Saat ‘Parisien’ bersama Ekosistem Fashion Indonesia Bicara Tren, Sustainability, Inovasi Teknologi Industri di JF3 Talk

JF3 sesion 3 menghadirkan pemateri dari Ekosistem Mode, dan Diaspora Paris. Foto : WanitaIndonesia.co

WanitaIndonesia.co, JF3 Talk sesion ke – 3 yang diinisiasi oleh JF3, Pintu Incubator hadir kian menarik, serta inspiratif dengan kehadiran para pembicara dari industri mode Paris – Perancis.

JF3 Talk merupakan gagasan bernas Thresia Mareta Advisor JF3. Wanita dengan limpahan energi kreatif ini mengaku galau ihwal perkembangan industri fashion Indonesia. Menurut pengamatannya seolah jalan di tempat. Ada banyak alasan seperti industri mode Indonesia masih dianggap kurang relevan dengan perkembangan zaman. Para desainer tak produktif seperti hanya mampu menghasilkan karya 5-10 desain untuk sebuah pagelaran. Selain ditemukan inkonsistensi pada desain, dan hanya berkutat mengerjakan pesanan made by order.

Industri kreatif yang memberikan kontribusi terbesar ke – 2 bagi perekonomian nasional, gaungnya tak terlalu kuat di kancah global.
Soal pengalaman, Wanita yang menjabat sebagai Founder Lakon Indonesia memiliki kemampuan mumpuni, dan telah teruji. Tres berhasil mendobrak sekat, memberikan jalan bagi pelaku mode Indonesia ke kancah global lewat jalinan kerja sama apik Indonesia – Perancis.

Limpahan ide kreatif Tres yang berfokus pada pengembangan aspek desain, produksi, serta selera fashion lokal agar bercitarasa global hadir lewat Pintu Incubator. Tak butuh waktu, nama Indonesia mulai dikenal di Perancis lewat busana Lakon Indonesia, serta beberapa brand lain yang mengusung tema Streetwear.

Rekam jejak sejarah emas dari perjalanan panjang event bergengsi JF3, terlihat nyata tiga tahun belakangan. Lewat visi baru Tres berpengharapan besar, agar industri nan seksi ini mampu keluar dari kungkungan masa lalu. Sejumlah inisiasi berkelanjutan telah dan akan dilakukan oleh wanita yang menjadi asa bagi industri fashion lokal.
Tres perlu untuk menjembatani legacy dari pelaku industri mode senior, ke generasi junior dengan hadirnya Generasi Baru Dalam Industri Fashion Indonesia lewat kemampuan terbaik mereka.

Kiranya lewat forum diskusi yang diikuti oleh kreatif muda, pelaku, pemerhati, serta Media bisa menghadirkan kesamaan visi yang bisa dijadikan acuan yang kuat, guna memperkuat industri fashion Indonesia. Beragam topik inspiratif dibahas lewat tema menarik, oleh pemateri berpengalaman di industri mode lokal, dan internasional.
Menghighlight beragam aspek permasalahan di industri fashion Indonesia, lalu ditanggapi oleh perwakilan peserta dengan sejumlah solusi kreatif.
Para peserta merupakan orang-orang yang memiliki pengalaman panjang di ekosistem fashion Indonesia.

Sylvie Pourrat sharing ilmu taklukkan Paris lewat kemampuan mumpuni seorang desainer mode.
Foto : Istimewa.

Kiat Sylvie Pourrat buat Desainer Indonesia Taklukkan Paris

JF3 sesion ke – 3 berlangsung di Auditorium Institut Indonesia-Perancis
membahas tema ” Trend Fashion, Sustainability, dan Inovasi Teknologi Dalam Industri Fashion Global.”

Sejumlah pembicara dari ekosistem fashion Indonesia dan Paris sharing ilmu, upaya berkelanjutan seperti Thresia Mareta, Advisor JF3, Co Inisiator Pintu Incubator, Charlotte Esnou Cultural Attache at French Embassy di Indonesia, Sylvie Pourrat, Direktur Premiere Classe Paris Trade Show, Veronique Marinho, Founder Marinho Paris, Lena Novello CEO & Creative Director Crush Service Paris, dan Samudera Hartanto, Diaspora, Pendiri Samudra Hartanto Paris.

Sylvie Pourrat menyampaikan, “Paris dan Fashion itu menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakatnya. Sebagai salah satu kiblat mode dunia, kota cantik nan romantis ini ‘hidup’ dengan ekosistem perancang busana legendaris. Banyak rumah mode dunia, sekolah mode ternama, museum, pameran hingga perayaan festival mode terbesar.”

“Ini menjadi daya pikat utama para desainer dunia untuk mewujudkan mimpi bisa menjadi bagian dari ekosistem fashion Paris. Selain banyak yang datang ke Paris guna mendapatkan beragam inspirasi. Menjalin kerja sama, berkolaborasi, maupun melakukan beragam kegiatan lainnya. Namun demikian, para parisien (julukan untuk warga Paris) tak akan berada dalam kapasitas sebagai penilai, “imbuh Sylvie.

Sylvie melanjutkan, ” Tanggung jawab sebagai seorang desainer adalah menunjukkan kepada masyarakat, serta ekosistem fashion bahwa jati diri Anda adalah seorang desainer fashion sejati, tanpa terkungkung oleh asal – usul seperti dari mana Anda berasal. Fokus utama hanyalah menciptakan sebuah koleksi yang mengutamakan tujuan, jiwa, serta cerita lewat produk terbaik, dengan mengedepankan kesejahteraan diri, masyarakat, lingkungan, serta ekosistem.”

“Banyak desainer dunia yang berkiprah di Paris seperti dari Amerika, Tokyo, dan Maroko. Pemerintah Perancis tentu saja menjembatani, dengan mengalokasikan dana yang cukup besar, bagi ekosistem desainer pendatang. Walau demikian upaya desainer menjadi tak mudah layaknya membalikkan telapak tangan. Selain bakat, passion, dibutuhkan kegigihan dari beragam aspek yang diharapkan oleh industri mode dunia.
Oleh karenanya, saya senantiasa berpesan kepada para desainer tersebut untuk memperkuat kemampuan sebelum datang ke Paris. Jangan buang waktu, serta menghabiskan banyak uang di Paris, “pesan Sylvie.

“Saya masih menemukan desainer yang belum berkesempatan untuk berkarya di Paris, tapi mereka punya bakat, serta ide cemerlang. Saya sarankan untuk fokus dahulu pada pasar lokal di negara mereka. Saya terobsesi untuk membantu desainer dari Afrika untuk maju.
Langkah awal dengan mempersiapkan mereka untuk mengembangkan bisnis di pasar lokal, “urai Sylvie.

Pesan penting yang ingin saya sampaikan ke para desainer Indonesia yang ingin menjadi ekosistem fashion di Paris, “Jadilah jati diri sebagai desainer sejati dengan mengedepankan persona, brand, inovasi, kualitas.

Ni Made Ayu Marthini, Kemenparekraf berbuat, mendukung event fenomenal JF3 lewat Creative by Indonesia.
Foto : Istimewa.

Dukungan Sepenuh Hati Pemerintah untuk Ekosistem JF3

Turut berbagi pendapat Ni Made Ayu Marthini, Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf RI. “Sebagai bagian dari industri kreatif, Subsektor fashion Indonesia menjadi andalan ekspor ekonomi kreatif, turut berkontribusi dalam memajukan perekonomian nasional. Kekuatan industri mode Indonesia hadir dari sejumlah potensi produk terutama wastra yang beragam, pengrajin, desainer, serta minat masyarakat Indonesia, dan dunia.”

Ni Made Ayu menambahkan, “Ini terbukti saat sejumlah desainer dunia mengeksplor batik pada rancangannya, serta ditetapkannya Batik oleh Unesco sebagai Warisan Budaya Takbenda. Tentu kita harus terus menggiatkan promosi produk wastra lainnya ke mancanegara, karena lurik, tenun yang tak kalah elok dari wastra batik, serta memiliki keberagaman telah menjadi incaran masyarakat luar. ”

“Kemenparekraf berusaha mempromosikan fashion Indonesia ke tataran global lewat beragam cara. Terbaru kami meluncurkan Media sosial “Creative by Indonesia”, yang mendapat respon sangat bagus oleh masyarakat Indonesia, dan luar negeri.
Momen JF3 yang menjadi agenda penting dukung industri Pariwisata Nasional berperan strategis dalam mendukung industri fashion yang terus menggeliat, dinamis, serta modern, “imbuh Ni Made Ayu.

Ni Made Ayu melanjutkan, “Kami tentunya akan terus menggencarkan promosi dari pagelaran akbar ini, yang tanpa terasa telah memasuki dua dekade penyelenggaraan. Tentu selain promosi, lewat event yang diinisiasi PT Summarecon Agung, Tbk. diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak masyarakat Indonesia, dan dunia lewat talenta-talenta kreatif di balik gegap-gempitanya perhelatan ini.”

“Penting bagi masyarakat untuk memiliki kepedulian lebih terhadap keberadaan nilai-nilai luhur dari perjalanan sebuah budaya besar, yang memiliki keberagaman warisan pada industri fashion.
Pengaplikasian pun tak sulit. Cari, belilah lebih dari satu koleksi fashion dari pelaku usahanya seperti desainer, maupun Umkm yang memiliki ragam koleksi berbahan wastra berselera global, “pesan Ni Made Ayu.

“Pengaplikasianpun tak terbatas. Sangat catchy untuk berkegiatan sehari-hari. Yang belum tertarik, coba tengok rangkaian koleksi para desainer, serta UMKM yang ikut memamerkan produk kreasinya di JF3. Kesemuanya cantik, menarik, unik, serta bernilai bagi diri, serta jati diri dari perjalanan panjang sebuah bangsa besar, “terang Ni Made Ayu.

Thresia Mareta, satukan industri Fashion Indonesia, dan Paris lewat Pintu Incubator
Foto : Istimewa.

Saat acara JF3, Thresia Mareta terlihat mengenakan rok berpotongan lebar dengan motif indah. Motif flora – fauna dalam sapuan warna biru indigo menyempurnakan look dari wastra batik asal Pekalongan, maha karya Maestro Batik Pekalongan Dudung.

“Walau banyak yang tahu Batik cantik itu berasal dari Indonesia, masih banyak masyarakat luar yang belum familiar dengan jenis-jenis batik Indonesia, filosofi, serta makna yang terkandung dari guratan motif yang dihadirkan, serta ragam desain, serta teknologi terbaru yang menyertai keberagaman Batik, “terang Tres.

Tres menambahkan, ” “Ini Peer yang belum selesai, yang membuat kami selalu terpacu untuk terus menggencarkan promosi batik ke kancah global lewat pemahaman teknik, motif, sejarah, serta filosofi. Cara yang paling ideal yang bisa kami lakukan saat ini adalah lewat Pintu Incubator.”

“Ada banyak rencana hebat yang hendak kami wujudkan lewat titian persahabatan yang telah terjalin oleh dua bangsa besar Indonesia-Perancis, lewat kolaborasi, dan bekerja sama, agar kami dapat mengetahui tren, serta menentukan pasar dengan tepat, di industri fashion yang sangat dinamis, dan beragam, “pungkas Tres.