WanitaIndonesia.co, Jakarta – Penenun binaan perkumpulan Cita Tenun Indonesia (CTI) sejak awal dibina selalu menggunakan pewarnaan alami pada proses produksi untuk fashion berkelanjutan.
Sebagai organisasi lokal yang peduli akan keberlanjutan wastra tenun, CTI hadir dari buah pemikiran bernas Bunga Bangsa Okke Hatta Rajasa, yang pada saat itu gundah akan keberlanjutan wastra tenun yang memiliki pikat mendunia.
Berkat upaya lebih, serta kegigihan kaum Perempuan Indonesia untuk menyelamatkan, serta mengembangkan warisan adi luhung bangsa agar mendunia, upaya ini bersinar di panggung global.
Penghargaan prestisius Fashion 4 Development (F4D) diberikan
atas kiprah para Wanita Indonesia dalam upaya berkelanjutan, dengan memerhatikan aspek hulu ke hilir dalam pelestarian wastra sebagai warisan budaya tinggi (heritage), upaya memelihara lingkungan, serta memperkaya tenun Indonesia. Penghargaan diterima oleh Okke Hatta Rajasa di New York, Amerika Serikat.
Sebagai organisasi nirlaba yang digerakkan oleh kaum Perempuan Indonesia, CTI memiliki beragam program kerja yang meliputi pelestarian, pelatihan dan pengembangan perajin untuk meningkatkan produksi, bekerja sama dengan berbagai pihak, guna memperluas pasar lokal dan mancanegara.
Kian Prestisius Bermitra dengan Banyak Para Pakar
Program kerja utama pemberdayaan perajin tenun tradisional di Indonesia, dilakukan melalui pembinaan komprehensif dan ekstensif selama satu tahun. Program bertujuan untuk mengedukasi perajin tenun lokal untuk bekerja lebih efektif, efisien dan ramah lingkungan, selain memperluas wawasan mereka tentang pasar mode kontemporer.
Saat ini, Cita Tenun Indonesia memiliki 28 sentra binaan di berbagai pulau di Indonesia. Program pembinaan bermitra dengan perancang mode dan tekstil, antropolog dan sosiolog, ahli merek dan pewarnaan, serta pengontrol kualitas. Kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekosistem desa perajin tenun.
Yang menarik di penghujung program, para desainer mode yang bermitra akan membuat sebuah koleksi dengan menggunakan kain tenun hasil pelatihan tersebut, dan dipresentasikan pada sebuah peragaan busana di Jakarta.
Saat masyarakat dunia menggaungkan sustainable fashion atau mode berkesinambungan, Cita Tenun Indonesia telah melakukan praktik tersebut sejak awal proyek hingga saat ini.
“Kesejahteraan perajin penting dengan target produksi yang wajar, serta kompensasi yang sesuai. Tak kalah penting upaya merawat kelestarian lingkungan sekitar, “kata Okke saat menerima penghargaan.
Pada proses pewarnaan, perajin selalu menggunakan pewarna alami atau pewarna sintetis yang ramah lingkungan. Tahun 2016, CTI mengadakan sebuah perhelatan akbar bertajuk “Warna Alam”, dengan menyajikan berbagai kain tenun, busana, dan dekorasi rumah yang seluruh pewarnaannya menggunakan bahan alami yang dapat ditemukan di sekitar desa perajin. (RP).