Tika Bravani Perankan Ibu Siti Walidah di Pertunjukan Teater Monolog Bertajuk “Aku Yang Tak Kehilangan Suara”

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Regina Art menyuguhkan teater monolog tentang sosok Ibu Siti Walidah, istri sang pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan.

Regina Art merupakan kelompok seni yang berkomitmen menghadirkan karya-karya berkualitas yang merefleksikan kekayaan sejarah, budaya, dan nilai-nilai kemanusiaan melalui seni pertunjukan yang difokuskan mengangkat tema perempuan.

Teater ini digelar dengan tajuk “Aku Yang Tak Kehilangan Suara” dan aktris Tika Bravani didapuk untuk memerankan Ibu Siti Walidah dalam pertunjukan teater monolog tersebut.

Baginya, ini merupakan pengalaman berharga sekaligus membanggakan bisa memerankan sosok perempuan yang punya jasa dalam mendukung perjuangan sang suami, KH Ahmad Dahlan.

“Pertunjukan ini tak hanya merupakan penghormatan terhadap tokoh besar, tetapi juga menjadi ruang refleksi atas peran dan suara perempuan dalam sejarah maupun kehidupan modern,” kata Tika Bravani saat dijumpai di sela-sela jumpa pers persiapan teater monolog tersebut.

Peraih Piala Citra untuk Pemeran Pendukung Wanita Terbaik pada Festival Film Indonesia 2014 ini mempersiapkan diri memerankan karakter penting sosok perempuan Tangguh seperti Ibu Siti Walidah. Sampai-sampai, ia merasakan semangat kebangsaan yang begitu besar.

“Ibu Siti Walidah yang tak hanya berperan sebagai istri tokoh besar, namun juga sebagai pemimpin perempuan, pendidik, dan penggerak sosial,” Tika Bravani mengurai dengan decak kagum.

Nantinya, pementasan teater monolog bertajuk “Aku Yang Tak Kehilangan Suara” bakal digelar di Galeri Indonesia Kaya pada 31 Mei 2025 selama dua kali pertunjukan, yakni pada pukul, 15.00 dan 19.00 WIB.

Joane Win, selaku produser teater monolog tersebut, menyampaikan, Tika Bravani akan menghidupkan kembali suara dan semangat Ibu Siti Walidah yang hingga kini masih relevan dalam perjuangan perempuan Indonesia.

“Dalam satu bagian dialognya yang paling menggugah, dikutip pernyataan beliau: canting adalah jembatan antara kain dan pikiran. Bagiku dia bukan hanya alat untuk menorehkan lilin diatas kain. Tapi juga simbol ketelatenan, kesabaran, dan kedalaman jiwa,” kata Joane Win.

“Dan pertunjukan ini juga untuk mengenang hari wafatnya Ibu Siti Walidah yang meninggal dunia pada tanggal 31 Mei 1946,” tuturnya. (GIE)