Taktik Rendria Labde Bersahabat dengan Jutaan Larva Lalat Raup Cuan Lestarikan Lingkungan

Presentasi ke perwakilan DBS Foundation produk larva sebagai pakan ternak premium, lebih baik dalam hal jejak karbon. Foto : Istimewa.

WanitaIndonesia.co, Jakarta- Tiap hari alunan simponi sumbang dari jutaan larva lalat menjadi bagian dari kehidupan Rendria Labde,
sosok milenial inspiratif penerima DBS Foundation SE Grant Awarding 2023.

Melalui kiprahnya, pemuda enerjik ini memilih berbisnis sambil melestarikan lingkungan. Pemicunya, saat ia melihat timbunan sampah makanan food loss, dan food waste rumah tangga, hospitality industri, dari pasar hingga pabrik yang mencemari lingkungan.

Sebagai anak bangsa, ia terpanggil untuk berkontribusi kecil dalam mengentaskan permasalahan besar tersebut. Niat mulia lainnya, ingin membuka kesempatan kerja bagi anak-anak muda
di lingkungannya.
Padahal di awal, Rendria merupakan pebisnis di dunia lifestyle, lekat dengan tampilan rapi, bersih, beraroma harum.

Tak hanya menggantang angan, Rendria kemudian berusaha untuk mewujudkannya. Ia beternak larva lalat, tanpa diimbangi oleh skills, maupun background sebagai pakar biologi.
Sebuah laboratorium sederhana di Jakarta menjadi awal dari niat luhurnya sebagai pribadi yang konsen pada hidup berkelanjutan. Bertekad menyumbangkan ide, pikiran, serta tenaganya kepada bangsa dan negara.

Buah kerja keras, serta ketekunannya, pria humble yang lekat dengan inovasi ini menemukan species Black Soldier Fly (BSF). Orang Indonesia menamakan lalat prajurit hitam atau populer dengan nama maggot.
Lalat prajurit hitam berukuran kecil, perkembangbiakannya terbilang sangat cepat, selain ramah lingkungan, tak memerlukan biaya tinggi.

Maggot bermanfaat untuk pengkomposan sampah organik, serta berperan sebagai mitra organisme.
Proses pengurainnya lebih cepat dibandingkan dengan mikroorganisme bakteri. Hanya butuh waktu 1-2 hari, sehingga permasalahan lingkungan seperti terbatasnya lahan penampung sampah, bau tak sedap bisa diatasi.

Awam bergidik jijik. “Idiiiih lalat kan jorok, bau, dan membawa beragam penyakit, kok malah dijadikan inspirasi bisnis sih?
Lewat pembelajaran alam, Rendria banyak membaca, bertanya ke ahlinya, serta melatih indera lewat pengamatan, dan praktik. Ia mendapatkan larva lewat pengembangbiakan telur lalat dari makanan sisa.

Larva BSF by Mangalarva
Foto : Istimewa.

Pakan Ternak Premium Tembus Pasar Amerika

Butuh waktu satu minggu untuk membesarkan larva hingga dewasa berwujud cacing, siap panen. Larva dewasa dipanen lalu dikeringkan. Digunakan sebagai pakan ternak premium yang ramah lingkungan.
Kian menarik larva BSF mengandung protein yang tinggi, tak membawa virus, serta patogen berbahaya seperti halnya lalat.

Larva BSF bisa memakan sampah, tentunya dapat mengatasi food loss dan food waste.
Larva BSF mampu mengonsumsi sampah organik hingga 4 kali lipat dari berat badannya selama 1-2 hari.

Rendria Labde (ujung kanan) bawa Mangalarva mendunia
Foto : Istimewa.

Menurutnya peternakan merupakan industri besar, sangat penting bagi masyarakat. Tentunya membutuhkan pakan ternak. Ia menyadari sumber pakan ternak selama ini bukanlah pakan berkelanjutan. Penggunaan larva buat pakan ternak tentunya lebih baik dalam hal jejak karbon, dibandingkan dengan pakan ternak tradisional. Selain kaya protein tak mengandung virus.

Selain dipasarkan langsung, BSF juga dijual melalui re-seller serta di sejumlah platform media sosial, E-commerce. Produknya juga diekspor ke pasar Amerika, serta Uni Eropa.

Melalui brand Mangalarva, Rendria mengaku telah mengelola puluhan ton sampah makanan, dengan estimasi sampah 1 ton perhari. Tak hanya lewat pakan, pemuda kreatif ini juga mengembangkan produk lainnya seperti minyak serangga, pupuk organik, serta mengembangkan produk turunan kitin.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini