Site icon Wanita Indonesia

Setelah 20 Tahun, Dapur Cokelat Bercerita

Setelah 20 Tahun, Dapur Cokelat Bercerita

wanitaindonesia.co Sebagai salah satu pelopor tren cokelat di Indonesia, Dapur Cokelat kini sudah beroperasi selama 20 tahun. Memperingati  dua dekade Dapur Cokelat berkarya dalam dunia patisserie di tanah air, Ermey Trisniarty,  Pendiri Dapur Cokelat, meluncurkan buku Dapur Cokelat Bercerita.

Buku berisi 10 bab ini dilengkapi dengan sembilan signature recipes Dapur Cokelat yang sudah sangat dikenal masyarakat.

Walau kini dikenal sebagai salah satu superbrand Indonesia, perjalanan Dapur Cokelat untuk menjadi sebesar sekarang bukanlah sesuatu yang mudah. Buku yang berisi kisah inspiratif ini catatannya.

Diawali kecintaan Ermey kecil pada cokelat yang berlanjut pada pendidikan kuliner yang ia ambil semasa di bangku sekolah.

Setelah lulus dari SMIP (Sekolah Menengah Industri Pariwisata) DKI Menteng, ia menekuni pendidikan jurusan Bakery and Pastry Production, dilanjutkan Management Pattiserie di STP (Sekolah Tinggi Pariwisata) Bandung atau yang lebih dikenal sebagai NHI (National Hotel Institute).

Walau sudah bekerja di perusahaan-perusahaan besar, Ermey menerima pesanan membuat cokelat bersama sang kakak,  almarhum Gusnidar. Pesanan-pesanan ini semua dikerjakan di dapur rumah, hingga akhirnya Ermey memberanikan diri untuk membuka Toko Cokelat yang berevolusi menjadi Dapur Cokelat yang kini memiliki 29 outlets dan 26 delivery points di seluruh Indonesia.

Tak banyak yang tahu bahwa Dapur Cokelat melewati masa ups dan downs dalam mengukir eksistensi di tengah ketatnya persaingan industri food and beverage tanah air.

Dua ujian terbesar dalam perjalanan Dapur Cokelat adalah fenomena era digital dan terpaan pandemi COVID-19.

Dapur Cokelat dipaksa berinovasi menghadapi dua badai besar tersebut, dan dengan kreativitas tinggi, keduanya dihadapi dengan mulus. Bagi Ermey, kuncinya adalah mau belajar dan berinovasi.

Selain tentang Dapur Cokelat, kisah mengenai perjuangan Ermey menghadapi penyakit kanker juga tertulis dalam buku ini.

Begitu juga tentang Sekolah Dapur Cokelat yang rencananya didirikan untuk membantu yang kurang mampu. Serta, bagaimana Ermey sangat memperhatikan UMKM  (usaha mikro kecil menengah) Indonesia.

Dalam acara peluncurannya, Ermey ditemani oleh Asteria Elanda, sang penulis.

Asteria adalah sosok yang berhasil meyakinkan Ermey untuk membukukan perjalanannya mendirikan Dapur Cokelat. Ia mengaku tidak mengalami kesulitan saat menulis buku ini. Ia berusaha menuangkan kisah Ermey dengan tetap mempertahankan sifat Ermey yang humble, dan menampilkan momen-momen penting yang sentimental.

Hasilnya, buku inspirasional yang menyenangkan untuk dibaca.

“Tidak menggurui,” ujar Aster. Namun, iya yakin bahwa pembaca dapat mengambil pelajaran berhaga dari perjalanan Ermey.(wi)

Exit mobile version