Wartawan Senior AR Lubis Sentil Wartawan Zaman Now Malas Membaca dan Kurang Update

Peserta UKW harus mampu menyelesaikan 10 materi tes secara tepat, cepat seputar pertanyaan tertulis, tugas, serta praktek tugas jurnalistik

wanitaindonesia.co, Jakarta – Wartawan profesional mereka yang suka membaca untuk , wawasannya agar dapat menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas. “Lalu, apakah wartawan yang malas membaca masih bisa disebut wartawan?, kata AR Lubis wartawan senior.

Pernyataannya tersebut disampaikan saat ia menjadi penguji dari PWI Pusat, pada pelaksanaan Uji Kompetensi Wartawan angkatan 57-58 pada kelompok muda di Sekretariat PWI Jaya, Kamis (29/9/2022).

Pelaksanaan Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diikuti oleh semua jenjang, kelompok muda, madya dan utama bertujuan untuk menilai seberapa kompetennya peserta dari segi kualitas dan kompetensi dalam menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas, serta independen yang berpedoman kepada Kode Etik Jurnalistik (KEJ).

Menurut AR Lubis wartawan zaman Now yang malas membaca dikhawatirkan tak akan mampu menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas. Di tengah era perkembangan media yang beralih ke industri dengan maraknya media berbasis digital, kompetisinya terbilang ketat. Wartawan harus beradu cepat memberikan informasi yang akurat untuk memenangkan persaingan. Selain muncul sejumlah tantangan dari ramainya pemberitaan hoax, “paparnya.

“Terlebih saat kita menghadapi Era Post – Truth yang didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana fakta obyektif kurang berpengaruh dalam pembentukan opini publik, dibandingkan dengan emosi dan keyakinan pribadi. Media mainstream tidak selalu dijadikan rujukan.
Orang tidak lagi mencari kebenaran dan fakta, melainkan afirmasi dan konfirmasi, serta dukungan atas keyakinan yang dimilikinya, “ujar AR Lubis.

“Wartawan tidak boleh kehilangan marwahnya sebagai profesi yang memberikan edukasi ke masyarakat dengan pemberitaan yang akurat, serta menginspirasi dengan sejumlah hal-hal baru yang mereka tulis, yang diharapkan berdampak bagi pembaca untuk hijrah menjadi lebih baik, “tegas AR Lubis.

Tantangan Dijawab dengan Skills dan Sense of News

“Muncul tantangan buat wartawan Zaman Now, karena dituntut untuk menghasilkan berita secara cepat, sesuai target, khususnya pada media online.
Hal ini akan sulit dipenuhi jika wartawan tidak trampil membagi waktu, jika pun sukses memenuhi target, berita yang dibuat hanya sekedar informasi mendasar saja, “papar AR Lubis.

“Berbeda dengan wartawan dahulu yang bekerja dengan segala keterbatasan terutama pada aspek teknologi, namun tuntutannya sama harus membuat berita aktual terdepan dengan mengutamakan akurasi.
Mereka diwajibkan untuk melakukan wawancara kepada banyak narasumber berkompeten, melakukan investigasi, serta mencari tahu dari sumber-sumber terpercaya, salah satunya dengan membaca, “urai AR Lubis.

AR Lubis Wartawan Senior yang berusaha mengembalikan idealisme wartawan melalui UKW

Lebih lanjut AR Lubis menyampaikan, “Agar mampu bersaing dengan mengutamakan aspek tulisan yang mengutamakan kedalaman berita, wartawan harus banyak mencari referensi sebelum acara, utamanya dengan membaca dari banyak sumber berita. Hal lain yang bisa dilakukan dengan mengikuti webinar, maupun seminar, “katanya.

“Penting untuk mengasah sense of news yang merupakan kepekaan seorang wartawan akan beragam aspek yang bisa dijadikan bahan berita menarik saat ia mulai melangkah ke luar rumah, berada di perjalanan, hingga sampai ke tempat pekerjaan.
Produk jurnalistik yang dihasilkan oleh wartawan yang senang membaca tentunya akan menjadi lebih bernilai karena mengandung ilmu yang banyak, informasi-informasi baru, bisa memberikan kesegaran berbahasa, memperkaya perbendaharaan, serta aspek lain, “tegas AR Lubis.

“Apa yang harus dilakukan sebelum menghadirkan liputan terjadwal seperti Press Conference?, malamnya atau sebelum acara, Anda sudah menggali informasi sebanyak-banyak tentang topik yang hendak dibahas dari sumber informasi terpercaya. Cari juga informasi seputar narasumber , kiprah dan pencapaiannya, “saran AR Lubis.

“Bagaimana membangun kebiasaan membaca?, biasakan dalam sehari untuk membaca minimal 1 jam, lalu tingkatkan hingga beberapa jam dengan memanfaatkan waktu luang diantaranya saat menunggu acara dimulai, atau ketika terjebak macet, serta menggunakan moda transportasi umum seperti kereta api.
Saat membaca buat catatan kecil seputar akar permasalahan yang akan ditulis, lalu pahami. Jika belum paham permasalahan tersebut bisa ditanyakan langsung ke narasumbernya, “jelas AR Lubis.

“Pada liputan terjadwal yang temanya beragam wartawan dituntut memiliki wawasan, serta pengetahuan seputar permasalahan yang hendak dibahas.
Ketika selesai meliput acara terjadwal, Anda dapat membuat artikel dengan lancar dengan materi yang berkualitas. Selain itu tulisan yang Anda buat bisa menjadi referensi terbaru bagi pembaca, serta diperhitungkan didunia jurnalistik, “pungkas AR Lubis. (RP).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini