Site icon Wanita Indonesia

Saat Kanker Paru Terbang Rendah Peran Perempuan Muda Asa Buat Teman Sebaya

Kolaborasi Edukasi Kanker Paru melalui peran sentral Perempuan teman sebaya. foto : wanitaindonesia.co

WanitaIndonesia.co – Data Riskesdas terbaru jumlah perokok anak di Indonesia meningkat tiap tahunnya. Selain perokok, orang yang terpapar asap rokok pun memiliki risiko tinggi terpapar kanker paru. Penyebab lain berupa polusi udara, orang yang bekerja sebagai pekerja bangunan, yang lekat terpapar partikel debu polusi.

Dibutuhkan kolaborasi berkelanjutan untuk meminimalkan dampak kanker paru pada generasi muda utamanya melalui cara-cara kreatif dengan menjadikan rekan sebaya yang memiliki wawasan, kemampuan berkomunikasi, serta kepribadian yang menyenangkan sebagai mentor.

Mereka sebelumnya telah menerima pelatihan intensif bagaimana menyebarkan kebaikan bagi kesehatan generasi muda agar kualitas hidupnya kian meningkat, produktif dan menjadi asa bagi keluarga, lingkungan dan bangsa.

Memperingati Bulan Kesadaran Kanker Sedunia AstraZeneca menegaskan kembali komitmen globalnya dengan berkolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan.

Kolaborasi bersama Kemenkes RI, Plan Indonesia menghadirkan talkshow “Lung of the Future Young Health Program Drives Lung Cancer Screening”. Bertujuan memberikan pemahaman kepada para pemuda menggenai faktor risiko kanker paru, serta pentingnya peran orangtua dan keluarga menjalankan skrining kanker paru secara dini, sesuai anjuran pemerintah.

AstraZeneca Young Health Programme merupakan inisiatif global yang bertujuan untuk memberdayakan pemuda agar dapat membuat pilihan informasional terkait kesehatan, serta kesejahteraan mereka. Yang berfokus pada penyakit tak menular.

Se Whan Chon President Director AstraZeneca Indonesia menerangkan Program di Indonesia telah mencapai kemajuan yang sangat memuaskan sejak 2018 dengan hasil yang signifikan. Sebanyak 927 pelajar telah dilatih sebagai penyuluh yang berperan penting dalam memberikan edukasi, penyadaran, serta manfaat langsung ke banyak pemuda.

Lebih dari 59.000 pemuda, dan lebih dari 5.000 orang dewasa telah merasakan manfaatnya langsung, serta dampak secara tak langsung juga dirasakan oleh lebih dari 525.000 pemuda, dan lebih dari 595.000 anggota masyarakat.

Menurut Se Whan, hasil nyata program YHP sangat menjanjikan. Populasi pemuda yang bukan perokok meningkat 5%, serta terjadi peningkatan 16% pemuda yang melaporkan tak mengonsumsi alkohol, dibandingkan dengan yang tercatat selama baseline.

Yayasan Plan Internasional Indonesia yang memiliki peran penting dalam mempersiapkan para penyuluh menggunakan strategi pendidikan yang memanfaatkan teman sebaya kepada target. Penyuluh mayoritas perempuan muda menjadi agen perubahan terdepan dalam pencegahan penyakit tak menular.

Dini Widiastuti Executive Director Plan Indonesia mengatakan, “Pendidikan melalui orang yang sebaya merupakan salah satu cara pendampingan, untuk anak-anak dan kaum muda. Mereka dilibatkan dalam berkampanye kepada teman-teman mereka, juga ke lingkungan, orang tua, serta keluarga.

Prof. Dr. Elisna Syahruddin, Sp.P (K). Ph. D, Executive Director Indonesian Associationfpr the Study on Thoracic Oncology (IASTO) mengingatkan walau tak menular kanker paru akan berdampak serius pada kualitas kehidupan seseorang dan penyebab kematian tertinggi.

Pembentukan tumor ganas pada paru akan mengganggu fungsi paru, serta dapat menyebar ke organ lain terutama otak dan tulang.

Kesadaran Diri, Tindakan Preventif, Skrining dan Berobat Paket Lengkap Berkelit dari Kanker Paru.

Generasi muda harus memahami faktor risiko yang bisa dihindari dan yang tak bisa dihindari. Faktor risiko yang bisa dihindari utamanya dari asap rokok. Antisipasinya jangan merokok dan tak berada di lingkungan perokok.

Pencemaran udara melalui paparan tinggi dan intens asap pabrik, kendaraan bermotor, asap pembakaran, polusi di lingkungan pekerja bangunan.

Walaupun tak bisa dihindari, dengan kesadaran yang tinggi akan bahaya penyakit kanker paru, seseorang akan berusaha menjaga kesehatan diri dengan melakukan sejumlah tindakan preventif.

Diantaranya tak bermukim di dekat wilayah yang tercemar, menggunakan APD, beralih ke angkutan umum yang ramah lingkungan, serta beragam antisipasi lainnya.

Prof. Elisna menjelaskan kanker paru memiliki keunikan, yang memerlukan waktu lama untuk menunjukkan gejala. Hal inilah yang menyebabkan, mengapa penderita terlambat terdeteksi. Umumnya diketahui setelah penyakit memasuki stadium lanjut, dengan harapan hidup yang tipis.

Agar mudah terdeteksi pada stadium awal, masyarakat diminta untuk mewaspadai gejala berikut. Batuk yang terus-menerus, nyeri dada, sulit bernapas yang tak membaik walau sudah berobat.

Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker dan Kelainan Darah Kemenkes RI, dr. Theresia Sandra D. Ratih, MHA menyampaikan, “Jaminan Kesehatan Nasional diharapkan memproteksi biaya pengobatan penderita penyakit kanker paru, semestinya dapat digunakan untuk skrining/deteksi dini.”

“Skrining menyasar ke orang berisiko tinggi dengan usia 45-71 tahun, dengan kriteria perokok aktif, maupun pasif. Berhenti merokok kurang dari 15 tahun. Memiliki riwayat penyakit paru pada keluarga seperti kedua orang tua dan saudara kandung. Serta dengan, atau tanpa disertakan, dengan gejala respiratori ringan, “ujar dr. Sandra.

dr. Sandra melanjutkan, “Upaya yang dapat dilakukan masyarakat dengan memeriksakan diri ke Puskesmas. Puskesmas akan melakukan deteksi dini melalui analisa mendalam, untuk melihat kemungkinan risiko tinggi. Pasien diminta untuk melakukan skrining, untuk dilakukan diagnosis lebih mendalam, guna melihat apakah pasien masuk risiko rendah, sedang maupun tinggi.

“Jika risiko tinggi pasien akan dirujuk ke Faskes Tingkat Lanjut dengan melakukan rontgen toraks Low Dose CTScan sebagai skrining lanjutan, atau deteksi dini penyakit kanker paru. Perlu diingat pembiayaannya hanya ditanggung 1 kali dalam setahun oleh BPJS, “pungkas dr. Sandra. (RP).

Exit mobile version