wanitaindonesia.co, Jakarta – Tingkat literasi zakat di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Meski banyak masyarakat telah menunaikan zakat profesi, pemahaman mengenai kewajiban zakat mal masih terbatas. Hal ini mencerminkan adanya kesenjangan dalam pemahaman zakat di luar zakat fitrah.
Dalam forum Indonesia Muslim Market Outlook (IMMO) 2025 yang berlangsung di FX Sudirman, Jakarta, Kamis (6/3), Board of Trustee Rumah Zakat, Nur Efendi, menyoroti pentingnya edukasi berkelanjutan terkait zakat. “Mayoritas masyarakat Indonesia hanya mengenal zakat fitrah. Padahal, ada kewajiban lain seperti zakat mal dan zakat profesi yang perlu ditunaikan. Ini bukan sekadar masalah kesadaran, tetapi masalah literasi yang harus terus kita dorong,” ujarnya.
Data dari Inventure mengungkapkan bahwa hanya 12% responden yang membayar zakat mal, jauh lebih rendah dibandingkan zakat fitrah (74%), infaq (49%), dan sedekah (46%). Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pembayaran zakat mal antara lain kurangnya pemahaman, kompleksitas perhitungan nisab dan haul, serta tidak adanya urgensi waktu tertentu dalam pembayarannya.
Selain zakat, pemahaman masyarakat tentang wakaf juga masih rendah. Untuk mengatasi hal ini, Rumah Zakat menggiatkan kampanye edukasi melalui kolaborasi dengan Key Opinion Leaders (KOL), komunitas, serta pemanfaatan platform digital guna menjangkau lebih banyak kalangan.
“Kunci utama dalam meningkatkan literasi zakat adalah dengan menyebarkan edukasi secara masif dan berkelanjutan. Kami di Rumah Zakat terus berinovasi dengan kampanye literasi yang tidak hanya mengedukasi, tetapi juga mengajak masyarakat untuk bertindak,” tambah Nur Efendi.
Selain meningkatkan literasi, Rumah Zakat juga menekankan pentingnya transparansi dalam tata kelola dana ziswaf. Salah satu langkah yang diambil adalah penyajian laporan keuangan secara real-time serta audit berkala oleh lembaga independen.
“Transparansi dalam pengelolaan dana ziswaf adalah kunci untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, Rumah Zakat telah menjalani 19 kali audit berturut-turut dengan hasil Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dan juga diaudit langsung oleh Kementerian Agama,” jelas Nur Efendi.
Dengan upaya peningkatan literasi dan tata kelola yang transparan, Rumah Zakat berharap kesadaran masyarakat terhadap ziswaf dapat terus bertumbuh sehingga manfaatnya bisa dirasakan lebih luas oleh mereka yang membutuhkan. (Srv)