Tren Belanja Refill Anti Ribet, Rawat Lingkungan, Lebih Menguntungkan!

Ki-ka : Uso, Ditjen PSLB3 KLHK RI, Maya Tamini, Unilever Indonesia, Sri Mulyati, Dinas Lingkungan Hidup Prov. DKI Jakarta, Renata Felichiko, Alner bersama mitra Bank Sampah penerima apresiasi kinerja terbaik. Foto : Istimewa

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Belanja kebutuhan sehari-hari di era pemanasan global bukanlah hal yang sederhana. Butuh mindset, dan tanggungjawab.

Pengaruh limbah plastik yang mengotori Bumi, serta berdampak pada berbagai aspek kehidupan mulai dirasakan masyarakat. Alam Indonesia kini tak lagi cantik karena terkontaminasi oleh beragam sampah kemasan FMCG yang didominasi oleh kemasan sachet. Selain dampak langsung dari rantai makanan yang tercemar mikroplastik. Ini serius!

Tak pelak karena polusi limbah plastik dengan wilayah cakupan yang sangat luas, serta merata di daratan, sungai, perbukitan, pegunungan, pantai hingga lautan, Indonesia darurat sampah plastik. Di kancah global Indonesia disentil sebagai negara ke -2 terbesar dunia penghasil limbah plastik.

Salah satu sumbernya berasal dari plastik kemasan sachet yang diproduksi oleh produsen FMCG. Mereka memproduksi beragam produk kebutuhan masyarakat dari makanan, minuman, pembersih rumah, produk kebersihan badan, produk kesehatan, hingga skincare. Disayangkan sebagian brand besar penghasil sampah kemasan tersebut, tak memiliki sistem pengolahan limbah yang mereka hasilkan. Pun sebagian sampah plastik kemasan seperti sachet tak bernilai sirkular.

Salah satu brand yang memiliki fokus lebih pada sampah yang mereka produksi adalah Unilever.
Sebagai brand FMCG ternama, Unilever secara global berkomitmen untuk membantu mengatasi permasalahan plastik dari hulu, tengah hingga hilir pada rantai bisnis.

Mereka menargetkan di 2025 pengurangan 50% plastik baru, pengurangan mutlak 100.000 ton, serta mempercepat penggunaan plastik daur ulang hingga 25%. Selain memastikan 100% kemasan plastik dapat digunakan kembali, didaur ulang, maupun diubah jadi kompos. Juga mengumpulkan, dan memproses lebih banyak plastik daripada yang dijual.
Bahkan mereka telah menyerahkan Peta Jalan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, mengenai road map produsen yang jelas,
dan terukur, dalam upaya pengumpulan, serta daur ulang sampah.

Perusahaan lejen yang telah lama mengakomodir kebutuhan masyarakat dengan beragam produk inovatif memiliki kepedulian tinggi terhadap sustainability.
Momen Hari Isi Ulang Sedunia (16/6) lalu dirayakan dengan gelaran diskusi “Refill Station Berdayakan UMKM, Dorong Gaya Hidup Belanja Ramah Lingkungan”.
Alner, Unilever Indonesia, dan EY merayakan perkembangan projek Transform-Alner, didukung Kantor Luar Negeri, dan Pemerintah Inggris.

Hanya dalam waktu setahun, projek berhasil memberdayakan 675 UMKM dalam menyebarluaskan gaya hidup belanja isi ulang (refill) di lingkungan masyarakat. Upaya tersebut mampu mengurangi 4.412 kg kemasan plastik baru.

Maya Tamimi Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation mengatakan, “Berpegang pada prinsip ekonomi sirkular, kerangka kerja yang selalu mendasari seluruh strategi kami adalah mengurangi sampah plastik, menggunakan plastik yang lebih baik, atau tanpa plastik.”

“Refill sejalan dengan Program Unilever Indonesia Community Refill Program untuk mengurangi konsumsi sampah plastik baru, dan memperkenalkan alternatif belanja ramah budget, utamanya ramah lingkungan. Program belanja refill Unilever Indonesia hadir di 817 titik di Jabodetabek, Surabaya, dan sekitarnya, “terang Maya.

Low Tech Refill, projek Transform – Alner nan inovatif tanpa mesin.
Foto : WanitaIndonesia.co

Kolaborasi Anak Negeri dan Pemerintah Inggris

Edukasi ke konsumen dan Refill Enterprise terus digencarkan lewat hubungan kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Program Gerakan Guna Ulang Jakarta yang dicetuskan oleh Enviu, dan Dietplastik, di mana Alner sebagai anggota, dengan memperkenalkan refill ke Bank Sampah.

Sri Mulyati, S.T,M.Sc.,
Ketua Sub Kelompok Kemitraan Data dan Informasi, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta mengatakan, “Sesuai fungsinya, Bank Sampah merupakan fasilitas untuk mengelola sampah dengan prinsip 3R. Sarana edukasi perubahan perilaku dalam pengelolaan sampah, dan pelaksana ekonomi sirkular yang dibentuk, dan dikelola masyarakat.”

Sri menambahkan, “Bank Sampah berpeluang untuk menjadi wadah sosialisasi refill sekaligus dimanfaatkan sebagai outlet refill. Kami mendorong pengaplikasian projek kebanyak lagi Bank Sampah di Jakarta. Karena setahun projek Transform – Alner berjalan, mampu berkontribusi terhadap penguraian masalah sampah plastik, serta peningkatan perekonomian masyarakat.”

Alner startup penyedia layanan sistem guna ulang kemasan produk FMCG (barang konsumsi) telah menjalankan projek Transform-Alner, dengan opsi refill inovatif pada sejumlah produk dengan menyasar masyarakat kelas bawah.

Renata Felichiko, Chief Commercial Officer Alner menyampaikan, “Salah satu mitra kami dalam penjualan refill adalah Bank Sampah, yang mulai memasuki ekosistem refill sebagai pengecer, dan pengumpul sistem kemasan, yang dapat digunakan kembali.”

“Sebagai mitra, mereka tidak hanya ikut berpartisipasi dalam upaya mengurangi permasalahan sampah plastik, tapi juga berdaya secara ekonomi. Projek dinamakan Refill Enterprise dengan menjadikan refill sebagai daya saing, serta kekuatan sebuah usaha, “imbuh Renata.

Saat ini jumlah Refill Enterprise sebanyak 675 titik, di Jabodetabek dengan pendapatan bulanan meningkat Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000 dari bulan sebelumnya.
Projek didanai hibah Transform, akselerator yang bertujuan untuk membawa dampak kebaikan. Dipimpin Unilever, Pemerintah Inggris, dan EY. Sebagai pemenang hadiah hibah tahun lalu, Alner menjalankan proyek berkelanjutan dengan Group Unilever Indonesia.