Tingkatkan Kapasitas Fasilitator Pengasuhan Anak Usia Dini, Kemendukbangga/BKKBN Selenggarakan Sosialisasi Standardisasi Kompetensi

Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) menyelenggarakan Sosialisasi Standardisasi Kompetensi Fasilitator Pengasuhan Anak Usia Dini Tingkat Purwa Tahun 2025, secara secara daring melalui Zoom dan Youtube kemendukbangga_bkkbn, Senin (15/09/2025).

WanitaIndonesia.co – Untuk meningkatkan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan guna mendorong kapitalisasi Bonus Demografi, penyediaan fasilitas tempat penitipan anak adalah hal yang strategis. Sejalan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan kapasitas fasilitator pengasuhan anak usia dini (AUD) di kelas-kelas pengasuhan seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA), dan layanan sejenis lainnya, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) menyelenggarakan Sosialisasi Standardisasi Kompetensi Fasilitator Pengasuhan Anak Usia Dini Tingkat Purwa Tahun 2025, secara secara daring melalui Zoom dan Youtube kemendukbangga_bkkbn, Senin (15/09/2025).

“Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/BKKBN berkomitmen untuk memastikan TPA (Tempat Penitipan Anak) mendapatkan pendampingan pengasuhan yang baik sesuai dengan yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang RPJMN Tahun 2025-2029,” ujar Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Sekretaris Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Prof. Budi Setiyono, S.Sos, M.Pol.Admin, Ph.D

Prof. Budi pun menyampaikan bahwa sosialisasi ini merupakan bentuk dukungan Kemendukbangga/BKKBN dalam mewujudkan Generasi Emas melalui Asta Cita ke-4, yakni memperkuat sumber daya manusia dan Asta Cita ke-6, pembangunan dari desa yang didukung oleh program keluarga berbasis siklus hidup.

Mitra kerja Kemendukbangga/BKKBN, Education Specialist UNICEF Indonesia Nugroho Indra Warman juga menyampaikan dukungan terkait standardisasi fasilitator pengasuhan AUD, “Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, investasi pada anak, khususnya anak usia 0-6 tahun, sangatlah penting. Ada banyak bukti, bahwa perkembangan anak usia dini memang merupakan salah satu investasi modal manusia yang paling hemat biaya. Investasi pada tahun-tahun awal dapat menghasilkan tingkat pengembalian tertinggi, baik itu bagi keluarga, masyarakat, maupun negara.”

Baca Juga :  Kepala BKKBN: Makanan Bergizi Tak Harus Mahal, Ikan Lele Jadi Solusi Cerdas!

Fasilitator pengasuhan AUD pada kegiatan ini dibekali dengan kompetensi yang mencakup dua aspek utama, yaitu kompetensi dasar yang meliputi kebijakan, advokasi, komunikasi, pencatatan dan pelaporan, serta rujukan. Aspek lain adalah kompetensi teknis yang melingkupi kesehatan, kecukupan gizi, pengasuhan responsif, stimulasi dini, serta keamanan dan keselamatan anak usia dini yang pada pelatihan ini disampaikan oleh para pakar mitra kerja Kemendukbangga/BKKBN.

Dimensi Keamanan dan Keselamatan

Dr. Ika Febrian Kristiana, S.Psi., M.Psi dari Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, salah satu narasumber dalam sosialisasi ini, menyampaikan bahwa dimensi keamanan dan keselamatan meliputi kondisi kesehatan selama masa kehamilan, administrasi kelahiran anak, serta akses layanan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi anak, dan kompetensi literasi keuangan keluarga.
“Pada modul kompetensi keamananan dan keselamatan anak usia dini, fasilitator diharapkan mampu menjelaskan persyaratan keamanan dan keselamatan pada Ruang Bermain Ramah Anak (RBRA), mengenalkan layanan Taman Asuh Sayang Anaka (TAMASYA), mengidentifikasi kriteria rumah layak huni, mengenali bahan berbahaya di lingkungan rumah, serta memahami risiko penggunaan gadget,” papar Dr. Ika.

Baca Juga :  BKKBN Optimalisasi Kampung KB di 157 Desa di Balangan

Dimensi Kesehatan

Pengasuhan anak usia dini ternyata dimulai sejak masa kehamilan. Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. R. Soerjo Hadijono, Sp. OG, Subsp. Obgin dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dalam paparan dimensi kesehatan yang perlu diketahui fasilitator pengasuhan AUD, yakni kehamilan, persalinan, nifas, dan kontrasepsi.
Sementara Dr. dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K) dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan dimensi kesehatan yang meliputi penyakit umum dan pencegahannya pada anak usia dini, imunisasi rutin pada anak, serta perilaku hidup bersih sehat keluarga dengan anak usia dini.

Dimensi Kecukupan Gizi

Dr. dr. Lucy Widasari, M.Si dari Penghimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) menjelaskan bahwa dimensi kecukupan gizi meliputi edukasi gizi pada ibu hamil, isi piringku ibu hamil berbasis pangan lokal, konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) selama masa kehamilan, serta risiko dan pencegahan anemia selama masa kehamilan.
Dimensi kecukupan gizi juga mencakup ASI eksklusif dan manajemen laktasi, makanan pendamping ASI (MPASI) untuk usia 6-23 bulan, gizi seimbang untuk anak usia 24-59 bulan, serta gizi seimbang untuk anak usia 60-72 bulan (5-6 tahun).

Baca Juga :  Laporan UNFPA: Jutaan Orang Ingin Memiliki Anak, Tapi Terkendala untuk Mewujudkannya

Dimensi Stimulasi Dini

“Ada beberapa prinsip dasar perkembangan anak yang perlu diperhatikan orang tua, seperti perkembangan mencakup serangkaian perubahan dalam diri individu, perkembangan berkorelasi dengaan pertumbuhan, perkembangan mempunyai pola yang dapat diprediksikan, perkembangan memiliki tahapan yang berurutan, perkembangan pada usia-usia awal akan menentukan tahap-tahap selanjutnya, dan perkembangan antar individu mempunyai kecepatan yang berbeda-beda,” Dr. Wiwin Hendriani, S.Psi., M.Si dari Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) menjelaskan dimensi stimulasi dini.

Dimensi Pengasuhan Responsif

Dr. Weni Endahing Wami, M.Psi., Psikolog dari Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia (IPPI) memaparkan beberapa kompetensi dalam dimensi pengasuhan responsif, antara lain kompetensi perlindungan dari tindak kekerasan, pengasuhan tanpa diskriminasi, kesehatan jiwa pengasuh, dan pengasuhan responsif.
“Pengasuhan responsif menggabungkan tiga prinsi dasar, asih, asah, dan asuh,” ujar Dr. Weni.

Pelatihan teknis ini ditujukan untuk ASN Penyuluh KB/PLKB dan Pengasuh TAMASYA/TPA yang akan diselenggarakan sebanyak 10 (sepuluh) Angkatan mulai tanggal 15 September hingga 9 Oktober 2025 dengan target sebanyak 5.750 Penyuluh KB/PLKB dan Pengasuh TAMASYA/TPA sebanyak 726 orang. Adapun platform pembelajaran yang digunakan adalah lms-elearning.bkkbn.go.id bagi ASN Penyuluh KB/PLKB, serta melalui sibima.bkkbn.go.id bagi kader BKB dan pengasuh TAMASYA. (srv)