
WanitaIndonesia.co, Jakarta – Upaya Komunitas TBC di Indonesia untuk mengeliminasi penyakit TBC menghadapi tantangan serius.
Saat Covid-19 ketika diberlakukannya pembatasan sosial, yang berdampak terbengkalainya penemuan kasus baru, sehingga estimasi kasus TBC di tahun ini meningkat.
Paska Covid, lagi-lagi semangat serta keteguhan hati para pejuang garda terdepan Komunitas TBC harus diuji kembali dengan dihentikannya bantuan USAID serta dipangkasnya anggaran Kemenkes oleh Pemerintah. Hal ini akan memengaruhi terhadap penanganan TBC di Indonesia. Terlebih goals Indonesia Eliminasi TBC di tahun 2030, akan semakin berat untuk direalisasikan.
Pendanaan merupakan hal krusial serta sangat penting untuk semua aspek penanganan penyakit seperti untuk upaya pencegahan, diagnosis, pengobatan serta layanan kesehatan berkelanjutan. Aspek layanan kesehatan seperti diagnosa dini, pengobatan yang efektif serta perawatan yang komprehensif, kesemuanya membutuhkan biaya besar.
Namun demikian karut-marut ihwal pendanaan tak mampu mematahkan tekad, semangat mereka yang membaja. Upaya berkelanjutan bisa saja terganjal oleh masalah pembiayaan, untuk penyakit menular mematikan nomor 4 terbesar di Indonesia. Tapi bagi insan yang diberi akal budi serta limpahan energi kreatif
mereka akan terus melaju, dengan semangat menyala, berkejaran dengan waktu. Bertekad untuk terus berupaya membantu Pemerintah, pasien, penyintas serta masyarakat luas, diantaranya lewat edukasi serta menghilangkan stigma, hoax yang lekat dengan penyakit TBC di masyarakat Indonesia.
Momen Peringatan Hari TBC Dunia setiap tanggal 24 Maret menjadi pemicu spirit para Komunitas TBC untuk memperkuat serta mempertegas komitmen mereka dalam upaya penanggulangan TBC di Indonesia. Sinergitas apik Komunitas yang dipelopori oleh STOP TB Partnership Indonesia (STPI), Medco Foundation, PR Konsorsium Penabulu STPI, dan Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) yang memberikan suport ke Pemerintah, sembari meneriakkan tekad untuk mengeliminasi penyakit TBC di Indonesia patut diapreasi lebih.
Mereka telah serta akan terus berjuang, dengan melakukan beragam cara kreatif, untuk mewujudkan Goals Indonesia Eliminasi TBC di tahun 2030, di tengah kesulitan pendanaan Pemerintah RI, dan USAID.

Asa Uji Klinis Vaksin TBC
Momen penting lain manakala Bill Gates, filantropy dunia berkunjung ke Indonesia. Di istana negara, pria simpatik ini membagikan kabar gembira untuk masyarakat Indonesia. Presiden Prabowo menyampaikan bahwa Indonesia terpilih sebagai salah satu negara di dunia yang menjadi tempat ujicoba klinis vaksin TBC pada tahun ini. Vaksin dikembangkan oleh Bill & Melinda Gates Foundation.
Prabowo mengungkapkan keprihatinannya, bahwa TBC di Indonesia telah menelan korban jiwa yang cukup besar, mencapai 100 ribu jiwa setiap tahunnya.
Presiden bertekad untuk menekan angka tersebut serta berjanji untuk mengeliminasi penyakit TBC lewat beragam inisiasi seperti penguatan informasi, dan pencegahan, pemanfaatan teknologi, integrasi data serta kolaborasi lintas sektor.
Dalam kesempatan berbeda Menkes Budi Gunadi mengingatkan, “Masyarakat Indonesia tak perlu khawatir terhadap uji klinis vaksin TBC karena bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah serta berdampak untuk menurunkan angka kematian penyakit TBC.
Uji klinis itu berbeda lho dari uji coba. Uji klinis telah memasuki tahap ke – 3, artinya vaksin telah terjamin keamanannya, dikarenakan telah melewati tahap pra klinis, tahap 1, tahap 2. Uji klinis tahap 3 untuk menguji berapa persen pasien yang sembuh dengan menggunakan vaksin. Uji klinis untuk melihat efikasi serta keamanan vaksin.
Adapun target uji klinis vaksin TBC diperuntukkan buat para partisipan yang membutuhkan
bukan untuk masyarakat umum.
Uji klinis tahap 3 akan dipantau oleh WHO, Kemenkes RI, Rumah Sakit serta sejumlah Universitas.
Menkes Budi Gunadi melanjutkan, “Tentunya dengan ditetapkannya Indonesia sebagai salah satu dari 7 negara dunia, sebagai tempat uji klinis vaksin TBC berdampak positif. Akses ke teknologi menjadi yang utama sehubungan dengan dilibatkannya para ilmuwan Indonesia dalam proses tersebut.”
“Indonesia bisa melakukan negosiasi agar dapat memproduksi lebih cepat jika vaksinnya sudah jadi. Selain mengetahui lebih dahulu cocok tidaknya vaksin tersebut untuk masyarakat Indonesia, “imbuhnya.

‘Menyala’ di Tengah Keterbatasan
Sembari menunggu ujicoba klinis vaksin TBC yang diperkirakan akan selesai di akhir tahun 2028, masyarakat khususnya para pasien serta penyintas serta ekosistem TBC di Indonesia dapat terus menjalankan beragam upaya seperti deteksi dini, pendampingan pengobatan, dan penguatan edukasi masyarakat yang dipelopori oleh para Komunitas TBC.
Momen Peringatan Hari TBC Sedunia menjadi upaya untuk menguatkan sinergitas komunitas, lewat kiprah serta pencapaian yang telah ditorehkan. Upaya keberlanjutan Komunitas TBC merupakan bentuk dukungan sepenuh hati kepada upaya Pemerintah Indonesia dalam menekan serta mengeliminasi penyakit TBC dari Ibu Pertiwi.
Ini merupakan momen epik Komunitas TBC untuk memperkuat sinergitas, membulatkan tekad serta senantiasa berupaya untuk terus memperkuat kerja-kerja yang telah lama diupayakan untuk memerangi penyakit yang membutuhkan waktu panjang dalam upaya penyembuhan.
Di tengah perjuangan yang berat pada masa pandemi Covid-19, membuat penemuan kasus TBC terbengkalai sehingga estimasi kasus TBC di tahun ini meningkat hal ini dikarenakan adanya pembatasan sosial.
Seolah tak putus dirundung malang, ketika hendak bersiap untuk melakukan langkah berikutnya paska pandemi demi tercapainya goals serta harapan kepada Pemerintahan yang baru, kerja-kerja anak negeri itu menjadi terkendala oleh efisiensi anggaran. Ditambah dengan kebijakan yang tak populer Donald Trump yang menghentikan dana USAID.
Jalan panjang berduri Komunitas TBC dilalui dengan optimisme, tanggung jawab untuk menjaga, melindungi kesehatan masyarakat, yang tak serta merta mengendurkan perjuangan mereka. Malah hadir ungkapan tulus “Terima Kasih Sudah Bertahan, Para Pejuang & Pemejuang TBC.”
Momentum Peringatan TB Sedunia menjadi titik balik perjuangan serta upaya sepenuh hati yang related dengan tema “Terima Kasih Sudah Bertahan, Para Pejuang & Pemejuang TBC. Ini merupakan bentuk apresiasi terhadap para penyintas, tenaga kesehatan serta relawan yang terus berjuang di tengah keterbatasan.
Momen penting ini juga menampilkan Art Exhibition berupa pameran seni foto “Cerita Dalam Lensa” yang memamerkan foto – foto perjuangan penyintas TBC, tantangan sosial, stigma serta kekuatan Komunitas dalam menghadapi penyakit ini.

Terima Kasih Komunitas TBC
STOP TB Partnership Indonesia (STPI) bersama Medco Foundation, dan PR Konsorsium Penabulu STPI, didukung Kemenkes yang selama ini berkomitmen penuh dalam penanggulangan TBC meneriakan pernyataan sikap serta tetap teguh membaja untuk mengeliminasi penyakit TBC di tengah situasi yang tak berpihak ini.
Dewan Pengurus STOP TB Partnership Indonesia, Muhammad Hanif S. E menegaskan pentingnya sinergitas banyak pihak untuk penanggulangan TBC. Beberapa komunitas berjuang serta menjadi garda terdepan dalam Deteksi Dini, Pendampingan, Pengobatan, dan Penguatan Edukasi Masyarakat. Lewat kolaborasi epik ini, kita bisa mengubah narasi TBC, “Dari Tantangan Menjadi Kemenangan.”
dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA, Ketua Tim Kerja TBC Kemenkes RI menjelaskan, “Temuan kasus TBC dua tahun kebelakang, yaitu pada masa pandemi Covid-19 terbengkalai, sehingga estimasi kasus TBC di tahun ini meningkat hingga 1.090.000.”
dr. Tiara melanjutkan, “Namun demikian penanggulangan TBC Nasional memiliki Peraturan Presiden Nomor. 67.Tahun 2021 yang menegaskan bahwa semua pihak berperan dalam penanggulangan TBC. Sehingga penemuan kasus di tahun 2024 sudah lebih baik. Pemerintah terus berkomitmen TBS sudah menjadi isu prioritas, dan telah disampaikan oleh Presiden Prabowo bahwa Indonesia berkomitmen dalam eliminasi TBC. ”
“Tantangan yang tak mudah karena hingga saat ini masyarakat larut dalam stigma serta akses layanan yang belum merata. Stigma, hoax berseliweran, masih sangat banyak seperti target pemberian Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk kontak erat jadi tantangan yang harus diberikan pada orang sehat, tapi sudah terinfeksi. Sehingga capaiannya masih sangat rendah, “ungkap Dokter Tiara.

Menambahkan, dr. Henry Diatmo, MKM, Direktur Eksekutif STPI menyampaikan, “Komunitas menjadi peran kunci di masyarakat. Mereka bersentuhan langsung dengan pasien maupun penyintas TBC. Banyak organisasi yang bergerak pada penanggulangan TBC seperti STPI, PR Konsorsium Penabulu STPI tempat kami berjuang untuk memberikan dukungan kepada pasien, dan penyintas yang mengadukan masalah sosial, yang dialami lewat akses Lapor TBC sehingga mereka bisa merasa aman, dan nyaman.”
Turut berbagi pendapat dr. Betty Nababan, National Program Director PR Konsorsium Penabulu STPI, “Komunitas hadir bertujuan untuk melibatkan serta menggerakkan semua organisasi masyarakat sipil untuk bisa menjadi Sub recipient yang mengelola dana dari Global Fund.”
“Kita tidak bisa hanya bergantung kepada tenaga medis saja. Penting Komunitas untuk ikut membantu mendorong kegiatan TBC. Sekarang ada 229 Sub recipient yang berperan dalam melakukan penanggulangan TBC, “imbuhnya.
“Mereka bertugas untuk melakukan skrining kasus kontak TBC, juga merujuk ke layanan kesehatan agar dilakukan konfirmasi positif atau tidaknya, “ujar Dokter Betty.
“Kami juga menggerakkan semua kader agar dapat memberikan TPT pada kontak erat pasien dalam kegiatan SIKAT TPT diharapkan dapat membantu Pemerintah, “terang Dokter Betty.

Last but not least bila berbicara ihwal penanggulangan penyakit TBC, masyarakat Indonesia lekat dengan kiprah Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI) yang ikonik karena telah berkiprah sejak 57 Tahun!.
Perjalanan panjang dari perjuangan serta dedikasi kian menyala ketika
Ketua PPTI, Ir. Yani Panigoro menerangkan sejumlah inisiasi serta progres. “Kami bekerja guna mengisi kekosongan dari kegiatan yang tidak bisa didanai oleh Global Fund seperti edukasi berbasis komunitas, mendorong deteksi dini serta mendorong pasien untuk melakukan pengobatan, “ujar Ir. Yani.
Ir. Yani menceritakan, Lewat sejumlah inisiasi serta kiprah para pengurus serta relawan PPTI yang terdiri dari individu, kelompok serta kader kesehatan telah menorehkan sejarah panjang dengan tinta emas untuk upaya berkelanjutan mengeliminasi TBC. Diantaranya menemukan kasus TBC secara aktif.
PPTI juga mendukung lewat faskes kesehatan terbaik berupa Klinik Jakarta Respiratory Center. Melayani Rumah Sakit Umum dengan layanan unggulan penyakit paru, dan respirasi.
Semua dedikasi, upaya berbuah Penghargaan sebagai Klinik Swasta Terbaik dalam Implementasi serta Capaian Indikator Program Tuberkulosis Tahun 2023.
“Kami aktif mendorong diterbitkannya Peraturan Presiden Tentang Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis, “pungkasnya.




