
WANITAINDONESIA.CO – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah merupakan langkah strategis untuk membangun generasi emas Indonesia di masa depan. Namun, meningkatnya kasus keracunan makanan di sejumlah daerah membuat program ini kembali disorot.
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sekaligus Kepala Disaster Risk and Reduction Center (DRRC UI), Prof. Fatma Lestari, menegaskan bahwa aspek keamanan pangan harus menjadi prioritas utama dalam implementasi MBG.
“Program Makan Bergizi Gratis adalah langkah besar untuk masa depan bangsa. Tetapi, jangan hanya fokus pada kata ‘gratis’ dan ‘bergizi’. Pastikan juga makanan itu aman. Karena sejatinya, setiap asupan yang aman dan sehat adalah pondasi untuk melahirkan generasi Indonesia yang lebih kuat, cerdas, dan berdaya saing,” ujar Prof. Fatma.
Pentingnya Keamanan Pangan
Menurut Prof. Fatma, MBG tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya jaminan food safety (keamanan pangan) dan food hygiene (higiene pangan). Kasus keracunan yang masih terjadi menjadi pengingat pentingnya standar dan sistem pengawasan yang ketat.
Ada tiga alasan utama mengapa aspek ini tak boleh diabaikan:
- Melindungi kesehatan anak – usia anak lebih rentan terhadap penyakit akibat makanan tercemar.
- Mencegah keracunan massal – kasus keracunan makanan di sekolah sebenarnya dapat dicegah dengan pengawasan yang benar.
- Menjaga mutu program MBG – implementasi harus mengacu pada standar nasional, misalnya SNI ISO 22000, sehingga masyarakat yakin makanan benar-benar aman.
Lima Langkah Praktis Untuk memastikan keamanan pangan dalam MBG, Prof. Fatma menyarankan lima langkah penting:
- SOP Dapur Bersih: petugas wajib menjaga kebersihan, mulai dari cuci tangan hingga penggunaan sarung tangan, masker, dan seragam bersih.
- Menu Seimbang: porsi makan terdiri dari setengah piring sayur-buah, seperempat karbohidrat, dan seperempat protein.
- Pemeriksaan Food Handler: petugas dapur harus rutin menjalani pengecekan kesehatan, termasuk penyakit menular seperti hepatitis, TBC, dan tifus.
- Audit dan Inspeksi: standar harus dipastikan berjalan lewat pemeriksaan harian, audit bulanan, hingga evaluasi berkala.
- Teknologi Pendukung: pemanfaatan aplikasi monitoring dan sistem rantai dingin (cold chain) untuk menjaga mutu makanan.
“Makanan yang sehat harus bebas dari bahaya biologis (bakteri, virus), kimia (pestisida, logam berat), maupun fisik (kerikil, serpihan plastik). Standar keamanan pangan menjadi kunci agar program tidak hanya memberi manfaat gizi, tetapi juga benar-benar melindungi kesehatan penerima manfaat,” tegas Prof. Fatma yang juga Wakil Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N).
Generasi Emas Harus Terlindungi Ia menutup dengan mengingatkan, anak-anak sekolah yang menjadi target utama program MBG adalah calon generasi emas Indonesia. “Mereka harus benar-benar dijaga, terutama dari apa yang mereka makan. Asupan bergizi tidak akan maksimal tanpa jaminan keamanan, kebersihan, dan kesehatan,” tandasnya.(ver)




