
Wanitaindonesia.co, Jakarta – Penguatan industri mode Indonesia & Prancis bisa dilakukan lewat beragam cara.
Salah satunya lewat Seminar Fesyen & Kerajinan yang diselenggarakan secara cuma-cuma oleh Kedutaan Besar Prancis di Indonesia melalui Institut Indonesia Prancis (IFI).
Kolaborasi ini tentunya berkat peran strategis JF3 Fashion Festival, ekosistem LAKON Indonesia yang sukses dengan memberikan banyak insight menarik buat ratusan peserta seperti desainer, pengrajin pendidik, wartawan serta profesional fesyen dua negara.
Beragam isu yang menjadi tantangan industri fesyen Indonesia & Prancis diulas secara bernas lewat pemaparan menarik, menggugah kesadaran masyarakat kedua negara untuk berbuat lebih demi Kedigdayaan industri fashion kini, dan masa depan.
Seminar dibagi menjadi dua sesi pagi, dan siang.
Acara pagi menampilkan rangkaian lokakarya dari 15 narasumber inspiratif yang telah dikurasi, dipandu para ahli Prancis, dan Indonesia LEWAT. Hadir topik yang menjadi isu global “Mode Berkelanjutan, dan Praktik Ekonomi Sirkular.” Dilanjutkan dengan “Sejarah Mode, dan Narasi Budaya.” Kian relevan dengan zaman topik lainnya “Penataan Gaya, Etiket Produksi, dan Manufaktur Bertanggung Jawab.
Sesi siang tak kalah memikat membahas “Enduring Threads” yang menyorot ihwal keahlian tradisional sangat penting serta berkelanjutan di industri fesyen Indonesia, dan Prancis yang cepat berubah. Tema kedua “Fashion’s Green Threads”, mengulas fesyen berkelanjutan sebagai bentuk gerakan kepedulian bersama desainer, industri, dan jurnalis.
Acara dihadiri oleh Duta Besar untuk Indonesia, Yang Mulia Fabien Penone, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif RI, Irene Umar,
Wakil Menteri Kebudayaan RI, Giring Ganesha Djumaryo (yang masing-masing membuka pada diskusi panel 1 & 2). Turut hadir Chairman JF3, Co-initiator PINTU Incubator, Soegianto Nagaria, Founder LAKON Indonesia, Penasihat JF3, Co-initiator PINTU Incubator, Thresia Mareta, Direktur Ecole Duppere Paris, Alain Soreil. Juga para Desainer, Praktisi, Akademisi, Jurnalis, Pelajar serta masyarakat umum.

Foto : Wanitaindonesia.co
Fabien menyampaikan, “Tahun 2025 menjadi penanda 75 Tahun hubungan diplomatik Indonesia, Prancis. Momen Istimewa ditandai oleh deklarasi bersama dengan menerapkan Program PINTU sebagai inisiatif kreatif terdepan dalam kerja sama seni, dan budaya Prancis, dan Indonesia. ”
“Mode, dan desain disepakati sebagai pilar utama dari peta jalan budaya dua negara besar.
Bersama-sama kita perlu merenungkan agar dapat membentuk ekosistem fesyen global berakar kepada kreativitas, etika dari warisan budaya Indonesia, dan Prancis, “tambahnya.
Fabien melanjutkan, “Diawali lewat seminar yang diselenggarakan oleh IFI, dan PINTU Incubator, kiranya dapat akar permasalahan dari tantangan ke depan dapat diuraikan secara dalam serta upaya menghimpun masukkan bernas dari para pembicara serta masukan peserta, ihwal budaya, seni kerajinan, bisnis serta keberlanjutannya.”
“Capaian strategis dari hubungan bilateral Indonesia, dan Prancis hadir lewat lawatan Presiden Prancis, Emannuel Macron ke Indonesia beberapa waktu lalu. Teristimewa saat hadir dialog saat berkunjung ke Candi Borobudur, di Jawa Tengah, “terangnya.
“Kedua Presiden dari dua negara yang memiliki beragam kekuatan, bersepakat untuk mengadopsi deklarasi strategis, mengenai budaya serta industri kreatif, dengan menetapkan program PINTU sebagai inisiatif terdepan, dari kerja sama ini, “cetusnya.
“Kunjungan balasan juga telah dilakukan Presiden Republik Indonesia, Probowo Subianto sebagai tamu kehormatan pada perayaan Bastille. Ini perlambang kekuatan hubungan bilateral
kedua negara. Pada momen penanda sejarah ini, diselenggarakan pula dialog strategis tentang kebudayaan. Hasilnya disepakati kesepakatan bahwa pertukaran pengetahuan, seni, dan budaya menjadi inti sinergitas yang apik antara Indonesia, dengan Prancis, “terang Fabien.
Fabien menceritakan, Sebelumnya Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia rutin melakukan beragam inisiatif serta terobosan di bidang budaya. Program Artist Designer in Residence, Residensi Silang Design di Saint
Etienne dengan Kota Bandung.
“Dan yang sangat terlihat oleh ekosistem industri fesyen kedua negara Program PINTU mencerminkan capaian sinergi kreatif masa depan, berkat upaya berkelanjutan kemitraan swasta, “imbuhnya.

Foto : Istimewa
JF3, PINTU Incubator Bukti Capaian Gemilang Industri Mode Tanah Air
Menambahkan Chairman JF3, Soegianto Nagaria, PINTU merupakan program inkubasi antara Indonesia dengan Prancis, lewat kolaborasi JF3, LAKON Indonesia, dan Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia melalui IFI.
Soegi menerangkan, “PINTU merupakan bagian dari komitmen jangka panjang
JF3 Fashion Festival dalam membina serta mengembangkan industri mode Indonesia. Menjadi wadah bagi pengembangan desainer muda lewat proses kurasi, mentoring profesional, pertukaran budaya, pengalaman profesional, dan eskposur ke pasar global. Program menjadi penghubung desainer muda dengan para ahli, institusi dan ekosistem kreatif kedua negara.”
Program menawarkan kesempatan, benefit, serta dukungan seperti modal bisnis, area berjualan, hingga akses ke pasar global yang akan diberikan kepada para partisipan terpilih.
Program berlangsung selama 5 minggu dengan menghadirkan sesi mentoring, dan masterclass intensif yang diberikan brand fesyen Prancis serta pakar Indonesia. Juga diberikan wawasan seputar budaya, mengenal lebih dalam pengrajin, master seni, serta berbagai produk kerajinan terbaik UMKM Indonesia.
Sejak kehadirannya di tahun 2022, PINTU telah banyak menginspirasi ekosistem industri fesyen kedua negara, dengan mempertemukan lebih dari 100 profesional seperti desainer, pendidik, peneliti, jurnalis, konsultan serta wirausaha yang telah berkunjung ke Indonesia, dan Prancis. Beragam kegiatan utamanya eksplorasi seni, dan budaya masa lalu yang dikembangkan selaras zaman dengan berjuang untuk membuka peluang di pasar global.
Baru-baru ini PINTU mengundang profesional mode Prancis seperti perwakilan Sekolah Mode Ecole Duppere, desainer, Pemilik pabrik, pemimpin di industri mode serta barang mewah ke Yogyakarta untuk melihat, mengamati serta mencari tahu seni kerajinan berbasis budaya seperti batik, Tenun, pembuatan perhiasan, wayang kulit serta ukiran kayu.
Soegi melanjutkan, “Di tahun 2025 PINTU meluncurkan program baru Residency Program yang ditujukan kepada desainer muda Prancis. Lewat Program para desainer Prancis akan menetap sementara di Indonesia. Mereka akan mempelajari serta bekerja langsung dengan artisan Indonesia. Ini merupakan proses kreatif yang dilakukan secara bersama-sama. Selain mendapat pelatihan teknis, tak kalah menarik berupa pengalaman profesional yang personal.”
“Setelah tiga tahun berjalan, PINTU tak hanya memenuhi ekspektasi, namun telah berkembang menjadi platform penting dalam membidani brand lokal potensial, dengan perspektif internasional.
Konsistensi ini mencerminkan komitmen kami, untuk membangun ekosistem yang hidup serta berkelanjutan.
Kami tidak hanya fokus merayakan kreativitas, tapi turut berinvestasi serta mengarahkan ke pasar global. Ini nyata, “imbuh Soegi.
Keberadaan PINTU telah mewarnai lintasan emas perjalanan ekosistem mode Tanah Air dengan banyaknya apreasi serta dukungan. Terbaru BDMMA Paris, lembaga terkemuka Profesi, Desain, Mode, dan Seni di Paris.

Foto : Istimewa.
Alain Soreil, dari Tradisi ke Budaya Kontemporer
Pembicara utama, Direktur Ecole Duppere, Alain Soreil yang memaparkan estetika, dan tren global dari kaca mata Paris. Kehadiran Alain menjadi simbolisasi implementasi kerja sama institusional, antara Ecole Duppere, dan Program PINTU Incubator.
Alain Soreil menjelaskan, “Industri mode menciptakan tren sekaligus merupakan kebutuhan. Ini merupakan bagian dari sebuah bisnis di industri, yang kekinian sangat dinamis lewat gerak perubahan.
Bisnis mode menjadi impian terbesar bagi orang-orang yang mendedikasikan hidupnya untuk seni.”
“Lebur ke dalam profesi ini, diibaratkan hidup Anda – anda semua diberkahi semesta lewat kilau semasa hidup, hingga terus bersinar di keabadian manakala pergi, “cetusnya.
Alain menambahkan, “Lewat karya yang ajaib, dan jenius yang diwariskan, dirawat, serta dikembangkan oleh generasi sekarang, ke depan akan menjelma menjadi sebuah gerakan.”
Pesan Alain kepada para pelajar, menjadi profesional di bidang fesyen harus diimbangi dengan melenyapkan egoisme. Kalian harus mengasah akal budi dengan kesediaan untuk mendengar, menyimak, memahami, menggapai kemudian menjadi terang.
“Selain penting untuk menghadirkan konsentrasi bagi hidup serta kehidupan diri, dan masyarakat. Inilah esensi dari kiprah dari seorang desainer sejati, “imbuhnya.
Alain melanjutkan, “Lewat PINTU yang telah dibuka bagi insan kreatif kedua negara khususnya Prancis, hal ini menjadi momentum istimewa, karena kami dapat belajar banyak, sembari meresapi sejarah panjang budaya adiluhung bangsa besar Indonesia.”
“Indonesia unggul dengan kekayaan budaya yang sangat indah memesona. Tak ternilai dibandingkan dengan apapun. Dari inspirasi ini saja, generasi muda bisa menjadi agen perubahan, untuk kemajuan di sektor ekonomi, dukung keberlanjutan hidup di masa depan, “ungkapnya.
Alain menerangkan, “Ihwal pelestarian budaya, penting bagi generasi muda memiliki kepedulian, ketertarikan kemudian banyak mempelajari budaya. Memahami akar budaya menjadi esensi berbudaya. Dikarenakan budaya itu marwah sebuah bangsa, terlebih bila Anda bisa memolesnya dengan selera global serta didukung oleh beragam aspek penting lainnya.”
“Percayalah, karya Anda bisa memikat masyarakat dunia, khususnya di industri mode Prancis yang berkilau.
Lewat identitas budaya serta upaya keberlanjutan dengan menghadirkan selera global. Nama serta brand Anda, akan menjadi salah satu pemain di industri fesyen Prancis, “ujarnya.
“Disayangkan, warisan budaya lekat dengan desain klasik yang tak menyelaraskan selera global. Harusnya tak begitu. Apa itu bahasa anak muda Indonesia? “Kekinian?, Ya, produk budaya harus dipoles kekinian agar menarik. Karenanya, lewat kerja sama bilateral Indonesia dengan Prancis, digawangi oleh PINTU dengan Sekolah Mode Ecole Duppere, kita akan memoles budaya klasik berselera global. Salah satu upanya lewat seminar Fesyen, dan Kerajinan di IFI, “jelasnya.
“Lewat momen lokakarya, dan pendampingan, kami bertekad untuk membantu menginspirasi. Menghadirkan sentuhan Pembaharuan, agar karya Anda semua menjadi produk seni bernilai kontemporer, “pungkas Alain.




