Resolusi Awal Tahun ‘Kenalkan Kebiasaan Baik ke Buah Hati Sejak Dini’

Foto : Istimewa

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Bagi keluarga muda yang baru memiliki buah hati, mulailah untuk memperkenalkan, serta mengajarkan kebiasaan baik sejak anak dini.

Kebiasaan baik harus mulai dikenalkan, serta dibangun sejak anak berusia dini. Dikarenakan pada masa tumbuh-kembang, anak merupakan peniru ulung dari orang-orang di sekitar mereka. Penting mencontohkan perbuatan baik.

Pada proses tumbuh-kembang anak akan mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan yang keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan lebih mengacu kepada perubahan karekteristik fisik seperti berat badan yang bertambah. Sedangkan perkembangan, menyangkut kemampuan anak seiring bertambahnya kecakapan, kecerdasan, maupun kemandirian.

Di masa sekarang, anak-anak lebih cepat mengalami perkembangan kecakapan, kecerdasan, serta kemandirian seperti berjalan, makan, serta melakukan aktivitas lainnya secara mandiri.

Jagoan lucu ‘Cho-Cho’ 1,5 tahun sudah terbiasa makan sendiri lho. Foto : Istimewa

Indra Mala ayah dari 3 orang anak sudah memperkenalkan kebiasaan baik sejak buah hatinya berusia 1 tahun. Menurutnya pada usia tersebut, anaknya sudah bisa merespon ucapan. Saat buah hatinya Cho-cho, bungsu berusia (2), ia sudah paham apa yang diperintahkan, maupun yang dilarang. Padahal ia baru bisa menyebut beberapa patah kata.

Indra mengatakan, “Skillnya terlihat saat makan, Cho-Cho tak mau disuapi, ia melihat kakak-kakaknya makan sendiri, lalu berkeras untuk melakukannya juga. Jika dilarang ia akan ngambek, menangis. Walau sering belepotan, tapi Ayah -3 orang anak ini tak melarang. Saya biarkan, tapi saya pantau agar makannya berjalan lancar. ”

Membangun Kebiasaan Baik Agar Anak Tangguh

Dari kecil, anak-anak saya perkenalkan dengan pangan baik. Mereka tak picky eater, atau senang milih-milih makanan. Sayur, dan buah-buahan merupakan ritual wajib, selain minum susu, dan air putih cukup.

Tradisi makan buah selalu dimulai dengan gimick, seperti memperkenalkan nama buah, kandungan gizinya, serta manfaat buat tubuh. Walau itu berulang, tak apa. Karena memori anak-anak tentunya akan lebih mudah mengingat pembelajaran yang dilakukan secara berulang.

Saya memperkenalkan buah dengan varian beragam, dari bentuk, warna, serta rasa agar anak-anak mengenal, terbiasa dengan rasanya. Utamanya sih untuk mendapatkan gizi yang lengkap, dan sempurna sesuai arahan ahli gizi.

Agar tak bosan, cara penyajian dibuat beragam. Utamanya dimakan langsung, dicelup saus keju atau cokelat. Disajikan sebagai smoothies, dipanggang, maupun dibuat setup papar Ayah yang memiliki hobi masak.

Selain manfaat makan buah, saya juga mengajarkan kebersihan. Biasanya sebelum dimakan, saya ajak mereka untuk mencuci buah dengan sabun cuci khusus.
Momen juga menjadi pembelajaran, walau sehat, buah-buahan harus dicuci.

Anak ke duanya Chi-Chi Vira kritis. “Pa, kok harus dicuci pakai sabun sih, seperti mencuci piring saja. Kan buahnya ini bersih,” katanya heran. Saya kemudian menjelaskan, mengapa itu harus dilakukan, tentunya dengan bahasa yang mudah dipahami mereka.

Bonding Berkualitas Lewat Komunikasi Intens

Bagi Indra, bonding berkualitas saat ia membersamai anak-anaknya dengan komunikasi intens dua arah. Walau yang bungsu belum sepenuhnya mengerti, tapi ia dapat menangkap secara jeli apa-apa yang dilarang, serta diperbolehkan.
Namun Indra tak akan berkomunikasi saat anak-anaknya sedang asyik bermain.

Selain gadget, anak-anak dibiasakan untuk bermain secara mandiri, di dalam maupun di luar rumah dengan pengawasan. Saya tak akan mengalihkan perhatian mereka, karena bermain merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan motorik anak-anaknya.

Apa saja yang diajarkan Indra kepada buah hatinya?.
Utamanya menjaga kebersihan diri, makanan, dan rumah tempat tinggal. Contoh yang paling gampang, habis bermain, mereka saya ajak untuk merapikan kembali mainan. Saya atur waktu untuk belajar, bermain, makan, snacking, menonton televisi.

Komunikasi yang baik, berkualitas, dihadirkan secara santun seperti membiasakan perkataan tolong, mengucapkan terima kasih, serta meminta maaf. Tak meniru bahasa yang kurang pantas untuk anak-anak. Karenanya, saya membatasi tayangan televisi yang mereka tonton.

Saling menyayangi, mau berbagi makanan, meminjamkan mainan, berjiwa sportif, dlsbnya. (RP).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini