WanitaIndonesia.co, Jakarta – Indonesia menjadi satu-satunya negara yang kaya akan khasanah kuliner sate.
Walau sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, India, Timur-Tengah, serta Eropa mengenal olahan daging berbumbu yang dipotong kecil, serta ditusuk dan dimatangkan dengan cara dipanggang, namun variasi penyajiannya tak seberagam Sate Indonesia.
Untuk melestarikan Kuliner Legendaris Nusantara yang berserak, Bango memboyong kuliner Sate Kuah Melayu Pontianak yang ikonik dari teknik penyajian dan bumbu pelezat kecap manis, pada Festival Jajanan Bango 2022.
Amaryllis Esti Wijono, Direktur Nutrition PT Unilever Indonesia, Tbk mengatakan, “Kelezatan kuliner Indonesia identik dengan penggunaan kecap berkualitas. Selama 94 tahun, Bango selalu konsisten menyajikan kualitas dari penggunaan bahan alami terbaik kedelai hitam Mallika, gula merah, garam dan air, serta mempertahankan proses pembuatan yang otentik agar Bango selalu menjadi kecap terbaik yang menghadirkan kelezatan istimewa bagi ibu dan keluarga, serta para penjaja Kuliner
Legendaris untuk menyajikan aneka hidangan Indonesia. ”
Menurut Ni Made Ayu Marthini Deputi Bidang Pemasaran, Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, khasanah kuliner sate Indonesia menjadi yang paling banyak di dunia, lebih dari 250 varian sate yang diolah menggunakan protein hewani, nabati, serta produk turunannya.”
Ia menambahkan, “Yang paling populer sate daging sapi, daging kambing, ayam, sate ikan, sate seafood,
sate jeroan, bakso, tahu, jamur yang dibuat dengan beragam teknik marinasi, panggang, serta penyajian.
Selain bahan, kunci kelezatan sate Indonesia ada pada penggunaan bumbu pelezat kecap manis, yang digunakan sebagai marinasi (dibumbui dalam waktu tertentu), pada saat pemanggangan dengan mencampur kecap manis dengan minyak, yang akan dilumarkan ke sate, “jelasnya.
“Selain itu kecap manis dijadikan sebagai pelengkap saji, baik itu sebagai toping maupun diping.
Kecap manis menjadi favorit masyarakat Indonesia karena terbukti membuat sajian sate kian lezat dan khas. Pelengkap sajiannya-pun beragam dari ketupat, lontong, nasi, serta kaldu panas.
Keberagaman tersebut tentunya sangat menarik, bernilai ekonomis jika penyajian, serta upaya mengolahnya dijadikan daya tarik wisata kuliner, dikarenakan muncul kreativitas pelaku usaha yang mempresentasikan sate tak hanya tersaji lezat, namun mengedepankan keunikan, “katanya.
Konsisten Pertahankan Kualitas dari Beragam Tantangan
Saat perhelatan Festival Jajanan Bango 2022, Panitia memboyong Sate Kuah Melayu Pontianak yang terkenal dengan penyajian yang khas ke foodie dan pengunjung.
Bang Anek, pria asal Pontianak menceritakan ikhwal dirinya memilih berbisnis Sate Kuah Melayu Pontianak.
Saat merantau ke Jakarta ia sering merasa rindu dengan kuliner khas Bumi Khatulistiwa yang sulit ditemukan di daerah perantauan. Sebagai pemuda dari suku Melayu, Bang Anek sempat mempelajari cara membuat sate dari pelaku usahanya langsung.
“Awalnya sih hanya untuk dikonsumsi sendiri, saat teman-temannya banyak yang memuji citarasa sate kuahnya, lezat dari paduan citarasa bumbu kacang dan kuah kaldu berempah. Saat ada yang
mulai memesan, tak lama berselang Bang Anek mulai berbisnis dengan menjual Sate Kuah Melayu Pontianak di daerah Mangga Dua – Jakarta Barat.
Berkat kerja keras, ketekunan, serta konsistensi dalam memasak, serta berbisnis Bang Anek sukses memperkenalkan salah satu kuliner khas Bumi Khatulistiwa di Jakarta, dan menjadi salah satu ikon sate populer.
Awal merintis usahanya Bang Anek mengaku menjalankan peran multitasking. Ke pasar becek subuh saat hujan menjadi godaan tersendiri, karena harus meninggalkan peraduannya yang nyaman. Sesampai di pasar, cobaan lainnya hadir, daging sapi bagian has dalam tidak ditemukan.
Bang Anek menjual sate ayam dan sapi. Selama berjualan, persediaan daging ayam senantiasa mencukupi, namun yang cukup menantang adalah daging sapi. Ia pernah mengalami kesulitan untuk mendapatkan, selain harganya fluktuatif.
Apapun tantangannya, Bang Anek selalu berusaha untuk mendapatkan daging has dalam yang berkualitas. Selain membeli di pasar, Ia menjalin relasi dengan pedagang daging dari berbagai tempat untuk menjaga pasokan bahan dagangannya.
Pernah saat daging sapi sulit dan mahal, juga muncul penyakit Antraks. Ia memutuskan untuk berhenti sementara untuk berjualan. Baginya berjualan makanan tidak selalu memikirkan peluang keuntungan semata, namun wajib untuk memberikan layanan paripurna dengan menjaga kualitas, serta keamanan pangannya.
Menurut Bang Anek Sate Kuah Melayu Pontianak harus menggunakan daging terbaik dari bagian has dalam agar citarasanya menjadi lembut dan kenyal.
“Bisa saja saya menggantinya dengan bagian lain dari daging sapi yang mudah didapat dengan harga lebih murah, namun hati saya tak mampu melakukannya. Bagi saya berbisnis itu bagian dari ibadah, hadir totalitas dan tanggung jawab untuk menyajikan makanan yang memenuhi standar, “bebernya.
Marinasi 24 Jam dengan Dua Kali Pembakaran
Saat meracik bumbu dan mengolah sate, Bang Anek melakukannya dengan konsisten. Proses membumbui daging (marinasi) dilakukan dalam waktu panjang 24 jam, disimpan dalam kulkas.
Sate dibumbui dengan bumbu halus yang terdiri dari ketumbar, bawang merah, bawang putih, kunyit. Kemudian diberi kecap manis dan air secukupnya.
Saya selalu mencicipi rasa bumbu sebelum mengaduknya bersama potongan daging.
Proses memanggang dilakukan sebanyak dua kali. Sate dipanggang setengah matang, kemudian diangkat dan diberi bumbu campuran bumbu kacang, kecap manis dan minyak goreng. Sate kemudian dipanggang kembali hingga matang. Saat memanggang tidak boleh ada api, panas harus berasal dari bara arang.
Teknik memanggang seperti ini akan membuat sate matang sempurna, tidak ada yang masih mentah, bahkan hangus, serta bertekstur liat.
Khusus untuk penyajian, Bang Anek melakukan sesuai budaya suku Melayu Pontianak guna menjaga keotentikannya.
Selain daging sapi bagian has dalam,
kecap manis berperan penting agar sate olahannya tersaji lezat. Sejak awal berjualan, Bang Anek selalu menggunakan kecap manis Bango.
Awalnya ia mencoba menggunakan kecap dari merek lokal, kemudian beralih ke beberapa merek kecap lainnya, namun rasanya masih belum sempurna.
Hingga ia tertarik menggunakan kecap manis Bango karena membuktikan dari sejumlah ujicoba dan mendapatkan rasa yang sesuai dengan keinginan.
Bang Anek berharap, melalui event FJB tidak hanya Kuliner Legenda Nusantara yang lestari, namun juga pelaku usahanya dapat melakukan regenerasi. Bang Anek merasakan upaya regenerasi ini butuh proses, serta mengalami kendala. Utamanya sulit mencari penerus yang serius menjalankan usaha secara konsisten dengan mengedepankan kualitas, mengingat Sate Kuah Melayu Pontianak membutuhkan treatment khusus untuk mempertahankan citarasa otentiknya.
“Penting apresiasi pembeli pada Kuliner Legendaris agar tidak memandang sebelah mata, serta berhitung dengan harga. Tentunya dukungan dari Bango melalui FJB, serta pemerintah untuk melestarikan dan memajukan kuliner legendaris atas upaya berkelanjutan, serta terus mencari terobosan baru, “pungkas Bang Anek. (RP)