Site icon Wanita Indonesia

Suci Arumsari, Kembangkan Alodokter Untuk Layanan Kesehatan Era Modern

Suci Arumsari, Kembangkan Alodokter Untuk Layanan Kesehatan Era Modern

Berangkat dari musibah yang dialami, Suci Arumsari rintis Alodokter untuk permudah akses layanan kesehatan. (Fotografer: Daniel Kampua, Digital Imaging: Nurman Abdul Hakim/Fimela.com)

wanitaindonesia.co Pandemi COVID-19 telah melumpuhkan berbagai sektor nasional termasuk ekonomi, pariwisata hingga pendidikan. Sektor kesehatan juga terdampak telak dengan banyaknya warga terjangkit virus hingga sejumlah rumah sakit mengalami over capacity. Tak sedikit juga tenaga kesehatan yang gugur saat menjalankan tugas. Di situasi seperti ini, bantuan sekecil apapun akan membantu masyarakat pulih dalam menghadapi pandemi.

Dengan kemajuan teknologi dan arus informasi, layanan kesehatan online turut hadir memberi uluran tangan. Salah satunya Alodokter, aplikasi yang membantu publik sebagai layanan telemedicine terpercaya. Suci Arumsari, co-founder dan President Director Alodokter mengatakan jika di masa pandemi COVID-19 ini, menggunakan aplikasi telemedicine sangat tepat untuk menjembatani pasien dan dokter tanpa harus keluar rumah yang bisa berisiko terpapar virus.

“Alodokter ini sudah tujuh tahun, berdiri dari 2014. Masyarakat juga sudah tahu telemedicine, namun memang dampak pendemi ini membuat masyarakat aware dan khawatir kalau pergi ke faskes yang menurut mereka menyeramkan. Sehingga dari situ dikasih tahu kalau kita harus jaga kesehatan, lho,” kata Suci Arumsari saat wawancara eksklusif dengan FIMELA di kantornya di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

“Kalau sekarang dengan adanya telemedicine jadi menjembatani mereka supaya nggak salah ambil langkah. Karena kalau memiliki masalah kesehatan, yang pertama ngikutin ‘katanya’ yang belum tentu benar secara medical. Makanya dengan telemedicine ini membantu banget, jadi kalau ada masalah bisa langsung tanya dokter yang mereka mau, kapan saja dan di mana saja,” lanjutnya.

Dengan memanfaatkan layanan internet, Suci Arumsari berharap agar ke depannya Alodokter tidak hanya menjangkau kota-kota besar saja, tetapi juga kota hingga desa terpencil sekalipun. Ia pun yakin, pemerintah pusat maupun daerah bisa membantunya mewujudkan niat baiknya tersebut demi kesehatan masyarakat Indonesia.

“Telemedicine kan berhubungan dengan infrastruktur internet, dan saya ingin sekali nggak cuma masyarakat di daerah-daerah maju, tapi bisa tersebar di seluruh daerah tertinggal. Saya yakin, pemerintah juga sudah membantu telemedicine ini,” ujar ibu dua anak itu.

Dalam mengembangkan aplikasi penyedia jasa, terutama terkait kesehatan, Suci menyadari betul pentingnya penanganan yang tepat. Karena itu ia memiliki visi menarik yang bukan hanya dari sudut pandang pengembang aplikasi.

“Cita-cita saya, ingin memberikan manfaat bukan buat saya tapi buat orang lain. (Dengan) Alodokter ini, saya memposisikan diri sebagai pasien. Sehingga ketika sedang sakit, akan mendapat keuntungan yang luar biasa,” tegasnya.

Kepada FIMELA, Suci Arumsari juga banyak bercerita soal awal mula dibuatnya Alodokter, mimpi besar yang ingin dicapai, hingga perannya sebagai pengusaha sekaligus seorang ibu. Berikut petikan wawancara lengkapnya.

Cerita Membangun Alodokter

Bercerita tentang dirinya, Suci Arumsari sempat tidak bisa berjalan dan didiagnosa memiliki penyakit tulang belakang yang cukup serius. Saat mencari tahu mengenai penyakitnya, dia tidak menemukan jawaban yang tepat. Justru, Suci selalu mendapatkan informasi yang hanya ‘katanya’ dari orang-orang tanpa sumber yang jelas.

Dari pengalaman itulah, akhirnya dia membuat suatu aplikasi yang di mana, para pasien bisa berkonsultasi pada dokter sesuai bidang dengan cara mudah tanpa bertatap muka secara langsung. Dengan adanya aplikasi ini juga akan mengurangi hoax yang bertebaran di masyarakat.

Boleh diceritakan, seperti apa awal mula tercetus semangat untuk mendirikan Alodokter ?

Awalnya Alodokter itu ada karena pengalaman pribadi saya sendiri, supaya pengalaman ini tidak dirasakan saya ataupun orang lain di masa depan. Kalau boleh cerita, saat masih belia, saya tidak bisa jalan dan tidak merasakan kaki sama sekali. Saat didiagnosa, saya memiliki penyakit tulang belakang yang cukup serius. Pada saat itu, masih muda, belum menikah, Stress banget. Saat itu langsung mencari informasi, apa sih yang terjadi dengan saya. Kenapa sih? Penanganan seperti apa? Setelah melihat search engine, sosial media, malah tambah stress, karena dikasih tahu nih, sakitnya apa, penyakitnya apa. Saat ditelusuri, ini kita tidak tahu, siapa yang nulis, siapa yang harus kita pertanggung jawabkan.

Nah, pada saat itu, tercetuslah ‘kayaknya nih aku harus buat sebuah website’, supaya setidaknya ketika orang mempunyai sebuah permasalahan pada kesehatan mereka, mereka bisa tahu dulu. Jangan sampai mereka mengikuti yang ‘katanya’ karena kan kalau ‘katanya’ itu diikuti bisa-bisa bahaya. Kalau tentang kesehatan jangan pernah coba-coba dan main-main. Karena kita tidak bisa mengikuti, entah dari siapa, sumbernya dari mana, responsibilities ke siapa juga. Akhirnya terciptalah aplikasi Alodokter (dan) website Alodokter, di mana masyarakat Indonesia dapat mencari tahu tentang kesehatan, itu bisa dimengerti dengan jelas, bisa dipahami dan yang terpenting adalah medical yang harus diutamakan. Sehingga orang yang merasa kesulitan dalam mencari permasalahan mereka dan menemukan yang tepat, sesuai dengan medical-nya.

Bagaimana strategi bisnis untuk bersaing dengan aplikasi serupa?

Pertama, (yang penting) bagi kami (adalah) medical excellence dan teknologi, karena Alodokter ini menggunakan aplikasi teknologi yang berbasis medical excellence. Saya yakin, jika berbicara mengenai kesehatan, berarti harus serius dan keamanan pasien. Mungkin banyak bisnis yang seperti ini, tapi akan memiliki ciri khas dan juga masing-masing service yang beda. Saya yakin Alodokter berbeda, karena kami selalu mengutamakan keamanan pasien, dan terpenting, kita bekerja dengan hati dan dari hati lagi. Kalau kita kerja dari hati akan sampai ke hati lagi. Sama seperti yang saya bilang tadi, saya adalah pasien, saya adalah user, jadi ketika saya memposisikan Alodokter ini, saya bukan sebagai Co-Founder, saya bukan sebagai President Director, tapi saya sebagai pasien, supaya ketika sedang merasakan sakit, akan menjadi sebuah keuntungan yang luar biasa, bukan cuma bisnis saya, tapi untuk diri saya.

Mimpi besar apa yang ingin dicapai Alodokter?

Mimpi besar Alodokter dan saya pastinya pengin kembali ke awal kenapa mau buat ini, ingin memberikan sesuatu kepada masyarakat. Pada saat itu, ketika kaki saya tidak bisa bergerak tapi mulut bisa berbicara, otak bisa berpikir, berarti apa hal yang bisa saya berikan. Dan alhamdulillah itu yang membuat saya pacuan membuat aplikasi untuk masyarakat. Kalau cita-cita saya, mau memberikan manfaat bukan buat saya tapi buat orang lain lewat aplikasi yang saya buat dengan tim.

Apakah latar belakang Anda sempat jadi pertanyaan?

Banyak banget yang tanya saat (saya) memulai aplikasi kesehatan. Saya basic-nya adalah lulusan bisnis dan perpajakan. Mungkin banyak teman yang kenal saya, pertama kali lihat, ‘kok kesehatan?’ Nah itu saya bilang tadi, saya yakin banget jika kita bicara kesehatan, maka terpenting itu rasa ingin memberikan. Rasa ingin mengeluarkan yang terbaik. Dan saya ingat pertama kali ingin membangun Alodokter, saya harus bekerjasama dengan dokter-dokter. Apa yang mereka tanyakan ke saya cuma satu, ‘kamu serius dengan bisnis ini?’ Saya bilang ‘buat ini nggak cuma buat diri saya, tapi juga manfaat untuk orang lain’. Jadi saat buat ini, mereka bertanya, ‘visi kamu apa?’ Dan terbukti dari 2014, saya selalu menggunakan visi misi yang sama, jadi tahu kestabilan. Di Alodokter ini, bukan bisnis yang Alodokter mau, tapi kita menggunakan service yang memang dibutuhkan masyarakat Indonesia, jadi bukan yang kita inginkan, tapi apa yang mereka butuhkan. Sehingga, menjembatani mereka memberikan service terbaik, supaya mereka bisa memberikan yang terbaik untuk kita, kita pun bisa memberikan sesuatu yang terbaik untuk mereka.

Ada cerita berkesan saat mendirikan Alodokter?

Ada cerita lucu, saya pernah datang ke beberapa lembaga untuk memberitahu mengenai Alodokter pertama kali. Ada yang pernah bertanya kepada saya seperti ini ‘Bu Suci itu dari keluarga mana ya?’. Dan saya langsung jawab, ‘saya dari keluarga baik-baik’. Jadi nggak ada yang namanya apa-apa. Karena saya yakin banget kalau bicara kesehatan, nomor satu, intinya adalah kejujuran dalam memberikan informasi yang tepat dengan medical excellent. Dan untuk berhubungan dengan dokter, saya yakin Alodokter adalah aplikasi kesehatan yang menjembatani antara dokter dan juga pasien. Jadi kita bukan menggantikan dokter, menggantikan layanan kesehatan, tapi menjembatani mereka. Agar dokter lebih banyak juga merangkul orang di seluruh Indonesia, bagi dokter ini trobosan baru juga.

Bagaimana perkembangan Alodokter sejauh ini?

Alodokter ini sudah tujuh tahun, berdiri dari 2014. Mereka juga sudah tahu telemedicine, namun memang dampak pendemi ini membuat masyarakat aware dan khawatir kalau pergi ke faskes yang menurut mereka menyeramkan. Sehingga dari situ dikasih tahu kalau kita harus jaga kesehatan lho. Walaupun dulu kalau sakit sedikit, ke mana gitu. Kalau sekarang dengan adanya telemedicine jadi menjembatani mereka supaya nggak salah ambil langkah. Karena kalau memiliki masalah kesehatan, yang pertama ngikutin ‘katanya ‘ yang belum tentu benar secara medical . Makanya dengan telemedicine ini membantu banget, jadi kalau ada masalah bisa langsung tanya dokter yang mereka mau, kapan saja dan di mana saja. Ini sangat membantu memberikan informasi kesehatan, menjembatani dokter dengan pasien yang sedang mendapatkan kesulitan.

Harga pelayanan di Alodokter lebih murah dari aplikasi sejenis, apakah ini salah satu strategi marketing juga?

Kalau dari Alodokter sendiri medical excellence, wajib hukumnya, cara jawab, ketepatan jawab, proses waktu jawab. Kita sangat menggunakan SOP. Quality service, jawaban mudah dimengerti, cepat dan tepat jawabannya. Mungkin ini keunggulannya. Kalau bicara bedanya, aplikasi teknologi, medical excellence ya harus sesuai SOP. Mengenai informasi kesehatan, nggak bisa dari penulis langsung tayang, tapi tulisannya harus di review dokter dan di review lagi CEO kita. Kalau sudah akurat baru bisa tayang. Begitu juga dengan dokter kita, kecepatan jawabnya gimana, harus kasih infomasi dulu, cari tahu konfirmasi kesehatan, kalau sakitnya ini, service bersama chat dokter. Kalau baca ini, ada pertanyaan bisa konfirmasi ke dokter. Jadi biar nggak ada lagi ‘katanya’. Booking platform juga (tahu mau dokter mana, RS mana, harganya berapa). Ada Aloshop juga, di mana obat-obatan yang dibeli sesuai dengan kebutuhan pasien. Bukan sekedar tempat beli obat, tapi sudah direkomendasikan dokter dari hasil pemeriksaan. Intinya, Alodokter ini adalah satu-satunya aplikasi yang nggak cuma sisi pasien dan dokter diperhatikan.

Berhadapan dengan pandemi, seberapa besar pengaruh pandemi terhadap Alodokter (dari jumlah pengguna/kesiapan menghadapinya)?

Sebenarnya, kalau kita bicara before pandemi, Alodokter ini cukup signifikan sekali dengan menggunakan telemedicine-nya. Masyarakat sudah banyak yang download dan konsultasi dengan dokter kita. Pandemi ini banyak himbauan untuk tidak banyak kegiatan mobilitas, seperti tidak banyak ke rumah sakit, sekolah atau fasilitas umum. Dengan ini, mereka aware, kalau terjadi apa-apa. Saat ini, kenaikan pengguna Alodokter itu mencapai 200%.

Dengan puluhan ribu dokter yang siaga, apakah turut terkuras karena pandemi?

Memang banyak sekali tenaga yang berguguran. Tapi bisa dibilang itu perjuangan. Dulu berjuang tombak, sekarang memberikan yang terbaik, mobilitas kegiatan kita, vaksinasi. Di Alodokter sendiri punya Alomedica, aplikasi yang khusus untuk dokter di seluruh indonesia. Di situ, para dokter bisa saling sharing, bertanya, memberikan informasi. Banyak respon positif, ada 43 ribu dokter yang sudah gabung di sini.

Program-program apa saja yang ditawarkan dalam situasi seperti ini?

Program kita isoman (isolasi mandiri), sebelumnya sejak 2020, kita punya dokter pribadi. Untuk masyarakat kita yang positif terpapar COVID-19, mereka bisa bertanya harus ke mana, bagaimana saat dinyatakan positif. Nggak cuma untuk pasien, tapi juga untuk keluarga pasien yang bertanya. Kemudian ada program khusus obat gratis untuk pasien covid yang sedang menjalani isolasi mandiri bekerjasama dengan kementerian kesehatan. Jadi yang isoman dapat obat gratis dari pemerintah itu kalau sudah terkonfirmasi positif dengan lab yang sudah terdaftar dengan pemerintah. Ketika melakukan pemeriksaan dan ada hasilnya, dapat voucher gratis bertanya ke 11 aplikasi, mereka bebas memilih dan ada obat sesuai gejala mereka, berat, sedang, ringan. Kalau berat biasanya dirawat. Kami memberikan kemudahan masyarakat yang terkena COVID-19.

Ke depannya Alodokter akan seperti apa?

Ke depannya Alodokter akan memberikan yang terbaik, service terbaik dengan ketepatan dan kecepatan. Ini Aplikasi kesehatan yang menggunakan teknologi medical excellence karena itu harus bisa memberikan terbaik, berusaha menjadi jawaban kesehatan bagi masyarakat Indonesia.

Menjaga Karier dan Keluarga

Menjadi ibu sekaligus wanita karier bukan sesuatu yang mudah. Tetapi, Suci Arumsari bisa membuktikan bahwa semua dapat dikerjakan secara beriringan. Tentu saja, apa yang dilakukannya ini mendapat dukungan dari suami dan kedua anaknya.

Suci berharap agar ke depannya banyak perempuan yang bisa berdaya di tengah masyarakat seperti dirinya. Ia juga yakin bahwa perempuan bisa menjadi multi tasking atau melakukan segala hal secara beriringan.

Bagaimana menjalani karier di tengah peran sebagai ibu?

Menjadi ibu itu bukan peran, tetapi pleasure buat saya. Prioritas utama saya ya harus menjalankan tugas menjadi ibu dan karier juga harus berjalan beriringan. Sejauh ini, tidak ada kesulitan sama sekali menjadi ibu sekaligus wanita karier, karena selama ini keluarga juga sangat mendukung, begitu juga dengan kedua anakku. Justru, anak-anak akan bertanya kalau aku ada di rumah, katanya ‘memang mama nggak membantu orang di aplikasi?’ Buat saya, saya dengan begitu mengajarkan edukasi dan audience ke anak, jadi kayak ngobrol bareng. Sebagai wanita, bukan memilih, tapi mau seperti apa. Jadi ibu dan bisnis woman, pilihan saya.

Kiat khusus membagi waktu dengan keluarga seperti apa?

Ada kesulitan membagi waktu, apalagi pas WFH. Anak-anak kan pas pandemi kurang sosialisasi dan rasa memiliki orang tua semakin posesif. Supaya nggak terganggu psikologinya, jadi saya bilang ke mereka ‘misalkan mama mau zoom, kamu boleh ikut, tapi jangan bicara yah, karena kalau sama-sama bicara, orang yang mendengarkan informasi nggak akan jelas’. Aku juga kasih jadwal ke mereka, ‘jam segini, hari ini, mama ada zoom. Mama kosongnya jam segini yah’. Kebetulan mereka sekolah online, jadi nggak tabrakan. Aku juga sudah membagi waktu, kalau Sabtu Minggu untuk keluarga. Walaupun di dunia kesehatan nggak bisa ya, Sabtu Minggu nggak mau kerja. Jadi biasanya, aku kasih kesempatan, ‘Sabtu mama kerja, boleh nggak nanti bakal digantikan jam segini’. Dengan begitu, anak tahu jadwalnya, kalau tidak begitu, mereka bingung, ‘kira-kira jadi mamaku ini jam berapa ya?’ Heheh.

Apakah Anda suka menemani anak belajar virtual?

Terkadang nemenin mereka zoom juga. Tapi emosi ya, kadang ketika ditemani, fokus anak juga akan beda. Anakku nggak mau ditemenin, dia bilang ‘it’s ok. Mom kerja saja, aku sama guru aja’. Mungkin mereka paham kalau ada mamanya, stress mereka juga akan meningkat, hehehe.

Menurut Anda, apa yang harus dimiliki perempuan agar bisa berdaya?

Jadi harus ada percaya diri, yakin pada diri sendiri kalau kita juga bisa bermanfaat bagi masyarakat. Saya yakin wanita bisa berikan terbaik. Bagi saya, wanita sesuatu hal yang luar biasa karena bisa jadi sosok yang banyak dari sisi berbeda. Sebagai ibu, istri dan bisnis woman jga. Bagaimana cara kita berdaya? Ya, berikan saja yang terbaik untuk diri sendiri, setelah itu saya yakin bisa berikan yang terbaik untuk orang lain.

Sebagai seorang ibu dengan banyak aktivitas kan pasti butuh quality time, biasanya apa yang dilakukan?

Ketika sudah punya anak, semua waktu sama anak. Jadi kerja di hari Senin-Jumat jam 8-5 sore. Kalau dulu, sebelum pandemi, quality time-nya ya sambil ngopi, nonton drama Korea, online shopping. Kalau sekarang ya benar-benar menghabiskan waktu sama anak. Mendengarkan mereka curhat, main bareng dan melakukan aktivitas lainnya.

Definisi cantik menurut Anda seperti apa?

Definisi cantik buat saya, perempuan itu harus percaya diri, confidence yang cukup luwes. Jadi cantik itu tidak dilihat dari fisik saja. Kalau perempuan sudah percaya diri kalau ketemu orang, bisa komunikasi dengan orang lain, nah buat aku itu akan terlihat bagus dan positif.

Definisi sukses menurut Anda?

Kalau buat saya sukses ada dua, sebagai wanita bisnis, ya selalu ada di bisnis aplikasi. Sebagai ibu, ya antara anak dan selalu ada buat mereka. Sukses terbesar saya itu nggak cuma share untuk diri sendiri, tapi buat bareng-bareng. Intinya buat saya sukses itu ketika kita bisa bermanfaat untuk orang sekitar. (wi)

Exit mobile version