
Meski demikian, tak ada salahnya jika kita terus berusaha agar kegiatan CFD bisa menyumbangkan lebih banyak manfaat bagi lingkungan. Salah satunya dengan lebih sering memanfaatkan sarana transportasi umum untuk bepergian, mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari kegiatan CFD, serta meningkatkan kesadaran untuk mengurangi pemakaian kendaraan bermotor dalam keseharian, tidak hanya selama CFD. (wi)