wanitaindonesia.co – Ini obrolan yang cukup kerap terdengar di rumah aku:
- Aluf: Ingin makan roti pake meises
- Aku: Astaga rotinya habis luf! Makan sereal aja betul?
- Aluf: Tidak ingin! Maunya makan rotiiii!
Aku: Tetapi rotinya habis, bunda belum beli. Tidak apa- apa deh, hari ini aja makan sereal. Esok makan roti lagi kan dapat..
BACA JUGA : Tanda-tanda Pelecehan Seksual pada Anak Remaja
- Aluf: Aluf maunya rotiiiii!
- Aku: Tidak terdapat luf! Makan sereal kan pula tak apa- apa sekali- sekali! Mengapa sih wajib roti lalu?
- Aluf: Huaaaaaaaaaaaaaaa ingin rotiiiiiiii!*nangis*
- Aku:*Menenggak panadol*
Semenjak ia kian besar serta pinter ngomong, perbincangan semacam di atas memanglah tidak terelakkan. Jika dahulu aku sedang berkutat dengan ASI, pengimunan, MPASI, potty training serta lain- lain, dikala ini aku malah lebih fokus ke kemajuan psikologisnya. Aku pula berasumsi, di umur yang nyaris 3 tahun ini, aku wajib mulai membuat alas ikatan yang kokoh antara aku serta ia. Perihal itu aku pikir dapat aku mulai dengan menekuni gimana metode berbicara yang bagus. Aku tidak ingin dong, jika esok ia serta aku jadi jauh serta kerap gaduh kala ia telah abege sebab aku tidak mengerti gimana metode berbicara yang bagus:(
Aku suka sekali kala memperoleh novel“ Berdialog Supaya Anak Ingin Mengikuti& Mengikuti Supaya Anak Ingin Ucapan”. Sesungguhnya telah lumayan lama aku mengikuti mengenai novel yang ditulis oleh Adele Faber serta Elaine Mazlish ini. Aku apalagi luang berasumsi buat membeli tipe bahasa aslinya, tetapi saat sebelum itu aku jalani, novel terjemahannya telah duluan berlabuh ke meja aku: D Pasti saja langsung aku belalah lekas!
Sedikit latar belakang, novel ini, yang aslinya bertajuk“ How to Talk So Kids Will Listen and Listen So Kids will Talk” memanglah sesungguhnya lumayan legendaris serta dikira selaku salah satu novel parenting terbaik yang sempat ditulis. Novel ini ditulis oleh Faber serta Mazlish selaku“ buku petunjuk” untuk para orang berumur yang mau membesarkan kanak- kanak mereka dengan penuh apresiasi serta mau berbicara 2 arah, tetapi tidak ketahui gimana triknya. Novel ini sendiri sudah terjual sebesar 3 juta kopi serta diterjemahkan ke dalam 20 bahasa. Sehabis aku membacanya, aku tidak bingung serupa sekali!
Jujur, aku sesungguhnya lebih senang membaca novel yang bukan alih bahasa. Tetapi aku wajib akui kalau novel ini diterjemahkan dengan bagus, tanpa terdapat kalimat- kalimat yang terdengar“ abnormal” serta pula sebagian coretan, berbentuk pengalaman orang berumur, dicocokkan dengan situasi di Indonesia lebih gampang buat dipahami.
Bukunya sendiri mengarahkan gimana kita menghormati kanak- kanak kita serta perasaan mereka, mengatakan perasaan kita selaku orang berumur tanpa memakai metode yang menyakitkan( semacam membentak serta mengurangkan) serta pula gimana kita dapat jadi pemirsa yang lebih bagus untuk kanak- kanak.
Dengan uraian yang biasa, tidak bertele- tele dan data yang efisien, kita diajarkan gimana menanggulangi perasaan- perasaan minus anak, semacam rasa frustrasi, amarah, kekesalan serta lain- lain. Gimana membuat anak ingin bertugas serupa dengan kita, apa saja pengganti pengganti ganjaran serta gimana memakai aplaus dengan cara efisien. Kita pula hendak ketahui kalau metode kita berbicara, serta perkata yang seleksi, memiliki akibat yang amat besar untuk kemajuan kanak- kanak serta rasa yakin diri mereka.
Memanglah banyak sekali sih data yang wajib diserap di dalam novel ini. Namun kita memanglah tidak dimohon buat membacanya dalam tadi malam serta mempraktekan semua isinya dan diharapkan sukses mengganti metode kita berbicara dengan anak dalam durasi sepekan. Pengarang novel ini menganjurkan kita buat membaca novel ini dengan cara lama- lama serta mulai membuat perubahan- perubahan kecil dengan cara berangsur- angsur. Lagipula, apa yang diajarkan di novel ini ialah modal yang amat berarti untuk kemajuan kanak- kanak kita serta dapat pengaruhi semua hidup mereka, jadi alami kan jika memerlukan durasi buat membacanya?:)
Oiya aku pula suka sekali dengan novel ini sebab di dalamnya ada banyak sekali ilustrasi- ilustrasi yang dapat berikan kita petunjuk mengenai gimana mempraktekan cara- cara berbicara di kehidupan tiap hari. Terdapat yang berupa coretan lukisan, terdapat pula yang berbentuk pengalaman dari para orang berumur yang mengikut workshop yang diadakan oleh Faber serta Mazlish.
Aku kasih ilustrasi betul, salah satu“ ilmu” yang terdapat di novel ini yang langsung aku praktekan ke Aluf petang itu. Salah satu ayat menarangkan mengenai gimana kita menolong anak buat menanggulangi bermacam marah negatifnya. Sebagian metode yang diajarkan merupakan mencermati saksama dengan penuh atensi, sebutkan julukan perasaan itu( misalnya: kalian tentu kecewa betul!) serta kasih anak ambisinya dalam imajinasi.
Nah petang itu, kita lagi membeli- beli di supermarket. Dalam ekspedisi mengarah ke tempat parkir mobil, Aluf memandang mainan mobil- mobilan serta beliau juga mulai memerap memohon bermain. Sebab telah wajib kembali, pasti saja aku tidak dapat menyepakati. Tetapi aku berupaya mempraktekan apa yang terkini aku pelajari:
- Aluf: Saya ingin naik mobil- mobilan maaaa…
- Aku: Tetapi kita udah wajib kembali luf. Papa udah nunggu..
- Aluf: Tetapi saya ingin naik mobil- mobilaaaaan!
- Aku: Bunda mengerti. Tentu Aluf pilu betul tidak dapat naik mobil- mobilan saat ini?
- Aluf: Iya…
Aku: Cinta betul kita udah wajib kembali. Coba kalau kita sedang memiliki durasi, tentu Aluf dapat bermain mobil- mobilan itu. Semacam ini nih luf. Vrooom! Vrooom!( sembari menggerakkan tangan aku semacam mengemudikan mobil)
Aluf: Hahaha iyaaaa Vrooom! Vroom!
Serta dengan tertawa- tawa, tanpa satupun tetes air mata, kita berlari ke tempat parkir mobil sembari berbohong lagi pacuan. Mutahir kan?: D
Novel“ Berdialog Supaya Anak Ingin Mengikuti& Mengikuti Supaya Anak Ingin Ucapan” diterbitkan oleh Buah Batin serta telah ada di gerai novel di semua Indonesia. Novel ini dijual dengan harga Rp. 59. 000 tetapi kita memiliki 1 novel buat diserahkan ke mom yang berkeinginan. Triknya mudah aja, silahkan kasih ketahui aku, apa sih permasalahan dalam berbicara dengan anak yang bagi mom sangat mengusik? Apakah ia mereka senang pura- pura tidak denger jika dikasih mengerti? Kitanya yang kerap lenyap ketabahan? Please share!