Pesan Linda Agum Gumelar Untuk Nunung dan Jutaan Wanita Indonesia “Segera SADARI dan SADANIS

Foto : Istimewa.

WanitaIndonesia.co, Jakarta – Peringatan Hari Kanker Sedunia (World Cancer) setiap bulan Februari menjadi titik balik perjuangan komedian Nunung yang divonis kanker payudara.

Jumlah penderita kanker payudara di Indonesia memiliki kecenderungan meningkat. Baru-baru ini publik dibuat kaget dengan pengakuan komedian Nunung yang mengaku menderita kanker payudara.
Bagai dilempar ke dalam jurang terdalam, seniwati berpenampilan riang ini
harus bisa mencerna keadaan, saat dokter memvonis dirinya menderita penyakit yang
sangat ditakuti oleh kaum wanita.

Di awal Nunung mengaku tak merasa terganggu, ga sakit, biasa aja, ujarnya. Karena ingat tanggung jawab sebagai tulang punggung keluarga besarnya, Nunung lebih memprioritaskan pekerjaannya. Lambat-laun benjolan tersebut kian membesar, menganggu, serta menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat.
“Mau ngangkat tas saja susah, saat berdiri dalam waktu lama aku merasa pusing. Akhirnya suamiku memutuskan untuk memeriksakan kondisiku ini ke dokter, “kata Nunung.

Hasil biopsi ditemukan benjolan berdiameter 2 cm sebagai tumor ganas. Benjolan tersebut harus segera dioperasi setelah hasil PET Scan diketahui. PET Scan merupakan pemeriksaan medis untuk untuk mendeteksi suatu penyakit tertentu dalam organ tubuh. Salah satunya untuk mendiagnosis stadium dan penyebaran penyakit kanker.

Hidup bagi Tri Retno Prayudati seolah berhenti, karir dan dunianya runtuh. Beragam perasaan berkecamuk, campur-aduk, ia tak mampu berkata-kata saat dokter menanyakan ikhwal apa saja yang hendak diketahuinya tentang penyakit tersebut. “Malah suamiku yang aktif bertanya apa saja yang harus kami lakukan menjalani terapi, meminum obat, diet, dan hal-hal lain agar kanker tidak menjalar, aku bisa sembuh, serta beraktivitas seperti sediakala. Beruntung suamiku memberikan perhatian dan support yang luar biasa, pun keluarga besarku. Aku ingin sembuh dan berkegiatan seperti semula, “tekad Nunung.

Tak urung deraan kecemasan kerap muncul karena memikirkan banyak hal, tanggung jawab sebagai tulang punggung bagi keluarga besarnya, utamanya harus berjibaku dengan waktu untuk menghadang el maut dengan melakukan rangkaian pengobatan panjang.

Bukan Sembuh Tapi
Remisi, Masih Ada 1 % – 2 % Sel Kanker Yang Tidur Lho

Menurut data Yayasan Kanker Payudara Indonesia, kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak diderita oleh Wanita Indonesia dan menjadi penyebab utama kematian terbanyak.

Sebanyak 70 % hingga 80% penderita mengetahui bahwa dirinya terkena kanker payudara, setelah memasuki stadium akhir 3 dan 4 setelah memeriksakan diri ke dokter. Padahal kanker payudara sesungguhnya tidak akan mematikan, jika sejak awal muncul sudah terdeteksi, serta ditangani secara medis.
Kanker yang memasuki stadium akhir sulit untuk disembuhkan karena sel kanker telah menyebar ke sejumlah organ penting. Selain kanker dengan stadium lanjut membutuhkan biaya pengobatan yang sangat besar.

Dunia kedokteran tidak mengenal istilah sembuh bagi pasien kanker payudara. Mereka menyebutnya dengan istilah remisi. Jika banyak dikatakan sembuh pun dengan embel-embel 98 % – 99 %. Hal ini bertujuan untuk memberikan spirit bagi pasien agar ke depan lebih peduli, berhati-hati dalam menjaga kesehatannya.

Tingkat remisi penyakit kanker payudara bisa mencapai 98% – 99% lebih. Hal ini terbukti dari tingginya prevelensi penyakit kanker payudara di Jepang, namun tingkat remisinya jauh lebih tinggi dari negara Indonesia. Hal ini dikarenakan mereka rutin memeriksakan diri secara medis.

Remisi bagi pasien kanker payudara karena di dalam tubuhnya sudah tidak ditemukan sel kanker. Masih ada 1 % – 2 % sel kanker yang tidur, yang bisa kembali aktif beberapa tahun ke depan bila penyintas abai menjalankan gaya hidup sehat.

Linda Agum Gumelar Ketua Umum Yayasan Kanker Payudara Indonesia dan Penyintas senantiasa mengingatkan dalam berbagai forum agar wanita lebih peduli untuk melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) dan SADANIS (Periksa Payudara Klinis)

Benjolan Tak Selalu Identik Kanker

Menurut Linda rendahnya kebiasaan wanita Indonesia untuk melakukan deteksi dini, serta memeriksakan diri secara medis dipengaruhi oleh berbagai sebab. Utamanya malu dan takut jika terdeteksi mengidap penyakit kanker payudara. Masih ada yang menganggap penyakit ini sebagai aib lho, serta takut karena vonis mati.
Minimnya pengetahuan, serta kesadaran akan penyakit kanker payudara ditengarai karena penyebaran informasi masih belum masif dan efektif.

Faktor sosial dan budaya memberi dampak signifikan, pasien takut berobat secara medis karena stigma rasa sakit dan efek kemoterapi, serta ketakutan lain yang tidak mendasar. Akhirnya mereka lebih memilih melakukan pengobatan alternatif. Selain itu masih banyak yang belum bisa membedakan kanker dengan tumor jinak.

Linda menerangkan cara mudah dan murah untuk mendeteksi kanker payudara dengan melakukan SADARI (Periksa Payudara Sendiri) yang dilakukan di rumah. SADARI dilakukan secara rutin sebulan sekali pada hari ke – 7 hingga hari ke – 10, terhitung sejak hari pertama haid, atau pada tanggal yang sama setiap bulan bagi yang menopause.

Bila menemukan benjolan di payudara maupun ketiak tak perlu panik berlebih. Sebaiknya langsung periksa ke dokter. Dari banyak kasus, benjolan bisa muncul karena banyak penyebab, jadi tak harus selalu identik dengan kanker.

Mengapa harus dilakukan setelah menstruasi hal ini dikarenakan tingkat hormon akan berfluktuasi sehingga akan ada perubahan pada jaringan payudara. Selama menstruasi payudara cenderung mengencang akibat naiknya hormon.
Selain opsi lain berupa SADANIS (Periksa Payudara Medis) yang kedua cara pemeriksaan tersebut dibantu, serta dibuktikan hasilnya melalui Mammogram. (RP).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini