Site icon Wanita Indonesia

Teknologi Mudahkan Milenial Berinvestasi

Teknologi Mudahkan Milenial Berinvestasi

wanitaindonesia.coSesi kedua di hari pertama Indonesia Womens Forum (IWF) 2021, Senin (27/9/2021) membahas tema keuangan untuk para pekerja milenial, yakni Millennial Money Make Over. Sesi yang dipandu oleh Editor Femina, Isyana Atiningmas, menghadirkan perencana keuangan Mike Rini, CFP, CFEI, Founder & Director Mitra Rencana Edukasi. 

Ada anggapan yang menyatakan, milenial adalah generasi  yang dianggap paling payah dalam mengatur uang. Dengan tagline-nya ‘You Only Live Once’ (YOLO) milenial dianggap punya gaya hidup boros, sulit menabung, dan lebih suka menghabiskan uang untuk bersenang-senang. Dalam sesi ini, mewakili suara hati kaum milenial, Olivia Husay, Kepala Bagian Pengelolaan Dana PT Biofarma (Persero) yang juga merupakan Srikandi BUMN millenial turut berbagi pengalamannya dalam mengelola penghasilan dan dana bulanan.

Generasi milenial juga dianggap sebagai yang beruntung. Dimanjakan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak pada hadirnya berbagai terobosan inovasi dalam bidang investasi. Produk-produk investasi mudah didapatkan, semudah berbelanja di marketplace. Tidak perlu datang ke bank atau perusahaan sekuritas. Akan tetapi, kemudahan ini tidak serta merta membuat milenial lebih melek investasi. Terlalu banyak pilihan, malah berakibat gagal fokus. Sulit menentukan prioritas, dan tak sedikit yang sekadar FOMO dengan ikut-ikutan tren.

Prediksi Tren ke Depan

Dari sisi platform, sekarang produk investasi bisa dibeli dari aplikasi maupun dari marketplace. Tren ke depan memang mengarah ke teknologi mobile, dari yang dulunya harus dibeli melalui agen atau perusahaan sekuritas.

Dari sisi produk, selain produk investasi konvensional yang sudah sering kita tahu, seperti emas, reksadana, dan saham, beberapa tahun terakhir menjamur bentuk investasi lewat peer to peer lending atau crowdfunding. Kita bisa memberikan pinjaman kepada orang yang membutuhkan secara langsung, lewat perantara Fintech. “Kita bisa mendaftar sebagai peminjam, juga bisa sebagai investor.  Ini juga menjadi tren yang digemari. Dengan pola seperti itu, yang memberikan pinjaman mendapatkan bunga, hasil keuntungan dari dana yang dipinjamkan,” jelas Mike.

Kenali Kondisi Keuangan Anda

Salah satu kesalahan yang umum dilakukan milenial, menurut Mike, adalah tidak mau mengenali kondisi keuangan sendiri. Dalam hal keuangan, seseorang juga perlu menentukan tujuan keuangannya, sehingga ia tahu apa yang ia butuhkan dan apa yang harus dilakukan.

Mengenai hal ini, Olivia bercerita, di usia 20 tahunan, ia sudah menetapkan tujuan untuk membeli rumah. Untuk itu, ia menyisihkan sebagian pendapatannya. “Dulu, saya berpikir, harga properti pasti naik terus.” Ia juga aktif mencari tahu produk-produk investasi yang cocok untuk tujuan tersebut. “Saya menyimpan dana ke reksadana pasar uang. Sebab, saya termasuk tipe yang tidak berani ambil risiko,” ujarnya.

Menurut Mike, Olivia termasuk orang yang mau terus belajar dan terus memperbaiki pola perencanaan keuangan. Dari yang awalnya menabung, lalu mulai memikirkan tujuan keuangan. Mike melanjutkan, setelah mulai rutin menabung dan berinvestasi, berikutnya kita perlu lakukan monitoring dan evaluasi.

Bagaimana cara mengetahui apa yang kita lakukan sudah tepat dan efisien? Untuk menghindari kita berinvestasi sekadar ikut-ikutan, kita harus tahu, apakah pemilihan produk investasi sudah sesuai dengan tujuan keuangan. Selain itu, Mike juga memberi saran untuk memperhatikan pemilihan produk. Setiap individu perlu mengedukasi diri sendiri dengan melakukan riset, membandingkan kinerja satu produk dengan produk lainnya, apakah produk tersebut sudah merupakan produk bagus di kelasnya? Apakah dana kelolaannya sudah yang paling baik ataukah ada yang lebih baik lagi.

Tentukan Tujuan

Tip lain adalah lakukan diversifikasi, hindari meletakkan seluruh uang kita hanya di satu produk. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko. Lagipula, kata Mike, tujuan keuangan antara jangka panjang dan jangka menengah pasti berbeda, sehingga masing-masing tujuan tidak bisa ditempatkan pada satu produk yang sama.

Dalam menentukan produk, saran Mike, kita juga harus mengenali profil risiko pribadi kita. Olivia, misalnya, ia menyadari dirinya bukan tipe pengambil risiko, maka ia lebih cenderung memilih produk investasi yang risikonya relatif rendah.

Misal, mereka ingin berinvestasi ke saham, tetapi enggan untuk membeli produk saham secara langsung karena dianggap sebagai investasi berisiko tinggi, maka bisa mencari alternatif lewat reksadana saham ataupun reksadana indeks. Reksadana indeks bisa dibilang relatif baru, reksadana indeks adalah reksadana yang portofolio investasinya mengacu pada indeks tertentu, seperti indeks saham. Mike mengatakan, perbedaan antara reksadana indeks dengan produk saham adalah yang satu pasif, dan yang satu aktif. Pasif artinya ada yang mengelola. Dalam hal ini kita tinggal mengamanatkan manajer investasi, mereka yang memilihkan. Biasanya, mereka sudah punya kredensial dan punya dana kelola yang besar,” jelasnya.

Apa pun yang dipilih, Mike mewanti-wanti, lengkapi diri dengan pengetahuan yang benar dan mau terus berlatih.

Mengenai besarnya, Mike mengatakan, untuk mereka yang berkeluarga, setidaknya 30% dari pendapatan harus dialokasikan untuk investasi. Kenapa demikian? Sebab, pengeluarannya juga jauh lebih besar dibandingkan mereka yang masih lajang.

Saran Mike untuk milenial lajang, miliki visi jangka panjang. “Gambarkan hidup Anda secara keuangan, karier mau berada di mana, arahkan tujuan ke sana. Kalau tujuan Anda mencapai kebebasan finansial di usia 35 tahun, maka Anda perlu menginvestasikan setidaknya setengah dari total gaji Anda.” (wi)

Exit mobile version