Stop Kekerasan! Hentikan Ketidaksetaraan Gender, Wanita Indonesia Harus Bersinar Lewat Kemandirian dan Gotong Royong

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Isu ketidaksetaraan gender nyata pada setiap zaman.  Beragam upaya telah dan akan terus dilakukan untuk mengurangi ketidaksetaraan gender beserta dampak negatifnya. Terbaru dalam memperingati Hari Internasional Untuk Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan, Uni-Charm menyelenggarakan talkshow interaktif “Empowering “Women Towards, Gender Quality” yang diikuti oleh ibu-ibu PKK dari berbagai wilayah di Jakarta Selatan. Lewat upaya berkelanjutan tersebut, Unicharm turut berkontribusi dalam mendukung kesetaraan gender dengan memperkuat peran keluarga untuk mewujudkannya. Acara berlangsung menarik, serta inspiratif yang dikemas dalam talkshow ringan, diseling games berlangsung sukses di Kantor Walikota Jakarta Selatan. Dihadiri Walikota Jakarta Selatan, Dr.H.Munjirin,S.Sos, M.Si beserta jajarannya. Event merupakan hasil kerja sama dengan Suku Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (PPAPP), Kota Jakarta Selatan.

Sales Director Unicharm, Sri Haryani menegaskan, “Sebagai perusahaan terdepan yang semakin dibutuhkan oleh Wanita Indonesia, kami teguh terhadap misi untuk mewujudkan masyarakat simbiosis (social inclusion).”

“Masyarakat yang sejahtera, dapat hidup dengan setara, bebas dari ketidaknyamanan, saling menghormati individualitas. Saling merangkul lewat kebaikan, serta saling mendukung, dan terhubung satu dengan lainnya, di mana manusia dapat hidup berdampingan dengan alam, serta hewan peliharaan”, jelasnya.

Sri menambahkan, “Hingga saat ini, kami telah melakukan beragam guna dengan melakukan kegiatan di dalam serta di luar perusahaan guna mencapai tujuan tersebut. Di internal perusahaan, Unicharm memberikan kesempatan yang sama bagi karyawan laki-laki, dan perempuan untuk mengembangkan karirnya. Lebih dari 50% karyawan kami adalah perempuan.”

“Laki-laki, dan perempuan harus memiliki peran, dan kesempatan yang sama dalam bekerja. Bagi wanita pekerja tentu harus fokus, serta mampu bekerja secara optimal sehingga upayanya berjuang membantu suami menafkahi keluarganya tak sia-sia, “terang Sri.

Sri menekankan, Wanita pekerja harus mampu menjalankan peran multitasking sebagai pencari nafkah, berperan sebagai istri serta ibu rumah tangga. Tentunya hal ini butuh support system dari keluarga inti, perusahaan serta Pemerintah. Oleh karena itu, penting bagi seorang wanita yang berperan multitasking untuk membuat skala prioritas pada setiap peran yang dijalankannya.

“Hal ini tentunya lekat dengan tantangan. Namun saya percaya, setiap Wanita Indonesia itu punya kemampuan untuk menghadapi tantangan. Sebagai pemimpin tentunya wanita itu harus menyelaraskan dengan kodratnya, tampil sehat, menarik sekaligus berperan mumpuni dalam menghadapi tantangan zaman, “ujar Sri optimis.

“Di luar, Unicharm telah menginisiasi beragam kegiatan yang berfokus kepada kepedulian kesehatan perempuan. Salah satunya lewat momen spesial ini, yang menjadi salah satu upaya tersebut lewat Pendidikan Kesetaraan Gender kepada para ibu. Berharap lewat inisiasi perusahaan kami Wanita Indonesia dapat bergerak bersama, mulai dari diri sendiri, keluarga hingga lingkungan sekitar. Sehingga mendorong terciptanya kesetaraan serta keadilan gender di masyarakat, “tegas Sri.

“Ke depan, kami akan terus berinovasi menciptakan produk serta layanan terbaik, dan pertama yang memberikan kenyamanan serta kegembiraan, guna berkontribusi pada terwujudnya masyarakat simbiosis, “pungkas Sri.

Sri Haryani, Sales Director Unicharm, Cegah ketidaksetaraan gender lewat sejumlah inisiasi, kegiatan. Unicharm terdepan, inovatif, pertama lewat produk serta upaya berkelanjutan. (Foto : Istimewa)

Putuskan Stigma, Hadirkan Kesetaraan Gender Dari Rumah

Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Ayoe Sutomo salah satu pembicara menyampaikan, “Diskriminasi gender merupakan perlakuan yang tidak adil yang disebabkan oleh perbedaan gender. Ini nyata terjadi di Indonesia, serta negara lainnya, dan menjadi isu sosial. Kejadian yang paling banyak ditemukan adalah kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan. ”

Salah satu hal yang memengaruhi terjadinya Diskriminasi gender di Indonesia adalah budaya patriarki, yang menempatkan posisi laki-laki memiliki kekuasaan tertinggi dibandingkan dengan perempuan. Selain kesenjangan pendidikan, perlindungan hingga terjadinya ketidakseimbangan.

Faktor pencetus KDRT lainnya adalah masalah ekonomi, kecemburuan sosial penghasilan istri lebih besar dari suami, hubungan dengan pihak ketiga, melakukan aktivitas yang merugikan seperti gaya hidup hedon, pinjol, dan judol.

Dampak KDRT itu nyata pada perempuan selain mengalami sakit secara fisik, juga tekanan mental, menurunnya rasa percaya diri, merasa tak berdaya, stres, depresi. Hal ini juga turut dirasakan pula oleh anak-anak serta keluarga besar.

Ayoe mengingatkan, KDRT itu sifatnya berulang. Tak semua korban memiliki keberanian yang sama untuk bicara, mengadukan nasibnya. Terlebih untuk melaporkan perbuatan suaminya. Alasannya beragam seperti siklus psikologi yang membuat mental korban hancur dikarenakan kekerasan berulang. Merasa tak berdaya secara ekonomi, kalau berpisah bagaimana kelanjutan hidupnya.

“Wanita masih sering dianggap rendah dalam strata sosial masyarakat, dikarenakan minimnya pendidikan, serta tak berdaya secara ekonomi. Solusinya dengan mewujudkan kesetaraan gender yang telah ditetapkan lewat tujuan nomor 5, dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, Sustainable Development Goals (SDGs) dari PBB. Apa yang menjadi penghalang kesetaraan gender harus bisa diuraikan penyebabnya kemudian dicarikan solusi yang komprehensif. Sejumlah negara dunia termasuk Indonesia secara aktif berupaya untuk mencapai kesetaraan gender, “imbuh Ayoe.

Ayoe menambahkan, “Untuk menciptakan kesetaraan gender harus dimulai di rumah, di mana peran kedua orang tua sangat penting dengan memiliki mindset baru seperti tidak memberikan perlakuan yang berbeda kepada anak laki-laki dengan anak perempuan. Anak-anak harus diberikan pemahaman seputar hak serta tanggung jawab seperti tugas untuk melakukan pekerjaan rumah tangga yang harus dikerjakan oleh anak laki-laki, dan perempuan. Anak-anak juga berhak mendapatkan perlakuan yang sama dari kedua orang tua.”

“Jika suami belum tercerahkan ihwal kesetaraan gender, istri harus bisa menjelaskan serta memberikan pengertian kepada suami untuk mulai mempraktikkannya. Untuk itu, istri harus menguasai seni berkomunikasi agar pesannya tersebut tersampaikan, “jelas Ayoe.

Ayoe melanjutkan, “Agar suami respek, seorang istri harus berdaya secara ekonomi. Walau hanya memiliki penghasilan yang kecil, ini lebih baik dibandingkan tidak menghasilkan sama sekali. Lewat organisasi PKK, saya yakin ibu-ibu dapat berdaya karena banyak diajarkan beragam ilmu seperti kesehatan maupun kuliner yang bisa dijadikan peluang untuk memulai usaha dari rumah.”

“Selain itu penting untuk memperluas wawasan seperti dengan mengikuti kegiatan hari ini. Pulangnya nanti kan, ibu bisa menceritakan ilmu yang didapat ke suami serta anak-anak. Ibu yang memiliki wawasan tentunya akan menjadi sumber inspirasi bagi keluarganya, “beber perempuan yang merupakan seorang praktisi.

Ayoe menjelaskan, “Di Indonesia ketidaksetaraan gender seringkali memicu terjadinya kekerasan fisik yang terjadi di ranah publik seperti di rumah. Kekinian menyasar ke media sosial lewat perundungan serta ancaman. Sebuah rumah tangga yang sehat itu harus diawali dengan kesehatan mental ibunya. Ibu menjadi pusat emosi seluruh anggota keluarga. Jika ibu bahagia, produktif dipastikan sebuah keluarga menjadi bahagia.”

Turut berbagi pendapat Head of Corporate Planning Division, PT Uni-Charm Indonesia, Heni Indrayati. “Tadi kita sama-sama telah mendengar pernyataan dari Bapak Walikota Jakarta Selatan Munjirin bahwa ada pemahaman yang keliru di masyarakat, ihwal peran wanita yang hanya diposisikan sebagai pendukung suaminya. Dahulu itu demikian, namun selaras dengan perkembangan zaman budaya yang keliru tersebut tentunya menjadi tak relevan. ”

Heni menambahkan, “Atas perjuangan Pahlawan Emansipasi Wanita, RA Kartini sesungguhnya kaum wanita memiliki peran strategis dalam kemajuan sebuah bangsa. Diibaratkan sebagai empu yang akan memengaruhi kemajuan bangsa besar ini.”

“Kekinian banyak sekali aset bangsa perempuan-perempuan mumpuni yang berperan strategis lewat minat, serta bakatnya. Khususnya di bidang entrepreneur sosok pelaku usaha Wanita Indonesia sudah terkenal di tataran nasional hingga global, “imbuh Heni.

“Wanita Indonesia itu memiliki daya juang tinggi, tak mudah menyerah, kreatif, serta inovatif sembari mampu membaca zaman membesarkan bisnisnya agar sustainability. Unicharm percaya, perempuan berperan penting dalam masyarakat. Aktif dalam berbagai bidang, yang turut berkontribusi terhadap pembangunan bangsa, dan negara, “terang Heni.

Heni melanjutkan, “Unicharm turut berkontribusi lewat aspek kesehatan kepada perempuan melalui produk inovatif, “terang Heni.

Lewat inisiasi berkelanjutan perusahaan, beragam upaya telah, sedang dan akan kami lakukan guna memutus sekat ketidaksetaraan gender khususnya di lingkungan perusahaan serta keluarga. Salah satu upayanya dengan memotivasi karyawan perempuan untuk bersungguh-sungguh bekerja guna mendapatkan posisi yang tinggi, sejajar dengan para pekerja laki-laki. ”

“Untuk terus memotivasi pada karyawan, perusahaan rutin melakukan sesi sharing dengan mendatangkan psikolog mumpuni. Sesi tersebut ditujukan khusus kepada para wanita yang memiliki posisi penting. Pun halnya secara eksternal kepada kaum wanita kami melakukan beragam kolaborasi yang muaranya untuk mengedukasi serta membangun mindset kaum wanita. Fenomenal lewat kerja sama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia pentingnya melakukan SADARI, Periksa Payudara Sendiri untuk memutus penyakit kanker agar tak memasuki stadium lanjut, “urai Heni.

“Kolaborasi ini senantiasa dievaluasi kemudian dicarikan beragam solusi, serta hadir pembaharuan agar dampaknya nyata serta kian masif bagi kesehatan payudara Wanita Indonesia, “jelas salah satu pimpinan Unicharm.

Heni menerangkan, “Lewat produk kami yang inovatif, edukasi dilakukan saat menstruasi dini. Bagaimana kami memastikan para wanita tetap nyaman sekaligus aktif berkarya serta lewat beragam inisiasi lainnya. Kesemuanya itu memiliki tujuan mulia agar Wanita Indonesia selalu sehat, percaya diri, serta mumpuni sebagai pribadi, Istri, ibu, wanita karir sesuai dengan bidang yang mereka tekuni. ”

“Lewat dunia kerja di lingkup Unicharm kami juga senantiasa mengingatkan para karyawan wanita yang jumlahnya mencapai 50% itu, agar mereka tak mudah berpuas diri, mengedepankan etika kerja serta disiplin. Mau belajar dari kesalahan untuk lebih baik, dan maju lagi, serta mengedepankan proses untuk mencapai karir yang lebih baik. Karena wanita itu akan dikenal serta dikenang lewat karya, dan prestasi baik di lingkungan kerja serta keluarga, “ujar Heni bijak.

Ki-ka : Para pembicara inspiratif Head of Corporate Planning Division Unicharm, Heni Indrayati, Praktisi, Psikolog Ayoe Sutomo, Psikolog UPT Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi DKI Jakarta, Meinita Fitriana Sari, peran multitasking perempuan untuk memerangi ketidaksetaraan gender di keluarga. (Foto : Istimewa)

Saran Psikolog, Anak, Ibu Korban Suami Durjana

Melanjutkan Meinita Fitriana Sari, Psikolog UPT Pusat Perlindungan Perempuan dan Anak Provinsi DKI Jakarta. “Kesetaraan gender merupakan hak asasi manusia yang mendasar, dan harus diwujudkan pada semua aspek kehidupan seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan, pendidikan, perlindungan terhadap perempuan, dan laki-laki untuk mewujudkan masyarakat tanpa diskriminasi berbasis gender, “terangnya.

Untuk lingkup terkecil bisa dilakukan di dalam Rumah Tangga seperti komunikasi yang baik serta berkualitas antar pasutri. Suami harus menjadikan istri sebagai partner dalam mengambil keputusan. Selain sejak dini membangun kesetaraan gender antara anak-anak laki-laki, dan perempuan untuk mendapatkan perlakuan, hak, serta kewajiban yang sama tanpa memandang jenis gender, serta urutan.

“Saat ini kami memiliki 35 posko layanan di seluruh Jakarta, terjadilah di Kepulauan Seribu. Ada 3 akses layanan bagi Ibu, anak korban kekerasan fisik, seksual seperti Rumah Aman, Psikologi, serta Layanan Hukum, “terang Meinita.

Lebih lanjut Meinita menjelaskan, Saat menemukan wanita korban kekerasan menurutnya, langkah yang bisa dilakukan adalah memperlakukan mereka dengan respek. Tak membeda-bedakan apalagi menyalahkan. Berikanlah dukungan. Biarkan mereka bercerita, mengeluarkan keluhannya, kemudian beri semangat, suport. Lewat upaya ini, terbukti para korban akan mendapatkan kepercayaan dirinya kembali.

Lebih lanjut Psikolog Meinita memberikan saran. “Momen yang tepat untuk memberikan pencerahan, saat korban mulai tenang. Salah satunya dengan menguatkan serta memberikan dukungan agar korban mau melapor ke saluran yang tersedia, “ujarnya.

Lantas apa dong yang harus dilakukan jika menemukan kasus korban tak mau melapor sementara kekerasan kemungkinan akan terus berlanjut di kemudian hari?.

WanitaIndonesia.co memiliki saran agar kaum ibu menginformasikan kepada pengurus wilayah terkecil seperti RT maupun sesepuh yang disegani di lingkungan tersebut. Ini akan memberikan Alert buat pelaku bahwa lingkungan mengetahui serta tak menyetujui perbuatan oknum tersebut. Sehingga oknum akan merasa khawatir, takut jika perbuatannya tersebut masih berlanjut akan ada sanksi sosial hingga pidana.

Disayangkan dengan alasan bahwa konflik yang sebagian besar diikuti oleh KDRT masih dianggap sebagai ranah pribadi yang tak boleh dimasuki oleh orang lain, terutama jika si korban tak berani untuk melaporkannya.

Banyak kasus seolah menjadi bom waktu karena terjadinya pembiaran lingkungan. Terbesar kasus Ayah yang membunuh semua anaknya (3 orang) yang masih batita di Jakarta. Dipicu oleh kejadian sepele soal kecemburuan sosial gaji istri yang lebih besar dari suami, cemburu akan hubungan istri dengan pihak ketiga. Dari pertengkaran, debat kusir suami kemudian hilang akal, lalu melakukan upaya balas dendam ke istri. Dia merenggut hak hidup anak-anaknya. Malang nian.

Tak ada satupun tetangga serta pengurus lingkungan yang berani berbuat, melarang serta mencegah perbuatan keji tersebut dikarenakan terbentur oleh ranah pribadi. Padahal ada tetangga yang curiga para korban sebelum tewas mengalami penyiksaan.

Lewat kontrol sosial masyarakat, sejatinya kekerasan dalam rumah tangga yang diklaim sebagai ketidaksetaraan gender tersebut dapat dicegah. Penting untuk memperketat syarat tes kesehatan mental pranikah. Mengingat saat ini masalah gangguan kejiwaan menjadi salah satu konsen utama pemerintah untuk menurunkan tingkat prevelansinya dikarenakan banyak masyarakat yang mengalami.

Pelaku yang umumnya disinyalir mengalami gangguan kejiwaan butuh dukungan, bantuan untuk meningkatkan masalah kesehatannya tersebut agar tak menjadi bom waktu. Selain lewat pencerahan agama, juga butuh pendampingan, pengobatan yang komprehensif berkelanjutan.

Apapun level gangguan kejiwaan yang dialami oleh seseorang, keluarga terdekat wajib memberikan support system yang baik, dan berkualitas. Lakukan pengawasan ekstra agar penderita tak membahayakan keselamatan orang-orang di sekitarnya.

Karena banyak pula kasus orang yang terindikasi mengalami gangguan kejiwaan yang tak diperhatikan, kemudian berulah membahayakan jiwa orang lain.

Berdasarkan pengalaman, serta pengamatan jika ada tindakan reaktif dari lingkungan seperti oleh orang yang berpengaruh, pelaku akhirnya bisa mengontrol diri. Mereka merasa malu karena tindakannya itu diketahui, direspon serta memperoleh sanksi sosial masyarakat.

Sebagai bangsa beradab yang menjunjung tinggi agama sebagai fondasi kehidupan, Ilmu serta hukum agama tetap harus dikedepankan dalam menangani permasalahan ini. Selain lewat siraman rohani, penting memeriksakan kejiwaan pelaku, untuk kemudian dilakukan terapi oleh para ahli. Dikarenakan sebagian besar pelaku mengalami permasalahan kesehatan mental yang buruk.

Selain korban, dan pelaku, anak-anak mereka merupakan orang yang terdampak dari KDRT yang harus mendapatkan perlindungan, pendampingan serta dipenuhi hak-haknya.

Anak korban terutama yang melihat kejadian secara langsung akan mengalami trauma. Bila diabaikan atau tak ditangani secara komprehensif dengan melibatkan beberapa pakar, besar kemungkinan saat dewasa, mereka akan menjadi pribadi yang tak percaya diri, selain bisa meniru tindakan tak terpuji dari orang tuanya tersebut. Tentunya kita semua tak mau bukan?