WanitaIndonesia.co, Jakarta – Fashion show pamungkas dari perhelatan mode akbar Summarecon Mall Kelapa Gading, APPMI mempersembahkan “Fashion Fusion in Elegance : Bridging Generations”.
Diartikan sebagai gabungan persefektif inovatif antara generasi muda dengan keahlian mumpuni.
Menampilkan buah karya terbaik Poppy Dharsono, Harry Hasibuan, Riki Damanik, serta APPMI Muda Sustainable Fashion.
Menurut desainer yang berprofesi sebagai pengusaha, tema mengacu ke perayaan atas sinergi, dan inovasi anak-anak muda dengan desainer senior yang lekat dengan keahlian, yang menghadirkan gaya kontemporer klasik.
Poppy menampilkan 26 looks koleksi busana, dengan mengedepankan DNA rancangan yang lekat dengan garis feminin, elegan, serta lebih segar. Wanita yang berpengaruh di industri mode Indonesia ini menghadirkan jaket, coat, outer, celana dengan menitikberatkan pada penggunaan material koleksi batik dengan blue denim diberi aksentuasi teknik Jacquard sentuhan personal.
Untuk mendukung keberlanjutan bagi pelaku industri, Poppy menggandeng brand tekstil Indonesia berkualitas Damatex.
Damatex menjadi mitra lawasnya yang menyuplai kebutuhan produk untuk operasional pabrik denim celana dan jaket milik Poppy.
Last but not least karya Poppy Dharsono tetap menjadi macan panggung pada senja jelang malam di penutupan JF3 2024.
Lewat APPMI, Poppy memiliki kepedulian yang sangat tinggi dalam membina, serta mengembangkan dunia mode lewat insan-insan kreatif para pelakunya. Mendukung, serta menampilkan produk UMKM fashion, beserta elemen pendukungnya.
Personanya yang membumi menjadikan Poppy sebagai role model bagi desainer-desainer muda. Karya Poppy banyak dijadikan inspirasi para desainer APPMI dalam berkarya.
Semua anggota mendapatkan kesempatan, serta peluang yang sama, salah satunya tampil di runway JF3, serta pagelaran mode lainnya.
Salah satu Pengurus APPMI kota Medan Harry Hasibuan menghadirkan tema “Where Classic Meet’s Chic” yang terinspirasi oleh kesederhanaan, dan quiet luxury. Harry memiliki persepsi anti mainstream ihwal kemewahan yang ditampilkan secara tersembunyi, dalam diam menunggu penikmatnya untuk terpukau, kagum yang diungkap secara elegan seperti berdiam saat menyaksikannya.
Rancangan pemilik brand Haze Be Wear mengusung
gaya minimalis dengan menghadirkan unsur elegan, lewat material linen yang identik dengan tampilan, serta tekstur klasik berkelas. Harry menghadirkan 20 looks busananya untuk JF3.
Sebagai desainer, kemampuannya dalam mengembangkan wastra lokal seperti ulos, dan kain tenun Sumatera Utara diapreasi oleh masyarakat di sana. Sejumlah sosok penting merasa wajib memiliki koleksi Harry yang memiliki looks
modern, elegan tanpa meninggalkan aura cantik sebuah wastra.
Lewat ide cemerlang, Harry mengeksplor beragam jenis ulos dari Subetnis Batak menjadi produk fashion elegan, sekaligus apik digunakan sebagai busana sehari-hari.
Anggota APPMI ini memiliki ketrampilan mengagumkan sebagai penenun kain.
Anggota lainnya Riki Damanik juga aktif mengeksplor wastra ulos, dan songket Sumatra Utara. Desainer busana wanita ini menerapkan bisnis lewat made to order, persembahannya untuk JF3 mengedepankan looks kontemporer dengan aksentuasi bordir, patch, manik-manik, serta manipulasi kain.
Desain terinspirasi oleh busana kebaya klasik, beskap, korset yang dipadukan dengan organza, lace, sutera, dan satin.