wanitaindonesia.co – “Sebelum pernikahan sih perhatiannya udah kayak apa, kalo perlu seisi toko bunga dibeli semua”. “Habis nikah kok dia mulai berubah ya, asik sendiri sama kerjaannya”. “Giliran minta temenin belanja, dia sibuk terus”.
Hi Hijapedian! Apa kamu sering mendengar keluh kesah di atas? Atau jangan-jangan kamu salah satunya? Kira-kira kenapa ya kita sering mendengar keluhan seperti itu? Apakah benar laki-laki setelah menikah memang jauh lebih cuek dibandingkan dengan sebelum ia berkeluarga?
Pada dasarnya laki-laki yang telah berumah tangga memiliki beban dan tanggung jawab yang lebih besar dibanding mereka yang belum. Biasanya apa yang ada di kepala mereka adalah bagaimana bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, terutama kebutuhan materi. Itulah mungkin mengapa biasanya kebanyakan laki-laki akan sangat focus dan giat jika sudah menyentuh urusan kerja. Bagi sebagian laki-laki, memberikan segalanya bagi keluarga berarti mencukupkan kebutuhan materi mereka.
Namun bagaimana menurut Hijapedian? Tentu sebagai seorang istri ada kalanya kita ingin mendapatkan perhatian penuh dari suami. Hanya sekedar didengarkan curhatannya, atau sekedar ditanya kabarnya di rumah. Jika diberikan hadiah maupun kejutan, itu merupakan hal bonus yang diinginkan.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, “Sesungguhnya istrimu mempunyai hak katas dirimu, untamu juga demikian, dan tubuhmu itu juga mempunyai hak atas dirimu..”. Dalam hal ini Islam sangat memperhatikan hak istri. Sebaik-baiknya laki-laki adalah yang bisa mengatur dan memposisikan diri terhadap pemenuhan hak ini. Hak istri bukan hanya pada hak materi, namun juga perhatian dan waktu.
Dalam rumah tangga hendaknya dibangun komunikasi yang terbuka. Sebagai istri sudah seharusnya kita memahami kondisi suami. Laki-laki biasanya hanya butuh kita dukung penuh. Saat ia sedang pusing, berikan ia waktu untuk sendiri dan menyelesaikan masalah. Minimal, jangan menambah keruh suasana hatinya. Kemudian komunikasikan pula kepada suami jika kita sedang butuh perhatiannya. Bicarakan dengan baik, sehingga suami pun mengerti.
Jika Islam telah mengatur hal ini, maka hendaknya kita bersyukur karena sejatinya kita tinggal melakukan manajemen terhadap pengaplikasiannya bukan?