Wanitaindonesia.co, Tangerang – Jawa Barat – Menyambut Hari UMKM Nasional, Alunjiva Indonesia lewat Program Sheablepreneur menggelar pelatihan. bagi pelaku Usaha Perempuan, dan Perempuan Disabilitas.
Ditakdirkan sebagai disabilitas bukanlah hal yang mudah. Terlebih bila tak berdaya secara ekonomi. Disayangkan sebagian besar hidup papa dengan pendidikan yang kurang memadai. Tak memiliki keterampilan serta akses untuk mendapatkan pekerjaan. Pun akses layanan publik masih jauh dari kata memuaskan.
Karut-marut nasib nelangsa teman disabilitas menjadi konsen penting Nicky Clara, dan sahabatnya Fany Efrita Ritonga
Dua role model perempuan disabilitas Indonesia ini dikaruniai Tuhan untuk berdaya serta memberdayakan kaumnya. Walau di awal, mereka pun harus mengalami tantangan yang sama dengan teman-teman disabilitas lainnya.
Nicky yang memiliki pendidikan tinggi serta kepedulian terhadap nasib teman-temannya merasa terpanggil untuk membantu. Idenya cemerlang yang diwujudkan lewat Program Pemberdayaan, dengan menargetkan pelaku UMKM perempuan disabilitas.
Alunjiva Indonesia merupakan gerakan sosial yang digagas bersama sahabatnya Fany Efrita Ritonga.
Merupakan gerakan sosial hadir di tahun 2022. Berkomitmen untuk mewujudkan Indonesia yang lebih inklusif, dan berdaya.
Berfokus kepada edukasi kesehatan mental, pemberdayaan penyandang disabilitas, pengembangan SDM sektor formal, dan informal.
Lewat pendekatan holistik, dan kolaboratif, Alunjiva Indonesia membangun platform pemberdayaan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, dan kapabilitas individu, khususnya keluarga rentan, agar mereka mandiri secara ekonomi serta aktif betkontribusi dalam kehidupan sosial.
Lewat Program Sheablepreneur yang diinisiasi Alunjiva Indonesia menjadi jawaban atas doa-doa perempuan disabilitas yang berusaha mendobrak tembok tebal untuk kemajuan diri, ekonomi serta berdampak bagi teman-teman disabilitas lainnya, dan tentunya lingkungan.

Foto : Istimewa.
Sheablepreneur, Kedigdayaan UMKM Indonesia
Ditemui Wanitaindonesia.co saat rehat makan siang usai membuka
Workshop Program Pelatihan Intensif, Nicky menceritakan berdirinya Alunjiva Indonesia.
Nicky Claraentia Pertiwi dikenal masyarakat dengan beragam kiprahnya yang menginspirasi. Sejak lahir Nicky dianugerahi dengan kondisi istimewa. Ia menjadi persona yang diamanahkan Tuhan untuk menaklukkan tantangannya tersebut.
Ternyata amanah Ilahi tersebut mampu dijalankannya dengan baik. Tak hanya mandiri, namun ia mampu menjadi suluh serta asa bagi jutaan teman-teman disabilitas, bahkan menyebar ke orang-orang non disabilitas.
Sejak usia 1 tahun, Nicky harus terbiasa dengan kaki tiruan. Gadis kecil berupaya penuh untuk membawa prosthetic ke manapun ia melangkah. Pedih lalu kenyang dengan tatapan iba, pandangan aneh serta cemohan, Nicky kecil tumbuh menjadi pribadi tangguh dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi, yang ditanamkan oleh kedua orang tuanya.
Filosofi hidupnya berangkat dari sebuah mimpi. Mimpi inilah yang secara bertahap berupaya diwujudkannya Nicky kecil lewat beragam aktivitas yang dilakukan oleh non disabilitas. Upayanya ini didukung penuh oleh kedua orang tuanya.
Upayanya tak mulus, Nicky sempat oleng sepeninggal Ayahndanya. Terpuruk tapi berselang lama. Ia kemudian bangkit dengan semangat menyala. Tumbuh menjadi persona gigih dalam menggapai tujuan hidupnya. Semesta pun merahmatinya. Nicky sukses dengan asa serta cita-citanya. Yang Membanggakan ia mampu mengenyahkan stigma, momok menakutkan juga bagi yang non disabilitas.
“Aku melihat banyak sekali teman disabilitas yang cacat fisik, mereka terkendala untuk berdaya secara ekonomi. Layaknya dengan orang yang non disabilitas sulit untuk untuk mendapatkan pekerjaan layak, kaum disabilitas susahnya berkali-kali. Minta ampun deh, “keluh sosok role model Wanita Indonesia.
Nicky menambahkan, “Boleh dibilang kami mengalami tantangan lebih berat dari non disabilitas dikarenakan stigma masyarakat. Masyarakat masih memandang sebelah mata, tak mau memberikan kesempatan, padahal banyak lho teman-teman disabilitas, yang memiliki potensi hebat bila diberi kesempatan. ”
“Hal menarik yang jarang dipikirkan masyarakat, sesungguhnya setiap orang non disabilitas bisa secara tiba-tiba menjadi disabilitas, karena kehilangan fungsi dari anggota tubuh. Seperti mengalami kecelakaan lalu- lintas, ini menjadi penyebab tertinggi lahirnya disabilitas-disabilitas baru di Indonesia. Pun halnya dengan bencana alam yang membuat seseorang bisa menjadi disabilitas, “imbuhnya.
“Karenanya masyarakat tak boleh lagi memandang sebelah mata, menstigma atau melabeli teman-teman disabilitas dengan cara-cara yang tak adil serta kurang elok, “cetus perempuan disabilitas yang aktif memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas.
Foto : Istimewa.
Dukung Pemerintah Berdayakan UMKM Perempuan & Individu Disabilitas
Nicky tak menampik upaya-upaya Pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada teman disabilitas dalam mengakses pekerjaan formal lewat peraturan, yang mana setiap perusahaan BUMN dan swasta diwajibkan untuk mempekerjakan karyawan dari kelompok disabilitas, dengan kuota minimal 1% dari jumlah total karyawan.
Namun sayangnya, kuota yang tersedia masih kurang memadai dengan banyaknya disabilitas berusia produktif.
Kendala lain, jika perusahaan hanya sekedar mematuhi peraturan tanpa menyiapkan regulasi
dengan mempekerjakan disabilitas, banyak terjadi friksi di lingkungan kerja yang membuat disabilitas rentan stres, merasa tak nyaman karena perlakuan rekan kerja.
Lewat pengamatan, pemahaman serta pengalaman Nicky sebagai Disability Womenpreneur, bersama sahabatnya Fany Efrita Silitonga, mereka menggagas Program Sheablepreneur.
Merupakan program mentoring, dan pelatihan kewirausahaan intensif yang ditunjukkan kepada 75 UMKM Perempuan, dan individu disabilitas, yang ingin mengembangkan keahliannya, sembari membentuk lingkungan yang lebih aware terhadap individu disabilitas.
Upayanya ini mendapat suport penuh dari Komnas Disabilitas RI, dan Unilever Indonesia.
“Awalnya kan program dikhususkan hanya untuk perempuan dengan disabilitas, tapi belakangan banyak pendaftar dari kalangan perempuan yang non disabilitas, “ujar Nicky.
Tak buru-buru menampik, perempuan yang dikaruniai ide serta terobosan inovatif kemudian terpikir untuk menerimanya. Dalihnya agar ekosistem Alunjiva Indonesia semakin kuat lewat sinergitas apik UMKM perempuan, dan individu disabilitas.
“Sebenarnya ini win-win solutions buat partisipan, karena mereka bisa saling mendukung, melihat serta mencontoh kekuatan masing-masing, “cetus Nicky.
Project perdana dilakukan di 3 kota, Tangerang, Bandung, dan Yogyakarta karena Nicky melihat potensi serta kekuatan para pelaku UMKM perempuan, dan individu disabilitas memiliki pertumbuhan yang signifikan di kota-kota tersebut.
Program pelatihan online sukses dilakukan Juli lalu
yang mengajarkan 4 modul utama, Dasar Pengembangan Bisnis, dan BMC (Bussiness Model Canvas), Pemanfaatan Digital, dan Media Sosial Dalam Pengembangan Bisnis, Literasi Keuangan, dan Pengenalan AI.
Menyusul pelatihan offline, di Bulan Agustus yang diikuti oleh 25 peserta dari Jabodetabek, yang telah berlangsung sukses di Grha Unilever, Tangerang.
Foto : Istimewa.
Kemampuan Membaca Zaman
Program Sheablepreneur hadir berdasarkan fakta, masih banyak kelompok marjinal, khususnya perempuan serta individu disabilitas yang tidak berani memulai, dan menjalankan bisnis UMKM.
Penyebab utama adalah stereotip, perempuan kurang fokus dalam menjalankan usaha karena harus berperan ganda. Juga stigma bahwa individu disabilitas akan sulit berkembang, dikarenakan keterbatasan akses terhadap mentor, jejaring, dan modal.
Lewat Program Sheablepreneur kendala serta tantangan-tantangan tersebut akan dientaskan. “Kami hadir memberikan solusi dengan memberikan ruang bagi perempuan serta individu bahwa setiap pribadi disabilitas, berhak bermimpi layaknya individu lainnya. Mereka juga berhak untuk bergerak lebih jauh serta berperan untuk membuat perubahan nyata.
Lewat pelatihan online apa yang dikhawatirkan Founder Alunjiva Indonesia terbukti. Mayoritas peserta menghadapi tantangan utama manajemen tim seperti pembagian peran, dan tanggung jawab. Selain kendala komunikasi internal yang belum optimal, belum maksimalnya keterlibatan anggota tim. Hingga kesalahan dalam strategi pemasaran khususnya yang terkait cara memperkenalkan produk, ke target pasar yang lebih luas.
Tak kalah penting solusi untuk meningkatkan brand awareness yang lebih kuat serta pemanfaatan kanal digital, dan offline secara efektif.
Untuk mengatasi sejumlah tantangan tersebut dilakukan pelatihan lanjutan secara offline di Grha Unilever, Tangerang. Diikuti oleh 25 peserta dari Jabodetabek.
Pelatihan tatap muka ini dilakukan dengan metode design thinking.
Lewat pelatihan diharapkan peserta mampu memahami penerapan strategi manajemen tim, yang lebih terstruktur. Mencakup pembagian peran, komunikasi, dan motivasi anggota.
Diajarkan pula cara menyusun serta menjalankan strategi pemasaran yang lebih relevan, kreatif, yang sesuai dengan karekteristik usaha mereka. Penting diajarkan mengembangkan action plan jangka pendek, dan jangka panjang dalam aspek team building, dan pemasaran.
Pelatihan akan dilanjutkan di dua kota Bandung, dan Yogyakarta. Pelatihan mengajarkan materi penting yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas serta kapabilitas para pelaku UMKM perempuan, dan
perempuan disabilitas menuju terwujudnya ekosistem UMKM perempuan yang lebih inklusif.