wanitaindonesia.co -Ketika kamu merasakan bahwa berdiam diri di rumah adalah hal yang sia-sia dan tidak menghasilkan apa-apa di masa pandemi, hati-hati mungkin kamu mengalami toxic productivity.
Di masa pandemi ini, seberapa sering kamu merasa bersalah ketika kamu lebih banyak bersantai dibanding mengerjakan sesuatu? Apakah sesekali kamu juga merasa insecure dan membandingkan diri dengan orang lain yang lebih produktif?
Atau bahkan kamu memaksakan diri untuk mengerjakan sesuatu untuk membuat diri menjadi produktif? Jika kamu mengalami hal tersebut, bisa jadi kamu mengalami produktivitas beracun atau toxic productivity. Sebenarnya apa sih toxic productivity itu?
Sebelum membahas lebih dalam apa pengertian dan dampak dari toxic productivity, kita perlu menyadari bahwa masa-masa seperti ini memang bukan hal yang mudah untuk dijalani. Kita dipaksa untuk menormalisasi keadaan yang abnormal dan dituntut untuk beradaptasi terhadap perubahan yang sangat massive. Keterbatasan kita untuk melakukan banyak hal dan hanya bisa beraktivitas dari rumah adalah salah satu perubahan yang menimbulkan dampak tersendiri bagi banyak orang.
Dilansir dari kumparan.com, Saat terlalu lama di rumah, kita bisa mengalami yang namanya low productivity atau justru over productivity. Keduanya bisa menimbulkan rasa malas yang berlebihan atau rasa ingin meningkatkan kapasitas dan produktivitas secara membabi buta. Terutama di masa PPKM ini, hal tersebut adalah kondisi yang sering kita rasakan. Namun sedihnya tidak banyak dari kita yang menyadari bahwa itulah tanda bahwa diri sedang mengalami produktivitas beracun.
Toxic productivity occurs when an individual has an unhealthy obsession with being productive and constantly on the go (Quazi; Seaver, 2021). Ketika mengalaminya, kita juga merasakan bahwa berdiam diri di rumah adalah hal yang sia-sia dan tidak menghasilkan apa-apa. Kita akhirnya memaksakan diri untuk melakukan sesuatu yang bahkan kita sendiri tidak enjoy dengan pekerjaan tersebut.
Selama ini kita hidup dengan memiliki banyak impian di masa depan. Dan kita juga tahu bahwa untuk mencapainya, diperlukan usaha ekstra serta semangat yang tinggi. Namun realitanya, keadaan saat ini membuat segalanya berjalan lebih lambat dan banyak hal yang harus tertunda. Wajar saja apabila kita tidak merasa baik-baik saja ketika berdiam diri dalam jangka waktu yang tidak bisa diprediksi. Dan tanpa disadari akhirnya kita mengalami apa yang dinamakan dengan toxic productivity.
Lantas apa saja tanda-tanda seseorang mengalami produktivitas yang tidak sehat tersebut?Adanya obsesi untuk terus menerus melakukan kegiatan yang membuat kita merasa lebih produktif
1.Lelah fisik maupun mental karena terlalu banyak melakukan pekerjaan
2.Adanya rasa bersalah ketika berdiam diri atau beristirahat
3.Sering kali merasa tidak berguna ketika tidak memiliki sebuah kesibukan
4.Merasa insecure dan membandingkan diri dengan orang lain yang dianggap lebih produktif
Pada dasarnya, toxic productivity ini bisa terjadi pada semua orang di usia produktif. Maka dari itu penting untuk diketahui sedari dini, apakah kita yang berada di rentang usia produktif memiliki kecenderungan atau bahkan sedang mengalami hal tersebut. Yuk, simak beberapa tips berikut supaya terhindar dari jeratan toxic productivity dan mencapai kehidupan yang seimbang.
Milikilah ekspektasi dan target pencapaian yang realistis
Memahami strength dan weakness dapat membantu kita dalam membuat goals yang realistis. Setelah kita memahami, kita juga harus berlatih untuk menoleransi kekurangan kita dan menghargai kelebihan yang kita miliki. Dengan begitu kita dapat menentukan pilihan goals yang tepat sesuai dengan kemampuan kita.
Berlatih mindfulness
Apakah kamu adalah orang terbiasa melakukan lebih dari satu hal secara bersamaan? Jika iya, kamu perlu untuk berlatih mindfulness. Ketika fisik dan perasaan kita hadir secara utuh dalam melakukan satu pekerjaan, rasa kewalahan dan pikiran terpecah pun dapat dihindari.
Menjadi versi diri terbaik bukan berdasarkan standar orang lain
Penting bagi kita mulai saat ini untuk menerima diri sendiri dan menghargai proses yang kita lakukan. Hanya karena kita tidak melakukan seperti apa yang dilakukan orang lain, bukan berarti kita tidak berhak mendapatkan kesuksesan. Setiap orang memiliki proses unik untuk mencapai mimpinya. So, be the best version of our self adalah jalan terbaik untuk terhindar dari hal toxic akibat insecurities.
It’s okay to speak up and asking for help
Jika kita merasa tidak lagi mampu mengatasi toxic productivity yang kita alami, hal yang boleh dilakukan adalah meminta bantuan orang yang bisa dipercaya. Mintalah teman atau kerabat untuk mengingatkan apabila kita terlalu berlebihan dalam bekerja hingga mengabaikan kesehatan dan kebutuhan penting lainnya. Jika tidak ada teman atau kerabat yang bisa membantu, meminta bantuan psikolog adalah tindakan yang tepat untuk mendapatkan solusi dari masalah tersebut.
Jadi bagaimana? Semoga kamu nggak merasa bersalah lagi ya ketika tidak punya kesibukan dan hanya bisa rebahan seharian.