Wanita Indonesia

Satu Dekade “Kampoeng Legenda” Merdekakan Foodie Lewat Keberanian & Konsistensi Hardirkan Pelaku UMKM Lejen dari Daerah

Apreasi & lintasan sejarah emas Mal Ciputra bersama JIISCOMM, sukses lewat Festival Kuliner "Kampoeng Legenda" di hitungan satu dekade. Ki-ka nomor 2, Rida Kusrida, PR Mal Ciputra Jakarta, nomor 4, Jessyca Anggraini, HRD Manager, Sugwantono Tanto, Direktur Ciputra Group, Ferry Irianto, General Manager Mal Ciputra Jakarta, Silvia, Marketing Manager Mal Ciputra Jakarta.( Foto : Wanitaindonesia.co )

Wanitaindonesia.co, Jakarta – Mencari kuliner Nusantara otentik di Mal ternama hanya bisa Anda temukan di Kampoeng Legenda Mal Ciputra Jakarta (13-24 Agustus 2025).

Merupakan Festival Kuliner yang layak disejajarkan dengan Festival Kuliner internasional.
Walau masih kalah gaungnya, dibandingkan dengan helatan serupa yang rutin diselenggarakan di Indonesia, Wanitaindonesia.co mengapreasi keberanian manajemen Mal Ciputra Jakarta, yang konsisten menghadirkan konsep makanan otentik, dari pelaku usahanya langsung. Layak disebut pelopor dari Festival Kuliner lainnya.

Para penggagas hebat, rela berpeluh dengan semangat 45 menghadirkan konsep festival terbaik. Pun tak kalah heroik, semangat para pelaku UMKM Kuliner, untuk sejenak meninggalkan zona nyaman dengan jauh-jauh terbang, berinteraksi serta menyajikan sajian otentiknya, ke ribuan pengunjung selama acara berlangsung 13 – 24 Agustus 2025.

Genap satu Dekade perhelatan Festival Kampoeng Legenda, perwakilan Pemerintah hadir memberikan suport atas terselenggaranya event kuliner terbaik.

Upaya ini related dengan beragam Program Pemerintah, ihwal pemberdayaan UMKM yang tak hanya mencakup aspek kuliner, tapi berkembang kepada sektor lain seperti destinasi Pariwisata, produsen kemasan, karena kekinian para pelaku mulai sadar untuk memoles kemasan produk agar tak malu bila dibawa serta dijadikan sebagai oleh-oleh hingga ke luar negeri.

Sektor ekspedisi turut diuntungkan, apapun bentuknya. Sayangnya dukungan Pemerintah masih kurang maksimal, sebatas suport, serta memberikan saran.

Pada perhelatan tahun lalu, Wanitaindonesia.co sempat menanyakan kehadiran serta peran Pemerintah, dalam membantu swasta dalam perhelatan tersebut. Mengingat mereka memiliki Departemen khusus yang salah satunya mengurus UMKM Kuliner.

Dibutuhkan passion, keseriusan manakala hadir upaya pihak swasta yang sangat mumpuni, dalam mengejawantahkan program pemerintah.
Sepatutnya Pemerintah hadir, membantu lewat sejumlah terobosan nan inovatif atas upaya sepenuh hati Mal Ciputra dalam melestarikan keberadaan, marwah, serta jati diri bangsa Indonesia yang dikenal memiliki khasanah kelezatan kuliner yang beragam, unik, lezat serta terdepan dibandingkan dengan kuliner dari luar negeri.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang baru saja melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia, untuk memperingati 75 Tahun hubungan bilateral antara Prancis, dan Indonesia mengapreasi kerja sama strategis di bidang pariwisata khususnya pada seni, dan budaya.

Aneka Bubur Manis Ndalem Katresnan, Bandung, tak perlu menunggu momen Ramadan karena hadir di Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta.( Foto : Wanitaindonesia.co )

Asa Kuliner Lokal Go Global Lewat Inisiasi Swasta

Di depan Presiden Prabowo, Presiden Macron memberikan apreasi kepada program PINTU Incubator yang digagas oleh JF3 Fashion Festival, LAKON Indonesia bekerja sama dengan Kedutaan Besar Prancis lewat Institut Francais d’Indonesie (IFI), sebagai bentuk wujud nyata kerja sama budaya, antara kedua negara yang harus terus dikembangkan.

Yang menarik, Program PINTU Incubator diinisiasi langsung oleh pihak swasta, yang kekinian mampu membawa sejumlah brand fesyen lokal, sukses dilirik buyers luar saat tampil di Premiere Classe Paris. Bahkan, masih banyak lagi pencapaian lain PINTU Incubator yang mengagumkan, yang sangat membantu industri fesyen Indonesia dihormati di kancah global.

Benang merahnya dengan penyelenggaraan Festival Kuliner Kampoeng Legenda Mal Ciputra, ucapan Macron yang menantang Pemerintah Indonesia serta pihak swasta, untuk merealisasikan kerja sama di bidang kuliner yang belum terlaksana seperti mode yang telah diinisiasi oleh JF3, dan LAKON Indonesia.

Apa yang bisa Pemerintah lakukan agar kuliner Indonesia go global tak kalah dengan kuliner Malaysia, Singapura, dan Thailand yang lebih berkibar di kancah global?, Menjadikan event Kampoeng Legenda sebagai agenda Kuliner Internasional yang teknis pelaksanaannya bisa dibicarakan lebih lanjut. Taruhlah hal tersebut belum memungkinkan, upaya lain dengan menjadikannya sebagai agenda Pariwisata DKI Jakarta.

Serta banyak lagi upaya yang bisa dilakukan bagi penyelenggaraan event, yang menjadi pemberitaan seksi bagi pewarta. Dikarenakan seluruh pelakunya dikurasi secara ketat oleh pihak swasta yang berkompeten. Tak asal klaim tapi suguhan yang menjadi daya tarik festival, mampu hadir dengan citarasa yang jujur, tak asal-asalan.

Ini menjadi catatan penting penyelenggara juga Pemerintah bahwa siapapun, apapun latar belakangnya, bekerja, melayani itu utamanya harus dengan passion. Kalau tidak?.

Pemberian apreasi kepada Owner dari 10 tenant kuliner legendaris terbaik, oleh Ferry Irianto, dan Febryanto Rachmat di satu Dekade Kampoeng Legenda.( Foto : Istimewa. )

Nasi Krawu Buk Tiban Gresik Lebih Bernilai dari Ramesan Biasa

“Oh Tuhanku, aku tak perlu jauh-jauh terbang ke Surabaya lanjut melakukan perjalanan darat ke Gresik, demi obsesi menyantap seporsi Nasi Krawu Gresik, ” batin Wanitaindonesia.co ketika melihat plang nama Nasi Krawu Buk Tiban, Gresik yang sudah hadir sejak tahun 1979, di Kampoeng Legenda.

Ramesan ngampung identitas kuliner masyarakat Gresik terdiri dari nasi putih pulen diberi lauk semur daging suwir, jerohan, 3 jenis serundeng yaitu krawu berwarna merah dengan citarasa pedas, abon berwarna kuning dengan rasa agak manis, dan mangot khas dari warna hitam.

Serundeng mangot terbuat dari kelapa yang sudah dipotong, lalu ditumbuk halus bersama keluak. Rasanya gurih. Serta penyerta berupa sambal terasi khas Gresik yang pedas.

Untuk mendapatkan citarasa asli nan sempurna, foodie dianjurkan untuk mencampur serta mengaduk rata nasi dengan lauk beserta pelengkapnya. Baru kemudian nikmati ramesan yang menawarkan keberagaman rasa berani, khas masyarakat pesisir.

Rekomendasi Wanitaindonesia.co, Nasi Krawu Buk Tiban Gresik, “Ingat cara makannya ya!, diaduk dahulu jadi satu, untuk mendapatkan kelezatan otentik.( Foto : Istimewa. )

Menilik sejarah, Nasi Krawu merupakan khasanah kuliner Madura yang dibawa oleh perantau Madura ke Gresik.
Krawukan artinya mengambil dengan tangan. Dahulu menjadi identitas penjualnya, saat merames nasi Krawu.

Kekinian cara tersebut tentu sudah tak dilakukan. Di Kampoeng Legenda pedagang mengambil menggunakan sendok, untuk menjaga kebersihan serta aspek higienitas.

Namun presentasinya tetap mempertahankan cara tradisional. Menggunakan pincuk sebagai pengganti piring. Terbuat dari daun pisang yang dilipat berbentuk segitiga, dengan lipatan atas disemat lidi agar bentuknya tak lepas.

Display menarik dari salah satu tenan minuman.( Foto : Wanitaindonesia.co )

Kursi Penuh Dikuasai Rojali

Bersantap di area Kampoeng Legenda membutuhkan kesabaran, karena pihak Manajemen Mal Ciputra belum maksimal memberikan kenyamanan.

Ini terjadi saat Wanitaindonesia.co ingin mencari meja untuk tempat bersantap. Ada beberapa meja dengan kursi kosong, tapi diklaim orang yang duduk bahwa kursi sudah ada orangnya.

Setelah berkali-kali ditolak, ada pengunjung yang menguasai meja sendiri mau berbagi satu kursi. Dia ini tak makan, hanya numpang duduk.
Ketika ada 3 orang pengunjung lain yang tak mendapat tempat duduk, mereka lalu ngotot ingin duduk di dua kursi kosong. Pengunjung yang merupakan kategori rojali ini-pun buru-buru melipir pergi.

Pun selama menikmati sajian kuliner, Wanitaindonesia.co banyak melihat pola pengunjung yang aji mumpung. Ingin numpang duduk tanpa membeli makanan, dan minum.

Penting agar panitia menyediakan petugas khusus yang sigap membantu pengunjung untuk mengarahkan ke tempat duduk yang dikuasai oknum.
Tentunya kepuasan pelanggan menjadi prioritas, di mana mereka dapat makan dengan layak. Kepuasan pelanggan menjadi esensi keberadaan Mal, seperti yang sering diucapkan perwakilan Mal Ciputra Jakarta.

Tak lagi terjadi meja dikuasai oleh oknum yang tak mau berbagi atau bahkan tak makan sama sekali. “Ingat, proses penyelenggaraan event masih panjang lho!.

Ferry Irianto, General Manager Mal Ciputra tampil dalam busana peranakan Jawa. Salah satu pucuk pimpinan Manajemen Mal Ciputra Jakarta ini merupakan pemimpin serta pewaris semangat Om Cip, Pendiri & Pemilik Ciputra Group.

Ia total meneriakkan nasionalisme dengan berani membusanai diri, memakai kain yang digunakan sesuai tradisi. Walau agak sedikit kaku saat berjalan, Ferry bungah, menebar senyum, menyapa sembari menyalami teman-teman media yang merupakan partner setia, dalam pemberitaan event Kampoeng Legenda.

Pucuk Pimpinan Mal Ciputra itu tentunya tak sendiri. Ia didampingi oleh para team work yang handal penuh dedikasi. Para wanita tampil manglingi, mengenakan kebaya beludru hitam dengan kain diwiron. Selendang merah cantik motif cinde dan bros sempurnakan penampilan mereka yang anggun, menawan.
Setiap event Mal mereka kompak hadir dalam balutan busana mematuhi dress code menyelaraskan tema.

“Menyala” lewat atraksi Tari Kecak mengiringi pembukaan Satu Dekade Kampoeng Legenda, Mal Ciputra Jakarta.( Foto : Istimewa. )

Apresiasi Pengunjung Saat Kangen Yogya Melipir Ke Mal Ciputra Jakarta

Magnet Kampoeng Legenda kian Menyala manakala Tissa mencium bau sedap Apem Beras, jajanan lezat masyarakat Yogyakarta.
Mempertahankan konsistensi serta rasa yang otentik, Apem Beras & Carabikang Bu Siti, Pasar Ngasem, Yogyakarta sukses menjadi buruan pengunjung.

Olahan Apem terbuat dari campuran adonan tepung beras, santan, dan gula pasir menguar sedap dari adonan yang hampir matang dari proses pemasakan.
Tissa salah satu pengunjung menceritakan kuliner Apem Beras Yogya kepada Wanitaindonesia.co.

“De javu saat tahu salah satu kuliner favoritku ini ada di Mal Ciputra. Dulu saat pertama menikmatinya, aku diberi oleh ibu kos yang sedang melakukan tradisi ngapeman. Lekat dengan ritual untuk menyambut bulan suci Ramadan.”

Tradisi Ngapeman biasanya dilakukan pada Bulan Sya’ban masyarakat Jawa mengenal sebagai Bulan Ruwah sebelum datangnya Ramadan. Apem menjadi kue perlambang dari permohonan ampun kepada Tuhan YME. Saling memaafkan antar sesama, serta ungkapan syukur atas rezeki yang diberikan.

Tissa kagum, walau memiliki asisten rumah tangga serta dapur modern, beliau kukuh melakukan tahapan tradisi yang mengakar pada kearifan lokal. Menumbuk beras lalu diayak menjadi tepung, memarut kelapa lalu diperas menjadi santan kental. Mencampur adonan hingga memasaknya dengan anglo, menggunakan cetakan apem tembikar.

“Upayanya itu tak mudah lho. Proses masak tradisional di lakukan di lantai di bagian dapur dekat pintu ke luar. Lantai di alas tikar, adonan apem, nampan bambu beralas daun pisang tempat meletakkan apem matang, serta peralatan masaknya di tata rapi, “cerita Tissa.

“Saat memasak beliau menggunakan busana peranakan lengkap, kebaya, jarik dengan rambut dikonde.
Beliau duduk di atas dingklik (bangku kayu kecil).
Aku sempat bertanya mengapa harus repot begitu. Dijawab bijak, untuk melestarikan tradisi, “tambahnya.

“Terlihat sesekali ibu kos-ku harus mengipas, menjaga nyala api arang di anglo agar tetap stabil. Salut deh dengan upayanya tersebut. Foodie seperti ku tentu akan lebih menghargai proses pengolahan berbasis tradisi, membuat kuliner lejen tak tertandingi karena tak sekedar lezat, namun menawarkan perjuangan berbasis keterampilan tangan, aspek budaya, filosofi yang tak ternilai, “tutur Tissa.

Apem Beras Bu Siti, Pasar Ngasem Yogyakarta menebar aroma harum sedap dari adonan yang mendekati matang, di Kampoeng Legenda Mal Ciputra Jakarta (13-24 Agustus).Foto : Wanitaindonesia.co

Lebih lanjut Tissa menceritakan pengalaman tak sedap saat menyambangi Festival Kuliner yang lekat dengan tagline kuliner Nusantara otentik.
Sempat tergoda karena ada Bakwan Pontianak yang sempat viral di Jakarta. Dia datang bersama keluarga karena mereka sangat familiar dengan kuliner khas Bumi Khatulistiwa ini.

“Ketika dicicipi pada gigitan pertama, wah aku merasa kecewa. Rasanya tak otentik seperti bakwan yang asli. Terlebih rasa sambalnya, standar tak otentik pula. Sambal itu teman klop makan bakwan Pontianak, “terangnya.

“Panitia hanya memanfaatkan aspek viral, tanpa mengindahkan kepuasan pembeli serta memberikan apreasi kepada pelaku usaha aslinya. Ini bukan promosi baik, tapi buruk karena telah menyajikan kuliner yang tak otentik, “ujarnya kecewa.

Momen tersebut menjadi poin penting bagi penyelenggara, bahwa untuk menghadirkan aspek otentik, harus dilakukan dengan jujur, tak boleh asal-asalan, maupun aji mumpung. Foodie sekarang lebih jeli, paham ihwal cita rasa kuliner otentik.

Tissa mengapreasi upaya Mal Ciputra dalam menghadirkan konsep Festival Kuliner yang benar-benar otentik. Ini merupakan destinasi kuliner berharga yang harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Ia berencana akan datang kembali bersama keluarga serta inner circle – nya. Mengingat kunjungan sehari itu tak cukup untuk mengeksplorasi seluruh hidangan.

Ki-ka : Andy Ruswar, Direktur Kuliner, Kementerian Ekonomi Kreatif / Badan Ekonomi Kreatif RI, Febryanto Rachmat, CEO JIISCOMM penyelenggara Kampoeng Legenda Mal Ciputra Jakarta, dinantikan sinergitas apik Pemerintah, dan swasta dalam memperjuangkan kuliner Indonesia, sejajar dengan Malaysia, Singapura, dan Thailand di kancah global.( Foto : Istimewa. )

Dekorasi Indah Panorama Kampung

Area Center Court, Lower Ground Timur, dan Utara bersolek indah, tampilkan panorama pedesaan bernuansa tropis. Semarak dengan dekorasi ornamen bambu, seni kerajinan anyaman serta buah kelapa asli. Terlihat puluhan tenant pelaku UMKM lejen dari sejumlah daerah di Indonesia seperti dari Bangka, Bali, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Madura, Gresik, Banjarmasin, Bandung, Bogor dan Jakarta.

Lewat peran penyelenggara, mereka mendisplay dagangannya dengan sangat apik. Sebagian sengaja memasak olahannya langsung dihadapan pengunjung. Aroma sedap dari display makanan, serta proses memasak menguar, menggoda pengunjung Mal untuk singgah serta memilih kuliner favoritnya.

Beragam kuliner lejen populer dapat dipilah serta dipilih diantaranya Otak-otak Ase Goldfinch Bangka tahun 2006.

Klepon Gianyar Bali kembali hadir menyapa pengunjung setelah sukses pada perhelatan tahun lalu.

Kuliner eksotis
Kepala Manyung Bu Fat tahun 1969 tersaji menggugah selera, selain pilihan lainnya Nasi Pindang Kudus Gajamada tahun 1987.

Penggemar nasi goreng tentu tak akan melewatkan Nasi Goreng Babat Semar Semarang.
Kota Semarang juga menawarkan kuliner khas Nasi Ayam Semarang Bu Lani. Last but not least Toko Oen, tahun 1936 yang menyimpan kelezatan otentik beragam kue, cake istimewa warisan Belanda seperti Marble, Cake Kismis, Almond Crispy, Ontbijtkoek.

Penyegar suasana serta meredam cuaca panas lewat cara cerdas dengan menikmati Es Puter Cong Lik KH. Ahmad Dahlan Semarang tahun 1982.

Yogyakarta kota yang paling banyak dirindukan mahasiswa perantau merayu pengunjung dengan kuliner Gudeg Yu Djum, tahun 1950.

Belum bisa move on dengan kelezatan Sate Klathak Pak Pong, tahun 1960? “Yuk sambangi Kampoeng Legenda!. Selain hadir sajian khas dari Bolosego Jogyakarta, tahun 2020. Walau identik dengan kuliner ritual Ramadan,
Apem Beras Bu Siti Pasar Ngasem, tahun 1957 wajib dibeli untuk oleh-oleh tombo kangen buat yang berada di rumah lho ya.

Deretan kuliner dari Kota Pahlawan tak kalah menggoda, ada Soto Ayam Ambengan Cak Arto, Wingko Babat Kelapa Hijau, dan Ote-ote Tiram Halal & Siomay siap menjadi santapan istimewa Anda.

Pulau Madura diwakili oleh kuliner favorit Bebek Sinjay Asli Bangkalan Madura, tahun 2000, sedangkan
Gresik menyajikan olahan Nasi Krawu Buk Tiban, tahun 1979.
Banjarmasin ‘pecah’ dengan kuliner Pondok Patin Bakar, tahun 2011.

Bandung yang dikenal memiliki pikat kuliner istimewa diwakili Mi Kocok Bandung Marika, Cuanki Bandung Mang Udin.

Tak harus menunggu Ramadan tiba karena kota Bandung menghadirkan Aneka Bubur Manis Ndalem Katresnan. Ragam varian bubur yang diletakkan dalam wadah kendil tercium sedap membangkitkan selera. Variannya terdiri dari bubur sumsum merah, putih, mutiara, kacang hijau, ketan hitam, ketan putih candil yang khas dengan penggunaan gula aren.

Walau tak jauh dari Jakarta, Kota Hujan menghadirkan sajian Ayam Goreng Warung Doyong, tahun 1972 yang ikonik dari sajian ayam goreng segar berbumbu honje dari varian serundeng lengkuas serta kremes.

Kuliner Jakarta pastinya unggul dengan banyaknya pilihan, yang kesemuanya seakan berebut untuk dinikmati. Pilihannya Cempedak Goreng Cik Lina, tahun 1997, dan Asinan Permata serta masih banyak lagi yang lainnya.

Pengunjung dapat melakukan transaksi dengan sistem cashless, dengan promo menarik cashback Rp. 20.000 untuk transaksi Rp. 50.000 dengan saldo mengendap di kartu Rp.10.000.

Memasak langsung makanan di depan pengunjung, jurus jitu penyelenggara menarik pengunjung. Aroma sedap yang bikin lapar, sajian lezat baru matang serta atraksi kuliner pelaku, di Leker Gajahan Fathoni JR, Solo.( Foto : Wanitaindonesia.co )

Janji Pemerintah, Harapan Penyelenggara

Menurut Febryanto Rachmat, CEO JIISCOMM selaku penyelenggara event menjelaskan, “Kehadiran para pelaku UMKM Kuliner di Kampoeng Legenda telah melewati kurasi ketat ihwal pelaku usaha lejen, keotentikan citarasa serta. menjadi magnet bagi masyarakat serta wisatawan, yang mendukung upaya pariwisata sebuah daerah.”

“Tantangan terbesar dalam penyelenggaraan event adalah membawa pelaku usaha kuliner lejen terbang ke Jakarta. Umumnya sudah berada di jalur nyaman, usahanya telah dikenal masyarakat setempat serta wisatawan. Karenanya, mereka
tak mau repot, harus melakukan banyak persiapan untuk berpartisipasi dalam event, “imbuh Febry.

Lewat strategi komunikasi menyelaraskan budaya, para pelaku kuliner perlahan luluh, bahkan menjadi peserta teraktif sepanjang perhelatan.

“Menurut mereka berpartisipasi sebagai peserta di Kampoeng Legenda, telah memberikan banyak insight positif. Kuliner mereka jadi lebih populer, banyak disambangi pengunjung asing, diajak berkolaborasi dengan institusi, serta omset yang lebih baik selama mengikuti festival, “terang Febry.

Pada gelaran satu Dekade terlihat kian semarak dengan banyaknya para peserta baru. “Kami berharap Pemerintah memberi perhatian khusus guna mendorong ekosistem pelaku usaha kuliner tradisional menjadi terdepan, mampu bersaing dengan kuliner luar serta turut melakukan terobosan baru agar sajian otentik Nusantara ini jangkauannya lebih luas lagi, “ucap Febry.

Menanggapi keinginan CEO JIISCOMM, Direktur
Kuliner, Kementerian Ekonomi Kreatif / Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Andy Ruswar sangat mengapreasi upaya Mal Ciputra Jakarta, serta JIISCOMM yang turut berkontribusi dalam memperkenalkan pelaku, serta produk kuliner terbaik berbagai daerah di Jakarta. ”

“Kami menyadari upaya ini membutuhkan passion, seni berkomunikasi, serta inovasi, dan kreativitas yang relevan. Sesuai sekmen market pengunjung Mal Ciputra yang didominasi generasi muda. Ke depan, kami akan mengajak lebih banyak Pemerintah Daerah untuk turut berpartisipasi pada festival kuliner Kampoeng Legenda, “janjinya.

“Berharap Mal Ciputra segera mematenkan nama event, mengingat penyelenggaraannya sukses, sangat bagus, punya visi-misi yang jelas, terkonsep serta berkelanjutan, dan banyak dinanti masyarakat Jakarta, dan sekitarnya, “pungkas Andy.

Pada momen spesial Satu Dekade Kampoeng Legenda, Manajemen Mal Ciputra Jakarta yang diwakili oleh Ferry Irianto memberikan penghargaan kepada para Owner dari 10 tenant terbaik, ikonik lewat kuliner legendaris mereka. Berharap buah karya Mal Ciputra Jakarta yang telah bersusah payah, berjuang sepenuh hati untuk melestarikan kuliner Nusantara ke pengunjung Mal, dapat susten dengan pelaksanaan yang jauh lebih baik lagi. “Merdeka!!!.

Exit mobile version