wanitaindonesia.co – Pelaku UMKM yang menargetkan pasar ekspor tentu paham pentingnya membuat rencana bisnis yang solid. Salah satu hal yang harus dipikirkan dalam membangun sebuah rencana bisnis adalah merancang value proposition brand. Yaitu, apa yang Anda tawarkan untuk pelanggan dan menjadi alasan agar pelanggan lebih memilih produk barang/jasa Anda dibanding kompetitor.
Menurut Dr. Jacky Musri, CEO ICSB, dalam Kelas Scale Up Femina X Faxebook 2021 Sesi II yang berlangsung pertengahan Agustus lalu, bagi UMKM yang ingin memikat pasar global, brand DNA Indonesia bisa menjadi salah satu value proposition. Tapi, apa yang dimaksud dengan brand DNA?
“Brand DNA bisa juga disebut brand soul, brand mantra, atau titik berangkat. Brand DNA merupakan bagian penting yang harus pemilik usaha miliki untuk melakukan brand strategi, ”ujar Arto Biantoro, CEO Gambaran Brand, dalam kelas Scale Up Femina X Facebook 2021 Sesi III yang berlangsung Rabu (25/08/2021) dengan modul: Brand DNA sebagai Value Proposition Brand UKM di Pasar Global.
Kepada 116 peserta yang ikut dalam program akselerasi UKM untuk siap ekspor, kerjasama Wanita Wirausaha Femina dengan Facebook #shemeansbusiness dan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, Arto mengatakan bahwa brand DNA tidak melulu sesuatu yang kasat mata berupa hal yang terlihat pada produk seperti desain atau warna tertentu.
“Lebih dari itu, brand DNA adalah alasan yang mendorong seseorang untuk membuat sesuatu. Ia menjadi titik berangkat sebuah brand untuk bergerak,” ungkap Arto.
Bahkan, begitu pentingnya, menurut Arto, brand DNA yang kuat adalah kunci bagi sebuah brand agar dapat bertahan lama.
“Anda bisa menggunakan brand pyramid untuk menemukan brand DNA UMKM,” saran Arto.
Dimulai dari bagian bawah piramida, yang pertama perlu Anda lakukan adalah menemukan hal dasar yang dimiliki sebagai faktor pembeda. Selanjutnya, mendefinisikan manfaat yang terukur atau terlihat. Lalu, manfaat apa yang dirasakan jika menggunakan produk Anda. Kemudian, coba manifestasikan brand Anda dalam karakter manusia. Setelah itu, Anda bisa menemukan korelasi utama dari semua di puncak piramida.
Sebagai contoh, Batik A memiliki pembeda pada pewarna alami dan filosofi tradisional. Secara fungsional, Batik A memiliki bentuk motif dan warna yang unik di setiap bagian. Secara emosional, ia memiliki filosofi, “Ketidaksempurnaan yang sempurna.” Batik A seperti manusia yang jujur dan apa adanya, serta menghargai perbedaan. Brand DNA batik A adalah apa adanya.
Contoh lainnya, kopi B memiliki perbedaan dengan kopi lainnya karena berasal dari pohon kopi hibrida yang ditanam di dataran rendah, dekat pantai. Kopi B memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Secara fungsional kopi ini membuat pergerakan usus lancar sehingga menjaga saluran pencernaan. Secara emosional ia mendukung orang agar fit tanpa sakit. Jika diibaratkan, kopi B adalah orang yang dinamis, aktif, dan terus bergerak. Brand DNA dari kopi B adalah kopi sehat.
Brand DNA inilah yang kemudian menjadi panduan bagi semua stakeholder dalam pengelolaan brand yang berkelanjutan dan konsisten. Sehingga seiring waktu, terbentuklah brand equity atau kepuasaan pelanggan terhadap kualitas merek yang tinggi yang mendorong pelanggan untuk kembali membeli produk merek itu lagi. Itulah sebabnya, brand equity yang tinggi biasanya diikuti dengan tinggi popularitas dan penjualan yang tinggi pula.
Lalu, dari mana lahirnya brand DNA? Menurut Arto, terbentuknya brand DNA didorong oleh brand vision atau visi usaha Anda. Apakah itu visi yang digerakkan oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan pasar atau visi yang digerakkan passion dan pengalaman pendirinya.
Jelaslah bahwa brand bukan sekadar label yang tercantum dalam kemasan produk atau jasa layanan yang Anda tawarkan. “Tidak ada kata berhenti dalam membangun brand. Brand-brand yang hari ini menjadi nomor satu di semua kategori di dunia maupun lokal, terus berkembang karena marketnya berubah, marketnya berkembang. Targetnya adalah manusia yang terus berubah,” ujar Arto.
Ia mengingatkan pelaku UMKM agar tak pernah berhenti dalam proses membangun brand, karena brand itu sesuatu yang organik, hidup, dan dinamis. Menurutnya, tidak ada titik tertinggi dalam brand, yang ada adalah titik berproses dari titik satu ke titik berikutnya. Bisa jadi ketika Anda sudah tidak ada, brand itu tetap berproses terus. Namun, semua gerakan dan proses itu tetaplah berangkat dari satu titik yang sama, yaitu brand DNA. (f)