WANITAINDONESIA.CO – Malam di Lorin Hotel Sentul terasa berbeda dari biasanya. Udara sejuk khas Bogor berpadu dengan gemerlap lampu berwarna oranye dan ungu yang menyorot lembut ke seluruh area hotel. Di setiap sudut, dekorasi labu, tengkorak, dan jaring laba-laba buatan menciptakan suasana misterius. Para tamu berdatangan dengan dandanan unik bertema Halloween.
Malam itu, Lorin menghadirkan acara istimewa bertajuk “Spook Island: Bon Jovi Tribute Night”, sebuah perayaan musik dan gaya hidup yang memadukan semangat Halloween dengan nostalgia rock legendaris Bon Jovi.
“Spook Island ini memang kita buat spesial untuk memperingati momen Halloween,” ujar Anggi Yuliansa, Director of Food & Beverage Lorin Hotel Sentul, di sela-sela kegiatan. “Kami ingin menutup Oktober dengan konsep yang seru dan unik, sekaligus menjadi pembuka menuju rangkaian acara akhir tahun dan malam pergantian tahun baru nanti. Bisa dibilang, ini bagian dari New Year’s Series kami di Lorin.”
Meski dikemas dengan konsep eksklusif dan dekorasi total, Lorin tetap menghadirkan acara ini dengan harga tiket yang ramah di kantong. “Pengunjung cukup membayar Rp85.000 per orang, sudah termasuk buffet dinner dan akses penuh ke seluruh rangkaian acara,” jelas Anggi.
“Untuk ukuran acara tematik dengan live music dan makanan sepuasnya, harga segitu sangat terjangkau. Pengunjung bisa bersantap sambil menikmati musik tribute yang berkualitas,” tambahnya.
Antusiasme pun melampaui harapan. Dari target 250 tamu, jumlah pengunjung yang hadir mencapai hampir 270 orang. “Alhamdulillah, responsnya luar biasa. Banyak pengunjung yang datang bersama keluarga, pasangan, bahkan komunitas musik. Semuanya menikmati suasana malam Halloween yang berbeda di Lorin,” kata Anggi dengan senyum puas.
General Manager Lorin Hotel Sentul, Fazrin Rizki Setiadi, CHM, mengungkapkan bahwa Spook Island merupakan hasil kolaborasi kreatif seluruh tim Lorin yang ingin menghadirkan pengalaman baru bagi tamu hotel.
“Kami tidak hanya ingin menyuguhkan acara hiburan, tapi juga menghadirkan experience yang berkesan,” ujar Fazrin. “Selain dekorasi bertema Halloween yang lengkap dengan cahaya temaram dan ornamen khas, kami juga menampilkan visual baru di area buffet dan panggung.”
Menurutnya, pengalaman visual menjadi bagian penting dari acara ini. “Kami siapkan sejumlah photo spot tematik yang bisa digunakan pengunjung untuk berfoto — ada labu berlampu, tengkorak, hingga instalasi cahaya berwarna ungu yang menambah kesan dramatis,” jelasnya.
Ia menambahkan, seluruh detail dibuat agar pengunjung benar-benar merasa seperti berada di pulau misterius. “Kami ingin tamu yang datang merasa terhibur, terlibat, dan mendapatkan pengalaman yang tidak bisa mereka temukan di hotel lain,” ujar Fazrin dengan bangga. “Bagi kami, hiburan bukan hanya soal musik, tapi tentang bagaimana menciptakan kenangan yang melekat.”
Tepat pukul delapan malam, lampu panggung meredup. Suara drum dan gitar mulai menggema, membuka intro lagu legendaris “It’s My Life”. Seketika, sorak-sorai penonton pecah, dan suasana pun berubah menjadi konser mini penuh energi.
Di atas panggung, penampilan Bon Jovian, band tribute Bon Jovi asal Jakarta, menjadi magnet utama malam itu. Dipimpin oleh Om John, sang vokalis sekaligus pendiri band, mereka membawakan deretan lagu hits seperti “Livin’ on a Prayer”, “You Give Love a Bad Name”, hingga “Always”.
Dengan suara khas dan ekspresi penuh semangat, Om John berhasil menghidupkan kembali aura kejayaan rock 90-an. “Kecintaan saya terhadap Bon Jovi sudah sejak lama,” kenangnya. “Sekitar tahun 2000-an saya tergabung di UKM musik kampus. Setelah studio kami sempat kebakaran, kami malah semakin semangat dan memutuskan membentuk band yang khusus membawakan lagu-lagu Bon Jovi. Dari situ lahirlah Bon Jovian, dan sampai sekarang masih kami jalankan.”
Yang menarik, penggemar yang hadir malam itu datang dari berbagai usia. Tidak hanya para pencinta Bon Jovi era 90-an, tetapi juga anak muda yang baru mengenal musik rock klasik. “Itu yang bikin saya bangga,” kata Om John sambil tersenyum.
“Lagu-lagu Bon Jovi itu lintas generasi. Dari orang tua sampai remaja, semuanya ikut nyanyi. Artinya karya mereka tetap hidup.”
Suasana semakin intim ketika beberapa penonton bernyanyi bersama,“Saya lebih suka tampil di tempat yang dekat seperti ini,” aku Om John. “Rasanya akrab, penonton bisa nyanyi bareng dan kita bisa ngobrol. Kalau panggung besar memang keren, tapi yang seperti ini lebih punya rasa.”
Bagi Om John, tampil di Lorin malam itu merupakan pencapaian pribadi. “Dulu saya pernah ditawari tampil di sini tapi belum kesampaian. Baru kali ini bisa terwujud. Rasanya seperti mimpi yang akhirnya jadi nyata,” ujarnya dengan mata berbinar. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada manajemen hotel. “Tim Lorin luar biasa ramah, suasananya hangat, dan penontonnya luar biasa antusias.”
Acara Spook Island: Bon Jovi Tribute Night tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga perayaan musik yang menyatukan generasi. Di tengah cahaya redup dan suasana Halloween yang khas, Lorin Hotel Sentul berhasil menghadirkan malam penuh nostalgia, energi, dan kehangatan.
“Musik adalah bahasa universal,” tutup Anggi Yuliansa. “Malam ini semua yang hadir membuktikan bahwa semangat Bon Jovi masih hidup di hati penggemarnya. Dan kami di Lorin sangat bangga bisa menjadi bagian dari momen itu.”
Menutup Oktober dengan dentuman rock dan sorotan cahaya Halloween, Lorin Hotel Sentul kembali menunjukkan bahwa hotel bukan hanya tempat untuk menginap, tapi juga ruang bagi pengalaman, ekspresi, dan cerita. Dengan suksesnya Spook Island, publik kini menantikan kejutan berikutnya dari Lorin, sebuah perayaan spektakuler menyambut malam pergantian tahun yang dijanjikan akan lebih megah, hangat, dan berkesan. (Wib)
