Teknologi Jadikan Sampah Bernilai, Penggiat Lingkungan Ajak Masyarakat Pilah Sekarang!

M Chalid teknologi RDF jadikan sampah yang sulit didaur ulang menjadi bernilai ekonomi Foto : Istimewa.

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Upaya menciptakan ekonomi sirkular bagi masyarakat dilakukan Unilever Indonesia dengan melakukan pengumpulan dan pemrosesan sampah.

Pada tahap pemrosesan, Unilever Indonesia berinvestasi di bagian akhir pemrosesan sampah. Menggunakan CreaSolv, teknologi pertama dan satu-satunya di dunia, yang dapat mendaur ulang kemasan sampah plastik pouch dan sachet, menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan untuk membuat kemasan baru (flexible pouch. Hasil daur ulang tersebut telah digunakan pada kemasan Rinso.

Selain itu, Unilever Indonesia membantu meningkatkan kapasitas pengumpulan dan pengelolaan sampah pada 2 fasilitas RDF (Refuse Derived Fuel), didukung oleh KLHK RI
yang mendorong sampah sebagai sumber energi.

Dr.M.Chalid Kepala Center for Sustainability & Waste Management Universitas Indonesia berpendapat, “Prinsip ekonomi sirkular menjadikan sampah sebagai komoditi, bernilai ekonomi yang hadir melalui transaksi jual-beli, menciptakan lapangan kerja, hingga langkah-langkah yang memastikan sampah plastik kembali menjadi bahan baku, yang dapat diolah menjadi produk yang sama, maupun turunannya. ”

“Contohnya teknologi Refuse Derived Fuel (RDF) yang sedang digalakkan pemerintah. Teknologi yang menjadikan sampah yang sulit didaur ulang (low value) menjadi sumber energi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar fosil, misalnya di pabrik semen, “tambah Chalid.

Dila Hadju lakukan sekarang pilah sampah dan setorkan ke Bank Sampah. Foto : Istimewa.

Dila Hadju Founder Tumbuh Hijau Urban mengajak konsumen untuk menjadi bagian dari siklus didaur ulang.
“Lakukan segera, pilah, pilih sampah sesuai jenisnya. Sampah organik, un-organik, beracun (B3) dan yang mengandung residu. Setorkan ke Bank Sampah di dekat tempat tinggal Anda, agar sampah-sampah tersebut dapat dikelola dengan baik, “jelasnya.

“Bagi yang belum terbiasa, jangan berkecil hati. Wajar di awal ada hal yang terlupa, perasaan enggan dan malas. Saat perasaan tersebut menggayuti, ingatlah kembali bencana mengerikan yang kelak akan menimpa keturunan kita. Tentunya tak ada yang mau keturunan kita sengsara dan menderita gegara legancy tak terpuji dari kita bukan?, “pungkas Dila. (RP).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini